25. Buruk

103 4 0
                                    

Selamat datang di bagian cerita absurd yang kesekian.
Banyak typo, maaf.

---

Sebuah motor berwarna hitam terlihat memasuki kediaman Hutama Kertawijaya. Dilihat dari penampilan dan gaya classicnya, sepertinya pengendara motor itu adalah orang yang cukup berada.

Seorang pria. Ia mematikan mesin motornya, kemudian melepas helm fullface yang dikenakannya. Pria itu berparas tampan, bertubuh tinggi, berkulit putih, dan terlihat sangat cool. Siapa lagi kalau bukan Kevin?

"Kevin?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari depan pintu. Kevin tak segera menghampiri gadis itu, ia lebih memilih untuk membenarkan poninya terlebih dahulu.

"Vin? Sok keren banget sih, buruan dong kesini." Ucap gadis itu tak sabaran. Fani. Gadis itu masih duduk di kursi rodanya.

Kevin mendekat ke arah Fani. "Apa? Kenapa lo minta gue kesini?"

Fani semakin mundur dari tempatnya. Mengisyaratkan Kevin agar pria itu mengikutinya.

Kevin menuruti permintaan Fani untuk masuk ke dalam rumah Nata.

"Ada apa sih?" Kevin bertanya lagi.

"Lo masuk ke kamar di samping tangga. Itu kamar gue. Tugas lo sekarang, lakuin apa yang gue rencanain tadi. Jangan sampe gagal!" Fani menekankan kalimat terakhirnya.

"Soal mami lo?"

"Kenapa nanyain mami sih? Lo sekarang suka sama mami gue? Mentang-mentang papi gue lagi dipenjara, lo seenak jidat mau pacarin mami gue? Hello, gue gak mau punya papi tiri kayak lo tau gak?" Fani berbicara tanpa menyaring ucapannya. Hal itu membuat Kevin sedikit kesal.

"Heh, jawab dong!" Fani menggoyangkan tubuh Kevin yang tidak menanggapi ucapannya.

Kevin duduk di depan kursi roda Fani, ia menatap lekat gadis itu. "Hello, mana ada bapak tiri yang cakepnya kayak gue?" Kevin berteriak tepat 5 cm di depan wajah Fani. Fani langsung saja mendorong wajah pria itu menjauh darinya.

"Lo bau tau gak?! Apa salahnya gue nebak? Lagian kenapa lo nanyain mami gue?"

"Lo pikir rencana buat mami lo gak masuk di rencana kita di perpus tadi?" Kevin berdecak kesal. Lagi-lagi ia harus bekerjasama dengan gadis konyol seperti Fani.

Fani nampak kebingungungan. "Rencana yang mana sih? Kok gue lupa?"

Kevin mengernyit, "Ya udah kalo gak inget!!"

Fani menendang lutut Kevin dengan kakinya. Satu fakta lagi, Fani tidak lumpuh, ia hanya berpura-pura di depan semua orang kecuali maminya, Kevin, dan orang suruhannya.

"Oh iya, gue inget. Santai aja man, udah gue urus. Yang penting si merah jalan teruss!" Fani mengedipkan sebelah matanya.

"Lo oke, gue bokek!"

Fani berdiri seolah ingin memeluk pria di depannya itu, "Apasih yang enggak buat putra tersayang, Kevin Ramadansyah?"

"Next?"

Fani duduk kembali. Memutar otaknya dalam menjalankan misi terbesar dalam hidupnya, memang berat, tapi adakalanya kita harus berjuang demi seseorang yang kita sayang.

"Semua udah ready, tinggal lo aja yang harus beraksi."

"Gimana sama penghuni rumah yang lain?" Kevin tak yakin dengan apa yang akan dia lakukan.

"Tenang. Semua udah gue atur."

"Pake si merah?" Tanya Kevin lagi. Si merah yang ia maksud adalah uang. Begitulah Fani menyebutnya, gadis itu lebih suka bersembunyi dibanding menampakkan diri.

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang