Makasih yang udah baca sampe sini!
***
"Karena gue sama Siska udah baikan, entah kenapa tiba-tiba Siska bisa baik sama gue." ucap Nata serius. Daren yang berada di sampingnya merasa kebingungan.
Nata menutup buku tugasnya, gadis itu melirik jam dinding di ruang keluarga berukuran 5×5 meter itu. Masih jam 8, masih ada banyak waktu untuk bercerita tentang Winnie kepada Daren.
Daren ikut menutup bukunya. Semenjak kepindahan Daren ke rumah Nata, Daren jadi lebih sering mengobrol dengan Nata. Tapi kenapa? Daren hanyalah murid baru yang mengenal Nata tidak lebih dari 4 hari yang lalu, lantas mengapa pria itu bisa sangat akrab dengan Nata?
"Jadi, Winnie yang bocorin rahasia Siska ke orang-orang, yang katanya Siska itu cuma anak angkat."
"Apa? Cewek sekelas Siska yang gayanya selangit ternyata cuma anak angkat? Keren banget!"
Nata melanjutkan, "soal spanduk itu, ternyata bukan Fani yang nyuruh, tapi provokatornya si Winnie."
Daren mengangguk, pria itu menyimak ulasan Nata.
"Dan parahnya, Winnie nyuri sertifikat rumah Fani, itu sih katanya, gue gak tau aslinya kayak gimana. Yang kita duduk di deket parkiran tadi sebenernya gue dibayar sama Siska, ya buat mancing si Winnie itu, dan akhirnya berhasil, gue dapet 2 juta, lumayan buat makan sebulan."
"Terus si Winnie bakal diapain sama mereka?"
Nata mengedikkan bahunya, "gue gak tau, mungkin dilaporin ke polisi, atau parahnya dia dianiaya sama Fani cs."
"Kamu gak ada niat buat bantuin Winnie tadi?"
Nata menggeleng, gadis itu juga memasang raut wajah bersalahnya, salah karena tidak menolong Winnie, malahan ia yang membawa Winnie masuk ke perangkap Fani cs.
"Pengennya sih gitu, tapi mau gimana lagi, gue sama papa butuh uang, apalagi papa lagi gak kerja, dan lo juga ikut tinggal disini, jadi ya gitu jalan satu-satunya."
Daren menunduk, tersinggung dengan ucapan Nata barusan.
Nata menyahutnya dengan tertawa keras, "ya ampun, becanda kali. Gue dibayar karena gue bantuin mereka, bukan buat cari duit dan kesusahan gara-gara ada lo, ini gue lakuin karena gue juga kesel sama si Winnie."
"Oh." Daren hanya ber-oh, pria itu ingin menanggapi, namun dengan apa? Ia tidak pandai mencari topik pembicaraan, mungkin yang terbaik adalah senyumannya. Dan benar, Nata pun ikut membalasnya dengan senyuman manis pula.
***
"Tolong tandatangan surat ini, setelah itu anda akan mendapatkan kembali apa yang anda miliki." Seorang lelaki paruh baya menyodorkan sebuah map berwarna merah ke hadapan pak Hutama.
"Untuk apa anda mengembalikannya? Bukankah anda sudah membelinya?" Tanya pak Hutama tanpa rasa menyesal, ia lebih bahagia disini bersama Nata, bukan di rumah mewah yang justru membuatnya dan Nata sering tidak akrab.
Lelaki itu menggeleng, sekilas nampak senyuman kegembiraan di bibirnya, "ini bukan hak kami, kami terlalu percaya dengan penipu itu. Sekarang kami sudah tahu siapa yang telah menawarkan aset anda kepada kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPRAMENTAL (selesai)
Novela JuvenilNata. Siapa yang tak mengenal Natania Amira? Model cantik yang terkenal di seluruh penjuru negeri. Seperti model-model lainnya, ia dibanjiri job untuk mengisi klub-klub malam yang memang membutuhkan gadis sepertinya, tentunya dengan bayaran yang tak...