43. Welcome Home, Pak Jaya!

72 3 0
                                    

Setelah kejadian di mall kemarin, Ana sedikit merasa risih dengan rencana pak Hutama, pak Jaya, dan Bagas yang menghendaki Rika Suryani dihukum atas perbuatannya.

Meskipun Ana sadar bahwa hal itu dilakukan demi kebaikan bersama, namun sama saja ada yang mengganjal di hatinya. Terlebih dengan Bagas yang baru resmi melamarnya beberapa hari yang lalu harus berakting mesra dengan seorang bernama Fani.

"Mbak Ana kenapa?" tanya Nata membuyarkan lamunan Ana.

"Eh, kamu! Nggak kok, saya nggak apa-apa. Kamu belum tidur?" Ana mengalihkan pembicaraan.

Nata mengangguk, gadis itu lantas ikut duduk di balkon kamar Ana. Semenjak tadi malam, Ana bebas memilih tempat tidur, karena fakta besar kembali terungkap. Ana adalah keponakan dari pak Hutama, yang sebelumnya memang dipaksa pak Hutama untuk menyamar sebagai asisten Nata.

"Jujur aja sih, Mbak! Aku janji nggak bakal bilang ke siapapun."

Ana menghela napas berat, "saya cemburu sama Fani. Beberapa waktu ke depan mas Bagas pasti bakal Deket terus sama Fani, saya takut kalau mas Bagas bener-bener suka sama Fani."

"Santai aja sih, Mbak! Kevin, eh maksud aku Bagas, nggak kayak gitu kok. Dulu aku pikir, Bagas itu suka sama aku, ternyata nggak. Padahal kalau Bagas itu beneran suka sama aku, aku sih nggak bakal mau sama dia."

"Kenapa?"

"Karena Fani udah lebih dulu suka sama dia. Tapi mbak Ana tenang aja, Bagas nggak suka tipe cewek kayak Fani kok. Jadi mbak Ana nggak perlu khawatir."

"Tapi saya pikir, Bagas dulu pernah suka sama kamu."

"Emang, dia mantan aku sewaktu di kampung, tapi mbak Ana jangan cemburu dulu ya, percaya gak sih kalo Bagas itu mantan aku?"

Ana tersenyum tipis, "kenapa harus nggak percaya?"

"Karena mungkin mbak Ana nggak pengen kehilangan Bagas."

"Iya, kamu bener. Saya sayang sama dia, semenjak dia memutuskan untuk ambil penelitian di sekolah kamu, saya udah curiga kalo dia kesana karena kamu."

"Berarti ... "

"Saya dan Bagas sudah menjalin hubungan sejak di kampung dulu, pak Hutama juga tahu, tapi saya nggak tau, kenapa pak Hutama merahasiakannya dari kamu. Atau mungkin, pak Hutama mau kamu berhubungan dengan mas Bagas?"

"Mungkin, soalnya dulu aku sama Bagas itu banget. Bagas itu sopan dan ramah. Tapi sekarang nggak tau kenapa bisa jadi serem kayak gitu."

Nata terkekeh, "nggak kok mbak, aku becanda kok. Aku yakin sih kalo Bagas itu orang baik, mbak Ana beruntung punya dia!"

"Kamu iri dengan saya? Karena saya yang berkesempatan memiliki Bagas?" tanya Ana pelan.

"Iri? Ya enggaklah, mbak. Aku sama Bagas itu udah temenan, semenjak Bagas jadi Kevin sialan itu." Nata menambahkan, "justru aku malah suka sama si Daren, perasaanku absurd banget!"

"Daren? Cowok itu?"

"Dia itu Sandi, pacar aku, yang statusnya masih jadi pacar Siska. Mungkin kedepannya aku yang bakal ngalah, aku tau aku pasti nggak akan menang lawan Fani."

Ana menepuk bahu Nata pelan, "saya yakin kamu menang!"

***

"Permisi!"

Seorang pria pembawa paket baru saja mengetuk kediaman Rika Suryani.

"Iya siapa?" pintu terbuka, bersamaan dengan seorang gadis muda yang tengah mengenakan masker wajah.

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang