32. Pesta

75 4 0
                                    

Terimakasih telah menyempatkan mampir:)

---

"Lo yakin si Nata gak bakal dateng, Fan?"

"Gue yakin, Sis! Cewek miskin kayak dia mana mampu beli kado buat gue. Secara semua orang yang gue undang kesini bawa kado semua." Ujar Fani dengan sombongnya.

Pesta ulang tahun Fani digelar secara mewah. Bahkan, untuk dekorasi pestanya sendiri dibuat hampir ke seluruh ruangan di rumahnya. Kue ulang tahun terpampang jelas di depan kolam renang, warna warni dan kelihatannya sangat mahal. Ya, tentu saja. Siapa juga yang mau membuat kue ulang tahun setinggi satu meter dengan harga yang murah?

"Gue kesana dulu, Siska bisa temenin gue kan?"

Siska mengangguk. Gadis itu sudah menjadi teman Fani sekarang, si kaya yang sombong dan angkuh itu.

"Gue sama Winnie?" Tanya Steva yang hampir dilupakan oleh Fani.

Fani berbalik, "Oh, iya. Kalian jaga stand sovenir aja. Semua yang punya undangan dari gue boleh lo kasih."

"Tapi kan udah ada pembantu sama asisten lo. Tuh, udah ada dua orang disana. Kita ikut lo aja ya?" Pinta Steva. Sama dengan Winnie.

Fani menengok sekilas ke arah dua orang yang sepertinya sedang tidak sibuk. Hanya duduk manis sembari menghitung ratusan pernak-pernik mewah dan mahal milik tamu undangan Fani.

"Mbak Ana, sini bentar!" Panggil Fani.

Tunggu, mbak Ana? Jadi perempuan itu sudah berpindah majikan?

"Loh, ini kan asistennya Nata?" Tanya Siska heran.

"Iya. Itu dulu, sekarang dia kerja sama gue." Jawab Fani.

"Ada apa mbak?" Ana datang dengan wajah gugup.

"Kamu balik ke ruang utama, jaga jangan sampe ada orang asing yang masuk."

Ana mengangguk.

"Ya udah, Siska sama gue, kalian jaga stand!"

Steva dan Winnie pergi dengan terpaksa. Niat mereka bersenang-senang harus terhenti karena sang gadis angkuh itu telah mengeluarkan perintah untuk mereka.

***

Nata memandang sekilas rumah mewah yang ada di depannya. Begitu mewah dan sangat gemerlap. Ia teringat rumahnya dulu, begitu mewah dan terisi oleh kehangatan. Kini, semua tinggal cerita. Cerita pahit yang akan segera ia balas.

Nata menggenggam sebuah kotak berwarna biru muda. Ia tidak yakin gadis yang dulu sahabatnya itu mau menerima hadiah darinya. Sebenarnya tidak ingin pergi ke acara ini, namun ia tidak mau dianggap pecundang. Ia harus berani melawan takdirnya.

"Mau masuk?" Tanya Daren yang sedari tadi mengamati gerakan Nata.

Pria itu tidak mendapat undangan dari Fani. Fani bilang jika pria itu datang, maka seluruh pestanya akan hancur. Tapi Daren akan membuktikan bahwa ia tidak seperti yang Fani tuduhkan. Ia memang tidak sempurna, justru itulah yang membuat dirinya tak gencar melawan gadis sombong itu.

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang