17. Menolak Menjauh

96 11 0
                                    

Mau ada yang baca mau enggak, saya tetep usahakan buat update!

Terimakasih yang udah baca😊

---

Siang hari di SMA Hutama tidak seramai di pagi hari. Matahari yang cukup terik tak menyurutkan minat para siswa untuk belajar dan menuntut ilmu di SMA Hutama. Jejeran kelas yang berisikan insan-insan cerdas masih menunjukkan kesan elegan dan mewahnya. Meskipun banyak meja yang dijadikan sandaran kepala, namun papan tulis yang berada di depan kelas masih rapi dengan rentetan kalimat dan angka berwarna hitam.

Kelas XI IPS 3.
Papan tulis yang berada di depan kelas masih menyisakan deretan angka dan rumus yang tidak kunjung pergi dari sana.

Di meja paling depan, tampaklah seorang gadis yang tengah duduk seorang diri sembari menyalin apa yang tertera di papan berwarna putih itu. Nata.

"Siang Nat." Sapa seorang pria yang muncul dari arah pintu. Nata tidak memberi reaksi apapun kecuali pena yang masih terus bergerak mengisi ruang kosong pada kertas putih miliknya.

"Mau ngapain sih lo? Lo mau ngajak berantem?" Tantang Nata.

Pria itu menggeser kursi di sebelah Nata dan menaruhnya tepat di samping Nata. "Ya ampun, galak amat sih sama pacar sendiri. Mau makan gak? Apa mau gue beliin?" Tanya pria itu lagi.

Nata diam tak menanggapi.

Pria itu bergerak menuju ke arah depan Nata sehingga menghalangi pandangan gadis itu ke papan tulis.

Nata berusaha menggeser pria itu dari hadapannya. Namun ia tak cukup kuat. Pria itu terlalu tinggi untuknya.

"Mau lo apa sih San? Gue mau putus dari lo, setelah ini kita gak ada hubungan apapun, oke. Sekarang lo minggir, karena gue mau nulis materi."

Pria yang ternyata adalah Sandi itu berdecak kesal. "Oke. Kita putus!" Kata Sandi dengan raut wajah serius.

Sandi mulai bergerak meninggalkan Nata. Sedangkan gadis itu masih berdiri di depan mejanya.

Nata menyadari akan ucapannya barusan.

"San, Sandi? Tunggu bentar, gue mau ngomong!" Kata Nata sambil berlari mengejar Sandi. Sandi menoleh gadis itu kemudian ia berjalan lagi tanpa mempedulikan Nata yang masih mengejarnya.

"Sandi? Jangan ngambek dong, gue cuma becanda. G..gue-"

Sandi menghentikan langkahnya, "Lo apa? Lo udah gak cinta sama gue? Oke fine, kita putus!" Ujar Sandi keras.

"Gue.... gue cinta sama lo! Dan gue gak mau ada kata putus di antara kita, lo pacar pertama gue, cinta pertama gue, sekaligus cowok yang pertama kali dateng ke rumah gue. Sesederhana itu gue bisa cinta sama lo San, dan setega itu mau beneran putus dari gue?" Ucap Nata panjang. Gadis itu menahan dirinya untuk tidak menitihkan air mata. Padahal ia tahu, kini ia tengah berada di depan ruang kepala sekolah, ruangan papanya.

"Yang tadi minta putus siapa?" Tanya Sandi dengan senyum mengembangnya.

"Gue cuma kesel aja karena lo gangguin tadi."

"Terus mau lo apa?"

"Kita gak usah putus ya San, gue beneran cinta sama lo. Gue gak pernah dapet kasih sayang seorang ibu, dan lo tega mau nyakitin perasaan gue? Dimana hati nurani lo San?" Kata Nata lagi. Gadis itu mulai berpura-pura terisak.

Sandi tak bereaksi apapun setelah mendengar penjelasan dari Nata. Sesaat setelah itu, Nata terduduk ke lantai, air mata mulai membasahi pipinya. Sedangkan Sandi masih berada dalam posisi berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada.

Sumpah! Ini cewek baper banget sih, padahal gue gak ada perasaan apapun sama dia. Kalo bukan demi balik ke IPS 3, mana mau gue jadian sama cewek kayak dia. Sekalian aja gue bikin dia jatuh cinta sama gue sampe dia gak bisa lepas dari gue, itung-itung buat bales dendam ke bokapnya.

"Oke. Kita gak jadi putus, asal lo mau turutin apa yang gue mau!" Sandi ikut duduk ke lantai dan mengusap air mata palsu milik Nata.

"Balik ke IPS 3?" Tanya Nata sembari masih terisak.

"Bukan. Gue bakal usaha sendiri buat balik ke IPS 3. Gue bakal butuh lo seiring berjalannya waktu. Dan lo juga bisa minta bantuan gue kalo lo butuh."

Mata Nata berbinar. Kepalsuan gadis itu mulai memudar.

"Ya ampun. Makasih San. Beruntung banget gue dapet cowok kayak lo. Gue janji gak bakal bikin lo kecewa apalagi sakit hati. Gue janji!"

Sandi semakin menambah drama dalam hidupnya dengan memegang pundak Nata dan pura-pura bersikap manis padanya. "Gue bakal turutin apa yang lo mau Nat!" Ujar Sandi sambil tersenyum palsu.

Nata mengusap air matanya yang mulai menetes membasahi baju seragamnya. "Gue pengen lo deket sama gue, gue gak pengen lo jauh dari gue."

Nata memeluk Sandi yang berada di depannya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Sandi membalas pelukan Nata dengan perasaan senang. Setali tiga uang, Nata berhasil membuat pria itu kembali padanya dan membuat pria itu lebih dekat kepadanya lagi. Dengan begitu, apa yang direncanakan Nata akan mudah tergapai.

Gak masalah kalo beberapa waktu ini gue bakal keliatan tunduk sama lo! Tapi tunggu aja siapa yang bener-bener bakal tunduk. Lo salah udah nyerang Natania Amira. Sekarang, biar gue yang bikin penyerangan secara halus, Sandi Antariksa!!

***

Suasana di sebuah klub malam terkenal di Jakarta sangat riuh malam itu. Deretan mobil dan motor mewah terparkir rapi tepat di halaman klub itu. Puluhan bahkan ratusan manusia berdompet tebal masih mengerumuni tempat semacam itu.

Dari kejauhan tampak sepasang kekasih berjalan keluar dari klub malam tersebut. Sang gadis yang tengah mabuk berat terlihat sedang bergelayut mesra di samping sang pria. Gadis itu sangat seksi dengan pakaian minim dan ketat yang ia kenakan. Sedangkan sang pria terlihat tampan dengan setelan kaos dan kemeja pendek.

Sandi dan Siska.

"Kapan-kapan gue mau lo ajak kesini lagii.." ucap Siska parau.

"Santai aja sayang. Selama Nata gak tau tentang kita, semuanya bakal berjalan dengan lancar kok." Kata Sandi sambil merangkul Siska dan menyandarkan gadis itu di depan mobil sembari pria itu membuka pintu.

Tanpa mereka sadari, ada dua orang saksi mata atas kejadian yang dialami oleh Sandi dan Siska.

"Jangan jauh jauh dari aku. Aku cinta kamu. Aku gak mau kamu jauh, aku sayang kamu." Ucap Siska sepatah demi sepatah kata karena ia tengah mabuk berat.

Sandi terlihat biasa saja, pria itu tidak minum sebanyak yang Siska minum. Jadi untuk malam ini Sandi bisa menyetir sampai ke apartemennya. Tidak mungkin juga Siska ia antar ke rumahnya, tentu orang tua Siska akan bertanya banyak padanya.

Setelah pintu terbuka, Sandi cepat-cepat membopong Siska dan memasukkannya ke mobil. Gadis itu tengah berada pada kondisi pingsan sekarang, ia semakin tidak yakin untuk mengantar Siska ke rumahnya. Namun ia juga berpikir bagaimana jika orang tua Siska khawatir, secara Sandi adalah orang yang menjemput Siska tadi.

Sandi tak kehabisan akal. Ia mengambil ponsel dari tas Siska.

Mama💙

Ma, Siska nginep di rumah Steva malem ini. Besok pagi Siska pulang. Love you mam:)

"Tuh kan, dah beres. Tinggal pulang!" Ujar Sandi sambil menyeringai lebar.

----------------------

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang