31. Terungkap

97 6 1
                                    

Terimakasih yang udah baca sampe sejauh ini!

---

Rumah dua lantai yang berada di jalan Garuda adalah satu-satunya harta yang dimiliki pak Hutama dan Nata.

Tidak ada lagi SMA Hutama, Universitas Hutama, dan Hutama Coorporation. Semuanya telah berubah. Mereka yang terlibat dalam masalah ini sungguh kejam. Tidak pernah memikirkan nasib orang lain, termasuk nasib pak Hutama, Nata, dan para pegawainya.

Kini, rumah sederhana dengan cat yang hampir mengelupas itu adalah hunian baru keluarga Hutama yang dulunya dicap konglomerat terkaya.

Nata memandang rumah itu sekilas. Ia meneteskan air matanya, mengingat bagaimana perjuangan keluarganya sampai sekarang. Pada akhirnya, mereka akan kembali kepada rumah masa lalunya. Rumah yang pernah diisi oleh hangatnya cinta seorang mama, namun kini semuanya berubah. Hanya sebuah rumah sederhana yang pernah terlupakan.

Setelah bernegosiasi dengan pemilik mobil pick up yang mengantar barang-barangnya, pak Hutama segera menghampiri Nata.

Tidak ada lagi pak Hutama yang selalu terlihat ceria.
Tidak ada lagi pak Hutama yang selalu memakai jas hitam berdasi dan bersepatu.
Tidak ada kemewahan dalam keluarga Hutama.

Tinggalah pak Hutama dengan segala kesedihannya, kaos biasa dengan bawahan hitam, dan sandal jepit murah yang biasa dijual di warung.

"Papa minta maaf." Lirihnya.

Nata menoleh, kehadiran sang papa disampingnya tidak akan membuatnya jatuh. Ia akan tetap tegak berdiri.

Nata memeluk pak Hutama

"Papa gak salah. Mungkin ini adalah jalan dimana kita harus mulai semuanya dari nol. Papa inget rumah ini kan? Rumah yang bikin kita bahagia, ada mama, ada nenek. Tapi, setelah kita gak tinggal di rumah ini, kita seolah gak pernah merasakan kebahagiaan. Dan sekarang, kita bakal mulai kebahagiaan kita." Nata menangis.

"Papa yakin, mama akan bahagia disana ngeliat anaknya gak cengeng dan mau nemenin papa dalam kondisi apapun. Papa sayang kamu!"

"Aku juga sayang papa." Nata menangis lebih keras. Suasana siang hari yang sangat ramai membuat suara tenggelam oleh kebisingan.

Tak apa ia dibilang cengeng. Tak apa dia dibilang miskin. Selama tidak ada yang dirugikan olehnya, kenapa ia harus merasa malu.

***

"Kerja bagus!" Ujar seorang pria muda yang mengenakan jas merah itu. "Siapa yang telah menjual rumah ini beserta beberapa aset berharganya? Apakah pak Hutama sendiri?" Tanyanya.

"Bukan. Yang menjual dan membuat surat perjanjian adalah orang lain, tapi maaf, saya tidak bisa memberitahukannya pada anda." Jawab seorang pria yang usianya lebih tua dari pria itu. Bisa dibilang pria ini adalah asisten atau tangan kanan dari pria berjas merah itu.

"Kenapa tidak?" Pria muda itu menggebrak meja di bawahnya, menampakkan kekesalan dan kekecewaan.

"Jika itu terjadi, kita semua akan masuk penjara, termasuk anda. Penjualan aset keluarga Hutama sama sekali tidak ada persetujuan dari pihak keluarga Hutama. Jadi, dengan berat hati saya katakan bahwa pembelian rumah dan beberapa aset milik Hutama Kertawijaya ini bersifat ilegal."

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang