16. Buaya Darat

123 13 0
                                    

Kuy dibaca. Kalo suka boleh di vote.
Terimakasih.

---

Malam sudah hampir larut. Suasana di rumah keluarga Hutama masih sepi. Pasalnya, pemilik dan putri pemilik rumah itu belum sampai di rumah. Terbukti dengan tidak adanya mobil yang biasa terparkir di garasi depan rumah.

Tak lama kemudian, muncul sebuah mobil berwarna hitam dari gerbang. Seorang gadis kemudian turun dengan beberapa barang yang terbungkus rapi.

"Ini banyak banget lo pa. Mau ditaro mana?" Tanya Nata pada papanya, pak Hutama yang juga membawa barang sepertinya.

"Bawa aja ke ruang tamu dulu. Papa juga gak tau kalo bakal bawa barang sebanyak ini." Jawab pak Hutama.

"Lagian papa sih, kalo mau bantuin orang tuh pinjemin duit aja, jangan beli barang-barangnya, ribet kan jadinya." Gerutu Nata.

"Bukan papa yang minta, bu Rika sendiri kok yang nawarin. Kamu sendiri tau kan tadi?"

"Iya iya. Berat nih, ayo buruan masuk." Nata berjalan menuju ke pintu rumahnya dengan beban berat di kedua tangan, ditambah lagi buku-buku dan laptop yang masih berada dalam gendongannya. "Gini nih kalo bi Uma sama pak Karim udah pulang. Kenapa sih papa gak minta sama mereka buat nginep aja, kita kan gak susah jadinya."

"Gitu aja ngeluh. Udah sana, ambil lagi barang di mobil. Biar papa yang buka pintu." Pak Hutama mencari kunci pintu di kantong jasnya. Kemudian memutar knop pintu, dan terbukalah rumah mewah keluarga Hutama.

"Nata, buruan bawa masuk." Kata pak Hutama.

Nata berjalan dengan santai dari mobil menuju ke dalam rumah.

"Taruh sini. Yang itu taruh disana, ini nanti anterin ke kamar papa ya!" Ucap pak Hutama yang juga tengah membawa barang-barang dari luar.

"Ya ampun pa! Papa pikir aku gak capek? Taruh aja di samping sofa, besok biar ditata sama pak Karim. Aku besok mau pemotretan lagi pa!!" Gerutu Nata.

"Jadi anak kok ngeluh mulu sih. Ini cuma papa suruh buat mindahin barang, bukan cari duit!"

"Papa pikir selama ini aku jadi model buat apa? Buat cari duit kan?" Ucap Nata kesal.

Pak Hutama menggeleng, "Terus kalo kamu bisa cari duit sendiri, kenapa gak pernah bayar uang sekolah sendiri?"

"Y..ya kan yang punya sekolahan papa. Wajar lah kalo aku gak bayar!"

"Banyak alesan! Ya udah sana tidur! Biar pak Karim yang rapiin besok!" Ujar pak Hutama.

"Nah, gitu dong. Kenapa gak daritadi aja sih?"

Nata berjalan gontai ke kamarnya. Ia sudah terlampau lelah hingga malas untuk berjalan ke kamarnya.

***

D

i meja nomor 12 seorang pria tengah duduk sendiri ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok yang tergeletak di meja. Pria itu memandangi keadaan sekitar, kelihatannya ia sedang menunggu seseorang.

Pria itu meneguk kopi di cangkirnya. Sedangkan pandangannya masih tertuju pada ponsel yang ia genggam. Bunyi notifikasi sering terdengar bercampur dengan air mancur buatan di ujung kafe itu.

"Ya ampun! Tadi aja marah-marah sama gue, sekarang minta maaf gak jelas kayak gini. Untung gue gak beneran suka sama lo!" Ucap Sandi pelan. Pria itu kemudian tertawa sambil terus memandangi layar ponselnya.

"Malem San, udah lama nunggu ya?" Tanya seorang gadis yang tiba-tiba muncul. Gadis itu duduk di depan Sandi.

"Enggak kok. Paling lima belas menitan." Ucap Sandi.

Gadis itu terlihat cantik dengan balutan gaun pendek berwarna biru muda. Rambut panjang berwarna pirang beserta aksesoris mahal sukses membuat penampilannya malam itu mendekati kata sempurna. Kulitnya yang putih dengan perawatan mahal juga menambah kesan anggun dalam diri gadis itu.

Siapa lagi kalau bukan Fransiska Amelia.

"Siska? Lo gak marah kan karena waktu itu?" Tanya Sandi.

Siska memegang tangan dingin Sandi. "Ya enggaklah. Emang sih gue sedikit malu waktu itu. Udahlah, lupain aja!" Siska tersenyum manja.

"Lo ngundang gue kesini mau ngapain San?" Tambahnya.

Sandi menghela napas. "Gue mau balikan sama lo, lo mau gak? Urusan sama Nata, biarin aja, gak usah lo pikirin, dia cuma boneka gue buat masuk ke IPS 3 lagi kok." Ucap Sandi mantap.

"Serius? Kenapa waktu itu lo belain Nata, bukan gue?" Tanya Siska lagi.

"Kalo gue belain lo, yang ada gue gagal masuk IPS 3, lo mau pacaran sama anak kelas loser?" Tanya Sandi meyakinkan gadis yang benar-benar dicintainya itu.

Sebenarnya Sandi sudah lama memendam perasaannya pada Siska, namun mengingat bahwa waktu itu Siska masih berpacaran dengan ketua OSIS SMA Hutama, jadi Sandi lebih memilih memendam perasannya lebih dulu.

"Gue emang gak sekeren Vino si ketua OSIS mantan lo itu dan gak se-cool Steven si ketua basket sekaligus badboy idaman cewek-cewek sekolah kita, tapi perlu lo tau, gue Sandi Antariksa lebih kaya dari orang yang gue sebutin tadi!" Ucap Sandi dengan kalimat buayanya.

Siska tersenyum, ia menopang dagunya dengan tangan. "Siapa bilang, emang lo lebih kaya dari gue?"

"Mungkin?" Kata Sandi tak yakin.

"Keluarga gue punya Fransiska Entertainment, Sanata Putra Coorporation, sama Jeanne Company. Sedangkan Nusa Citra milik keluarga lo setara kekayaaan keluarga gue." Ujar Siska dengan sombongnya.

"Tapi lo liat kan, keluarga gue lebih kaya dari pacar-pacar lo yang sebelumnya. Jadi gimana? Yakin gak mau balikan sama gue?"

"Oke. Kita balikan!"

--------------------

Part pendek!
Skuy baca!
Terimakasih.

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang