27. Tidak Disangka

81 3 2
                                    

Silahkan dibaca.
Keep enjoy!

---

Kembali ke sekolah.
Kabar bahwa seorang Sandi Antariksa masuk ke rumah sakit masih hangat diperbincangkan oleh siswa SMA Hutama.

Tak terkecuali kelas IPS 3. Mantan kelas Sandi yang dihuni oleh para siswa bermulut cabai.

"Bisa gak sih, sehari aja gak ngomongin si Sandi tata surya?" Gerutu Nata mendengar nama Sandi disebut.

"Sandi tata surya?" Fani mengernyit.

"Udahlah, gak usah dibahas. Males banget tau gak!"

"Heh, siapa yang bahas dia. Orang lo yang mulai kok." Ujar Fani kesal. Nata selalu saja menyalahkan orang lain, hanya ketika ia sedang kesal.

Bel masuk berbunyi. Tanda bahwa semua perbincangan mengenai Sandi Antariksa usai.

Dari kejauhan, tampak seorang guru perempuan berjalan ke arah kelas IPS 3. Kerumunan siswa berubah menjadi hening. Kenapa tidak? Guru yang sedang berjalan ke kelas IPS 3 itu adalah bu Disa. Guru killer, paling killer, dan tentunya super killer.

Derap langkah mulai terdengar jelas. Suara gesekan sepatu hak dengan lantai makin mendekat ke arah kelas IPS 3. Siapa yang berani berbuat gaduh disini? Setelah bu Disa memakai sepatu keras macam yang ia pakai saat ini.

"Untung kita bikin onar pas bu Disa masih pake sepatu lama."

"Kita masih selamat. Sepatu bu Disa udah baru sekarang."

Bisik-bisik tetangga. Tidak, itu adalah suara batin siswa kelas IPS 3. Mana ada? Tentu ada. Lo nya aja yang gak denger.

"Selamat pagi semua." Sapa bu Disa dengan gaya sok juteknya.

"Selamat pagi bu Disa." Seluruh siswa membalas sapaan bu Disa. Meskipun ada beberapa, atau bahkan sebagian yang terpaksa melakukan hal ini.

Guru itu duduk. Meletakkan tas kecil di atas meja. Membenarkan kacamata yang sedikit miring. Guru itu mengeluarkan penggaris lipat dari saku jasnya. Mantap!

Materi Lingkaran.

Seluruh siswa tampak kecewa. Padahal mereka belum ingin mengeluarkan penggaris, jangka, dan pensil. Tapi guru itu sungguh membuat mereka kesal saat ini.

Bu Disa mengeluarkan ponselnya. Menggeser layarnya dengan jari telunjuk, cepat sekali hingga tangannya beberapa kali meleset dari layar HP. Ya! Guru itu sedang mencari materi, kemudian menyalinnya di papan tulis. Bisa ditebak! Dasar plagiator!

"Baik semua. Ada hal penting yang akan saya sampaikan."

Seluruh perhatian siswa tertuju ke arah seorang guru yang kini sudah berada di depan kelas.

"Teman kalian, Sandi Antariksa semakin memburuk keadaannya. Kemarin sekolah mendapat laporan bahwa sementara Sandi tidak bisa masuk ke sekolah. Ia akan berobat ke luar negeri. Jadi, sekolah meminta doa kalian semua." Kata bu Disa yang tidak mendapat respon oleh siswanya.

Devano mengangkat tangan, ia adalah ketua kelas sekaligus satu-satunya siswa yang berani dengan guru macam bu Disa. "Lah, si Sandi kan bukan bagian dari kelas IPS 3 lagi?"

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang