6. A Nice Day

254 36 0
                                    

Update!!
Bintang kalian sangat berharga untuk saya. Terimakasih😊

---

Sudah hampir dua jam Nata dan Ana berada di ruang pemotretan. Hasil pemotretan hari ini akan menjadi penentu kesuksesan Nata. Jika ia berhasil, maka ia akan naik menjadi model profesional. Jika ia gagal, tentunya ia harus memulai dari bawah lagi.

Suasana hari itu memang cukup melelahkan, ditambah lagi manajer perusahaan yang memang sangat membosankan. Untung saja, asisten Nata yang satu ini tidak seperti asistennya yang lain. Ana sesekali mengajak Nata mengobrol, meskipun Nata juga sering tidak menghiraukannya.

Nata kini tengah sibuk dengan HP nya yang terus saja bergetar sejak ia tinggal dua jam yang lalu. Kakinya terangkat satu, menampakkan paha mulusnya. Mengetahui hal ini, Ana yang masih satu ruangan dengannya menyelimutkan selembar kain ke kaki Nata hingga menutupi paha gadis tersebut. Kemudian ia melanjutkan untuk mengemasi barang-barang yang digunakan Nata untuk pemotretan.

Nata dibuat heran olehnya.

"Kenapa mbak Ana tutup?" Tanya Nata.

"Sayang mbak, harusnya itu jadi privasi, bukan diumbar." Jawab Ana sambil tersenyum.

Nata mengangguk paham. Namun gadis itu tak terlalu memperhatikannya.

"Mbak Ana seberapa kenal sama nenek?" Tanya Nata canggung. Perlakuan Ana barusan lah yang membuatnya sedikit memutar otak untuk lebih akrab dengannya.

Mbak Ana masih sibuk dengan aktivitasnya, namun ia juga menghiraukan pertanyaan dari Nata, "Kami tetangga dekat. Nenek Rumi itu orang baik. Ya meskipun nenek Rumi adalah orang terkaya di kampung kami."

"Ya gitu mbak. Karena aku sama papa sibuk, jadi kita jarang banger tahu kabar nenek. Mau kesana jauh, mau telepon, nenek juga gak bisa. Serba salah deh. Ditambah lagi nenek tuh orangnya heboh mbak, jadi kayak sebel gitu aku."

Ana tertawa menanggapi pernyataan dari Nata.

"Kok ketawa doang sih?" Ujar Nata sedikit kesal.

"Ya mau gimana lagi mbak. Nenek Rumi emang orang paling heboh se kampung. Kata nek Rumi, mbak Nata dulu pernah pacaran sama tetangga disana ya?" Tanya Ana.

Nata mengernyit, ia kesal sekaligus heran mengapa bisa nenek tua macam neneknya bisa mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Jika kejadian itu adalah kejadian yang baik dan menyenangkan ia pasti tidak akan mempermasalahkannya. Jika itu menyangkut urusan pribadinya, terlebih itu ada unsur yang memalukan dirinya, ia berhak marah bukan?

Nata masih terdiam. Dalam hati ia mengucapkan sumpah serapah untuk nenek yang tersayangnya di kampung. Ia meremas HP yang ia bawa.

Ana tak begitu memperhatikannya karena ia masih belum selesai dengan pekerjaannya.

"Emang nenek bilang apa aja?" Tanya Nata lagi. Kekesalan pada neneknya tentu tidak lepas dari raut wajahnya.

"Katanya sih waktu mbak Nata pacaran hari pertama, nek Rumi langsung bilang ke orang tua pacarnya mbak Nata. Karena keluarga pacarnya mbak Nata memang sedikit tahu tentang agama, ibunya pacar mbak Nata nyuruh putus. Jadinya putus deh." Kata Ana sambil menahan tawanya.

Tidak bisa dipungkiri lagi, Nata merasa malu dibuatnya.

"Mbak, aku mau jujur nih. Sebenernya aku masih sayang sama mantan aku itu, semenjak aku pindah, gak ada orang lain yang bisa gantiin dia." Nata menghela napas panjang. "Tapi mbak Ana jangan pernah bilang ke siapapun kalo aku punya mantan. Aku takut gara-gara ini karir aku jadi turun!" Pinta Nata.

Ana hanya menggeleng. Meskipun respon yang diberikan Ana hanya sekedar gerakan kepala, namun Nata yakin bahwa Ana bisa menjaga rahasianya.

Setelah obrolan singkatnya dengan Ana selesai, Nata kembali fokus kepada HP nya yang entah sejak kapan memunculkan pesan.

Deretan nama perusahaan membanjiri beranda notifikasinya, artinya, karir Nata sebagai model akan semakin memuncak. Model terkenal ini akan semakin terkenal dan menjadi model internasional.

Nata tersenyum lebar.

"Mbak Nata mau pulang sekarang?" Tanya seseorang yang tak lain adalah Ana.

"Kita ke kafe dulu mbak." Jawab Nata.

"Oke. Semua barang sudah siap. Mau ditiggal disini atau dibawa pulang?"

Nata masih belum beranjak.

"Bawa pulang dulu aja mbak. Lagian aku juga belom pasti diterima disini. Nanti kalo aku diterima, kita bawa lagi aja." Jawab Nata dengan entengnya.

Dengan cekatan, Ana langsung menata barang-barang milik Nata. Tidak sampai 5 menit, semua barang Nata termasuk baju dan make up sudah berada di dalam satu tempat.

"Hah? Udah?" Tanya Nata heran.

Ana tersenyum, "Seperti yang mbak Nata lihat."

"Mantap!! Mbak Ana keren." Nata mengacungkan kedua jempolnya. "Ayo kita ke kafe sekarang. Gak jauh kok dari sini." Nata menyibakkan kain yang menutupi kakinya, kemudian melipat dan memasukkannya ke koper.

Nata dan Ana siap untuk pulang.

***

Hari sudah menjelang sore. Matahari sudah akan terbenam. Menyisakan langit sore berwarna jingga yang sungguh indah dipandang mata. Dari kejauhan, tampak sebuah mobil berwarna hitam mulai memasuki area rumah keluarga Hutama.

"Mbak Nata? Ini mau langsung dibawa ke kamar?" Tanya Ana yang lebih dulu turun dari mobil berwarna hitam tersebut.

"Iya langsung aja. Aku mau langsung tidur ya mbak, capek banget hari ini. Sumpah ya, itu ibu ngeselin banget." Gerutu Nata yang masih berada di dalam mobil.

Nata mengeluarkan dompet berwarna keemasannya. Isinya cukup banyak, ditambah lagi dengan deretan kartu yang berisi digit angka beserta lembaran kertas. Tentunya isi dari kartu-kartu tersebut tidaklah sedikit, dan lembaran kertas yang ada di dalamnya bukanlah lembar kertas biasa, melainkan lembaran kertas yang bisa ditukarkan dengan uang.

Nata mengeluarkan 5 lembar uang kertas berwarna merah.

"Ini pak ongkosnya." Nata menyodorkan lembaran uang tersebut kepada seorang pria setengah baya yang telah berbaik hati mengantarnya pulang.

"Aduh neng. Ini mah kebanyakan, dua lembar aja cukup kok. Sesuai aplikasi aja atuh." Jawab pria itu.

"Aduh bapak. Rejeki kok ditolak sih, ambil aja. Itung-itung sedekah dari saya." Nata meyakinan pria itu untuk menerima uang darinya.

"Makasih banyak atuh neng. Lancar terus ya neng usahanya." Ucap pria yang akhirnya menerima uang dari Nata.

Nata mengangguk senang.

Ia pun turun dari mobil. Sedang mbak Ana sudah masuk lebih dulu dengan barangnya yang tidak bisa dibilang sedikit.

Setelah memastikan bahwa mobil itu telah keluar dari area rumahnya, Nata yang terlihat sangat lelah kemudian melenggang masuk ke rumahnya. Langsung ke kamarnya.

--------------------

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang