23. Pacar Tersayang

114 8 1
                                    

Silahkan dibaca!
Vote dan komen juga boleh.

---

Malam tak kunjung datang. Lihatlah disana, seorang gadis tengah menunggu sang pria yang masih berbaring tak sadarkan diri. Seperti mendung yang akan menurunkan hujan, sang gadis tidak akan pergi sebelum sang pria datang.

Nata membelai rambut Sandi yang sedikit acak-acakan. Melihatnya dalam kondisi seperti itu, Nata sedikit merasa iba. Bagaimana tidak, pria konyol seperti Sandi  bisa mendadak koma seperti ini.

Perlahan, jari Sandi bergerak. Sama ketika ibu Citra menunggunya beberapa jam yang lalu.

"Siska.." Panggil Sandi lirih dengan mata yang masih tertutup.

Siska lagi? Iyalah, Siska kan pacar tersayang, sedangkan Nata hanya pacar sampingan.

Nata diam tak menanggapi, ia memasang wajah memelas sembari menunggu Sandi membuka matanya.

Sandi membuka matanya.
Dorrr...

Bukan Siska yang ia lihat, Nata. Natania Amira yang kini tengah menggenggam erat jari-jarinya.

"Siska?" Selidik Nata.

"L-lo ngapain disini?" Tanya Sandi sedikit bertenaga, mengalihkan pembicaraan karena ia tak sadar menyebut nama Siska.

"Nungguin lo. Gue khawatir sama lo, gue sampe bolos sekolah demi lo. Gue panik, katanya lo kecelakaan. Kok bisa? " Nata mulai meneteskan air mata palsunya, beruntungnya, Sandi bisa melihat dengan jelas apa yang kini ia rasakan, namun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perasaan khawatir palsu!

Sandi memejamkan matanya. Mencoba mengingat sesuatu. Ya! Siska! Kecelakaan ini diawali ketika Siska menjemputnya untuk datang ke klub malam langganannya.  Dimana gadis itu sekarang? Kenapa malah Nata yang berada disampingnya, bukan Siska? Jelas lah San, orang perasaan Siska ke lo sama kayak perasaan lo sama Nata. Gak tulus!

"Woii... kenapa ngelamun?" Nata mengibaskan tangannya di depan wajah Sandi yang masih memakai masker oksigen.

Sebenarnya masker oksigen itu sudah tidak ia perlukan, lagipula 12 jam sudah cukup untuk melewati masa koma. Sekarang, yang perlu ia lakukan hanyalah berpura-pura.

"Panggil dokter sekarang!"

"Oke, oke. Bentar, jangan mati dulu San!" Konyol, tapi itulah kalimat yang keluar dari mulut Nata.

Setelah Nata keluar dari ruangannya, Sandi meraih HP yang tergeletak di sampingnya. Tubuhnya masih lemah, tapi otaknya jauh lebih kuat daripada gajah, pikirannya melayang, kalau-kalau Nata tidak sengaja melihat isi di dalam HPnya. Memang benar, sialnya, notifikasi dari Siska yang pertama kali Nata lihat.

Drttt...

Fransiska Amelia
Lo gak parah kan? Gue gak usah ke rumah sakit ya:)

Sandi Antariksa
Kamu pacarnya Sandi? Saya maminya, sepulang sekolah jangan lupa kesini, dia terluka parah. Kalau kamu tidak datang, saya akan lapor polisi karena kamu yang terakhir kali membawa anak saya!

Fransiska Amelia
Baik, jam 3 saya sampai disana!

Sandi Antariksa
Ruang Melati nomor 14.

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang