Chapter 3

1K 101 6
                                    

Renjun menghela napas, meniup beberapa helai rambut dari wajahnya. ❝Oke, baiklah. Menjadi orangtua tunggal jauh lebih sulit daripada yang aku kira, bahkan dengan bantuan Papa dan Ayah. Aku selalu stres setiap saat dengan mencoba menyelesaikan kuliahku dan secara mental―aku agak berantakan. Bagaimana dengan itu?❞

Jeno merangkul bahunya, menariknya mendekat. ❝Ah, aku benci mendengarnya.❞

Renjun mengangkat bahu. ❝Tidak apa-apa. Tidak ada yang bisa kau lakukan.❞

❝Masih belum ada kabar dari si brengsek itu?❞

Sambil menatap tangan yang dilipat di pangkuannya, Renjun menggelengkan kepalanya. ❝Tidak ada apapun sejak dia mengirimkan cek setelah dia menandatangani kontrak dengan Falcons.❞

Jeno menggeram saat memikirkan pria yang menghamili Renjun. Jika saja dia bisa memukul laki-laki brengsek itu, ia tidak peduli bahwa di brengsek itu adalah pria adalah salah satu artis asuhan dari Falcons Management. Dia masih akan memastikan untuk menata ulang wajahnya dan mengoperasi wajahnya beberapa kali.

❝Aku tahu apa yang kau pikirkan dan dia tidak layak untuk itu,❞ kata Renjun.

Dengan mengedipkan mata Jeno menjawab, ❝kau membuatku khawatir dengan yang satu itu.❞

❝Setidaknya dengan uang yang dia kirim, aku bisa mendapatkan apartemen sendiri. Aku butuh sedikit ruang dari Papa dan Ayah.❞ Jawab Renjun.

Jeno menggelengkan kepalanya, ❝kau harus tinggal di rumah dan menumpang pada mereka selama mungkin.❞

Renjun terkekeh, ❝terimakasih banyak. Aku pikir semua orang akan mengerti tentang keinginan untuk berdiri di atas kedua kakimu sendiri dan tidak harus selalu mendapat analisa keluarga akan pilihan hidupmu.❞

❝Kau memang benar.❞ Renung Jeno, ia hanya bisa membayangkan bagaimana Paman Doyoung yang kemungkinan memberi saran pada Renjun jadilah mungkin diikutinya itu. Sial, Paman Doyoung melakukan itu padanya juga, bahkan ia bukan anaknya. Tapi sebagai saudara dari Mommy-nya, Doyoung memang selalu menjadi ibu kedua baginya.

Sambil merangkul lengannya di sekitar Renjun, Jeno berkata, ❝jadi kau bersedia membuang uang sewa ke apartemen, tapi tidak mau menerima tawaranku?❞

Renjun memutar matanya. ❝Serius, Jen? Tidak mungkin kau benar-benar ingin aku tinggal bersamamu ❛kan?❞

❝Aku benar-benar senang sekali kau menawarkannya, tapi percayalah, kau akan menyesali hal ini sejam setelah Chenle dan aku pindah.❞

❝Aku hampir tidak akan melihat kalian dengan kamar tamu di lantai atas dan aku juga akan pulang terlambat. Aku juga bisa memindahkan Choco ke halaman belakang dan memberimu ruang bawah tanah.❞

❝Biar kutebak. Bagian dari tawar-menawar itu termasuk aku mencuci pakaian dan memasak makananmu?❞

Sambil mengusap dagunya, Jeno menjawab, ❝hm, kedengarannya bagus.❞

❝Tentu saja itu bagus untukmu.❞

❝Tidak ada yang salah denganmu merawat sepupu favoritmu ini.❞ Saat Renjun tidak menjawab, Jeno meremas bahunya. ❝Baiklah, aku hanya menggodamu dan aku tidak mengharapkan kau mencuci dan memasak. Mengapa kau tidak membiarkan aku membantumu?❞

Renjun menggelengkan kepalanya, ❝senang sekali kau menawarkannya dan aku seharusnya menerima kesempatan itu. Tapi aku harus melakukan ini sendiri.❞

❝Baik. Jadilah bajingan keras kepala.❞

❝Ini sifat keluarga Lee, ingat?❞

Jeno menyeringai. ❝Benar sekali.❞

Well, aku rasa dengan kemurahan hatimu, kau tidak memikirkan dengan benar tentang betapa berisiknya jika aku dan Chenle tinggal di rumahmu.❞

[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang