Bab 47

230 20 4
                                    

SELAMA sisa waktu hari ini, Jaemin berusaha mengatasi rasa pusingnya. Dia tidak membiarkan sikap Jeno pagi ini merusak kegembiraannya. Seungmin menumbuhkan semangatnya dengan mengajaknya keluar untuk makan siang semacam pra-perayaan. Kemudian pada jam empat lewat sedikit, dia mendorong pintu kantor OB/GYN dan mencoba berjuang agar bisa mengendalikan kegelisahannya.

Ketika dia mulai mendaftar, petugas resepsionis memberinya sebuah senyum meminta maaf. "Mungkin butuh beberapa waktu. Teknisi kami tertahan di kantor Sandy Springs."

Seketika itu jantung Emma tenggelam. "Kau bercanda? Maksudmu aku harus menunggu lebih lama lagi? Aku sudah hampir meledak!"

"Saya meminta maaf, beliau akan berusaha untuk segera datang kemari secepatnya."

Jaemin tersenyum. "Aku mengerti. Aku hanya senang akan mengetahui jenis kelaminnya sekarang. Aku tidak tahu bagaimana para wanita bisa menunggu sampai sembilan bulan di masa lampau."

Resepsionis tertawa. "Saya tahu, memang benar kan? Tapi saya berjanji kami akan menghubungi Anda kembali saat petugas kami datang."

"Terima kasih." Jaemin kemudian menjatuhkan diri di salah satu kursi yang nyaman dan mengeluarkan iPad dari tasnya. Dia berpikir sebaiknya dia membaca sampai Jeno atau teknisi itu muncul. Dia begitu tenggelam membaca novel roman, dia hampir tidak menyadari ponselnya berdering. Meraih ponselnya, dia melihat panggilan itu dari Jeno. "Hei, kau di mana?"

Ketika Jeno berbicara, suaranya lirih dan dia tahu Jeno pasti sedang dalam ruang meeting atau tepat di luarnya. "Para CEO sialan muncul entah dari mana dua jam yang lalu menginginkan kami mengerjakan semua laporan. Aku tidak tahu apakah aku bisa datang tepat waktu."

"Tidak apa-apa. Teknisi bagian USG terlambat dari salah satu kantor mereka yang lain. Cobalah datang kapanpun kau bisa, oke?"

"Oke. Aku akan mengusahakannya."

"Aku mencintaimu." kata Jaemin.

Satu-satunya respons yang dia dapatkan adalah suara klik, saluran langsung mati. Pada awalnya, dia mencoba membuat pertimbangan dengan dirinya sendiri bahwa Jeno tidak bisa datang karena pekerjaannya. Tetapi berdebat dengan dirinya sendiri sama sekali tidak membantu. Dia melawan dorongan yang sangat kuat karena air matanya yang akan meledak keluar. Bukan hanya karena dia sendirian akan menghadapi hasil USG, tapi Jeno bahkan tidak perlu repot-repot mengucapkan selamat tinggal. Dan Jeno masih tidak mau mengatakan bahwa dia juga mencintainya.

Mengambil tisu dari tasnya untuk menyeka matanya yang basah, dia mendongak ke arah keributan yang datang melewati pintu kantor dokter. "Setidaknya biarkan aku masuk duluan dan melihat apakah itu tidak ada masalah." kata suara yang begitu familiar.

Seorang pria mendengus sebagai jawaban. "Persetan! Big Papa bisa mencium pantatku jika dia tidak menginginkan aku di sini!"

Hati Jaemin melonjak saat mendengar suara Bangchan dan Seungmin bertengkar. Saat melihat Jaemin, mereka langsung tutup mulut. "Hei, apa yang kalian berdua lakukan di sini?"

Bangchan menatap sekeliling ruang tunggu yang hampir kosong. "Kupikir pertanyaan yang lebih baik adalah di mana Big Papa?"

Jaemin memutar matanya. "Bisakah kau berhenti memanggil dia seperti itu? Dan dia terjebak dalam sebuah meeting."

"Oh." gumam Seungmin.

Mereka disela oleh perawat yang menyembulkan kepalanya ke ruang tunggu. "Tuan Na? Kami siap untuk Anda sekarang."

"Oh, oke, terima kasih." jawab Jaemin, berdiri dari kursinya. Dia berharap waktu penundaannya lebih lama untuk memberikan Jeno waktu yang lebih banyak, tetapi sepertinya dia terlihat tidak sedang beruntung.

𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang