Jeno menggeram dan mendorong lidahnya ke dalam mulut Jaemin. Jaemin menggeser ritme gerakannya di atas pangkuan Jeno lebih cepat lagi. Tangan Jeno turun dari pinggul Jaemin menuju ke pinggangnya. Setelah Jeno melepas baju Jaemin, jari terampilnya turun menyusuri deretan kancing bajunya.
Jaemin menggigit bibirnya ketika tangan Jeno menyelinap di dalam kemejanya untuk membelai salah satu putingnya. Ketika ibu jari Jeno mencubit putingnya, Jaemin tidak bisa menghentikan erangan yang lolos dari bibirnya. Dia benci pada dirinya sendiri bahkan lebih ketika Jeno tersenyum penuh kemenangan ke arahnya. Jeno bertekad bahwa Jaemin menginginkan lebih dari sekedar ingin hamil, dan hal itu membuatnya marah jika dia menyerah padanya. Kemarahan mendorong Jaemin untuk bergerak lebih keras terhadap diri Jeno, berharap untuk menyelesaikannya lebih cepat.
Tapi Jeno ternyata telah mengantisipasinya. Dia mencengkeram kuat kedua sisi pantat Jaemin dengan kedua tangannya kemudian bergeser ke tepi kursi. Jaemin menjerit dan mencengkeram kakinya di pinggang Jeno agar tidak terjatuh. "Tunggu sebentar," kata Jeno. Dalam satu gerakan, Jeno berdiri, membuat tangan Jaemin mengetat di lehernya. Tawa Jeno menghangatkan telinganya. "Santai sedikit, sayang. Aku masih ingin bernapas."
"Maaf," rengeknya.
Dengan lembut Jeno menurunkan Jaemin di tepi mejanya, kemudian membawa bibirnya ke bibir Jaemin. Mencium seperti kelaparan, dia mendorong Jaemin untuk merebahkan tubuhnya. Jaemin menggerakkan pinggulnya dan sekali lagi membungkus kakinya di sekeliling pinggang Jeno, membawanya masuk bahkan lebih dalam. Mereka berdua sama-sama mengerang di bibir masing-masing penuh dengan sensasi. "Sialan, Jaem." gumamnya sambil menghujam ke dalam diri Jaemin.
Menjaga kecepatan agar tetap stabil, Jeno melepaskan bibirnya dari bibir Jaemin dan mulai mencium menuruni lehernya. Mulutnya menggantikan tangannya yang sebelumnya telah berada di sana, dengan menggunakan lidahnya dan mengisap putingnya. Jaemin menutup matanya, tekadnya untuk tidak merasa apa-apa telah memudar saat dia terengah-engah dan mendorong tubuhnya lebih jauh ke dalam mulut Jeno. Ketika bibir Jeno pindah ke puting yang satunya, Jaemin tahu dia dekat ke tepian orgasme. "Jeno," katanya terengah-engah.
Jeno mengangkat kepalanya dari dada Jaemin untuk melihat pria manis itu keluar, "Melihatmu seperti ini membuatku gila." katanya. Dia mendorong lagi beberapa kali kemudian dia mengikuti Jaemin. "Ya Tuhan!" teriaknya.
Mereka berbaring tak bergerak selama beberapa detik, mereka berdua meredakan diri pasca orgasme. Jeno mengangkat kepalanya dan Jaemin tersenyum dengan malas. "Seperti biasanya, rasanya sangat menakjubkan."
"Ya, benar." jawab Jaemin, napasnya masih terengah-engah.
"Apakah ada kemungkinan suhu tubuhmu berubah lagi hari ini?"
"Tidak, aku rasa tidak."
"Sialan."
Jaemin terkikik, "Maaf."
Jeno menciumnya sebelum melepaskan diri keluar dari Jaemin. Ketika dia menarik celananya ke atas, Jaemin turun dari meja. Dia merapikan kemeja dan celananya. "Oh, celana dalamku!" gumam Jaemin, mencari-cari di sekitar lantai. "Sudah kuamankan." kata Jeno sambil membungkuk di samping meja. Dia menatap thong hitam berenda sebelum menyerahkannya ke Jaemin. "Sayang sekali aku tidak bisa melihatmu menggunakan itu."
"Selalu ada lain kali," candanya sambil tersenyum.
Jeno tertawa dan mulai menyelipkan kemeja ke dalam celananya. Jaemin memakai celana dalamnya lalu merapikan rambutnya. "Um, apakah kau keberatan jika aku menggunakan sofamu untuk sementara?"
"Untuk calon anak?"
Dia mengangguk
"Tentu saja tidak. Aku juga harus turun ke bawah untuk meeting."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...