Saat mereka melangkah memasuki lift kosong, Jaemin mendorong Jeno yang sedang lengah ke dinding. ❝Jaem, apa—❞
Jaemin memotong kata-katanya dengan melumat bibir Jeno dengan bibirnya. Tangannya mencengkeram tangan Jeno, lalu Jaemin menyentakkan tangan mereka ke atas di samping kepala Jeno dan menempelkannya ke dinding. Lidahnya mendorong masuk ke dalam mulut Jeno, dengan serakah mencari lidahnya lalu menggosok dan menggoda di atasnya. Suara erangan rendah meledak jauh dari dalam tenggorokan Jeno. Sambil menggenggam tangan Jeno dengan salah satu tangannya, Jaemin menjalankan tangannya yang lain menuruni dada Jeno terus ke bawah pinggang lalu ke menangkup ereksinya yang sudah mengembang.
Jeno melepaskan bibirnya menjauh dari bibir Jaemin. Dengan terengah-engah, dia menatap mata Jaemin yang terbakar oleh gairah. ❝Na Jaemin, apakah kau mencoba memperkosa aku di dalam lift ini?❞
Sambil meremas ereksi Jeno, Jaemin mengangkat alisnya ke arahnya. ❝Aku tidak berpikir kalau kau mau untuk diperkosa?❞
Jeno tertawa kecil. ❝Benar juga.❞ Saat Jaemin meraba-raba sepanjang kejantanannya di atas celananya, bibirnya menciumi leher Jeno sampai meninggalkan jejak panas di sana. Jeno menggigil saat Jaemin menjilat di sepanjang garis rahangnya. ❝Coba kutebak. Momen horny yang ekstrim ini mungkinkah karena hormon kehamilan?❞
Tawa Jaemin bergetar di pipi Jeno. ❝Ya, benar. Ugh, mereka sangat gila.❞ Jaemin melepaskan diri dari tubuh Jeno dan menjauh darinya. ❝Kurasa aku mulai mengerti bagaimana rasanya menjadi dirimu.❞
Sambil mendongakkan kepalanya ke belakang, Jeno tertawa keras. ❝Maksudmu bagaimana rasanya menjadi horndog (seorang pria dengan hasrat seksual yang kuat)?❞
Dengan mata terbelalak, Jaemin menjawab, ❝uh-huh.❞
❝Lalu kenapa kau menarik diri?❞
❝Well, karena—❞
❝Itu bukannya aku mengeluh, sayang.❞
Jaemin tersenyum saat dia menjalankan tangannya ke atas ke bagian depan tuksedonya. ❝Jadi kau tidak keberatan dianiaya di dalam lift umum?❞
❝Tidak. Bahkan, aku sangat menikmatinya.❞
Lift berbunyi, dan pintu terbuka di lantai mereka. ❝Kurasa kita harus melanjutkan ini di suite kita,❞ kata Jaemin.
Jeno melepas jas tuksedonya dan menempatkannya di depan pinggangnya untuk menyembunyikan kondisinya. Meskipun dia menikmati gairahnya yang memanas karena Jaemin menjadi begitu agresif di dalam lift, tapi sebenarnya hal itu agak merusak rencananya untuk malam ini. Tidak akan ada adegan rayuan pelan-pelan sebagai pasangan yang sudah bertunangan mengingat dia setengah keras.
Jaemin mengambil keycard dari Jeno dan membuka pintu. Jeno menahan napasnya saat Jaemin melangkah masuk. ❝Oh Tuhan,❞ gumamnya.
Jeno menjulurkan lehernya untuk menontonnya ketika hak sepatu Jaemin berbunyi saat melintasi kelopak mawar yang tersebar di lantai. Di atas meja, ada wadah sampanye dan stroberi. Meskipun dia tidak bisa melihat wajah Jaemin, Jeno tahu tatapannya tertuju di dalam kamar tidur di mana lilin menunggu untuk dinyalakan, dan paket dibungkus warna pink diletakkan di atas di tempat tidur.
Dia berbalik lalu menatap Jeno yang sedang berdiri di ambang pintu. ❝Ini seperti...❞
Jeno tersenyum. ❝Waktu pertama kita.❞
Air mata berkilau di matanya saat mendekat untuk menutup kesenjangan jarak di antara mereka. Kali ini ketika Jaemin menciumnya itu dengan cinta, bukan nafsu. ❝Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, Jeno,❞ gumamnya saat menempel di bibir Jeno.
❝Aku juga mencintaimu.❞
Menarik diri, Jaemin memiringkan kepalanya ke arahnya. ❝Aku bahkan tidak akan bertanya apa yang ada di dalam kotak itu karena aku tidak percaya kau bisa menemukan lingerie yang pas untukku.❞
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...