Chapter 12

713 84 0
                                    

Jaemin mendorong Jeno menjauh dengan segala kekuatan yang bisa dia kerahkan. ❝Ya Tuhan, kau seperti seorang bajingan yang egois! Aku terbuka padamu dengan menceritakan keinginanku untuk memiliki seorang anak dan kau mengatakan kau ingin untuk...untuk...❞

Jeno menyilangkan tangannya di dadanya. ❝Kau sudah dewasa, Jaem. Tak bisakah kau mengatakan seks?❞

❝Kau benar-benar menjijikkan.❞ Dia mencengkram pinggiran gelasnya dan menyipitkan matanya ke arah Jeno. ❝Jika aku tidak sangat membutuhkan sisa minumanku ini, aku akan senang hati menyiramkannya ke wajah aroganmu!❞

Jeno tertawa melihat kemarahannya. ❝Sekarang, apakah itu caranya berbicara dengan ayah masa depan dari anakmu?❞

Dia tersentak ke belakang ke kursinya dengan memantul seperti gelang karet. ❝M-Maaf?❞

❝Aku sedang membicarakan mengenai sebuah usulan bagi kita berdua untuk mendapatkan sesuatu yang benar-benar kita inginkan. Aku akan memberikanmu sedikit, dan kau memberikan aku sedikit juga.❞

❝Apa maksudmu?❞

❝Aku sedang berbicara mengenai menawarkan DNA-ku untukmu. Haechan bilang kau menolak pergi ke bank sperma karena kau mungkin berakhir dengan membawa bibit setan, jadi kurasa aku bisa menjadi kandidat yang baik.❞

Jaemin melebarkan matanya saat gelombang rasa terkejut menggulung keras dirinya. ❝Kau tidak mungkin serius.❞

❝Tentang bagian yang mana: aku sebagai pendonor atau aku pilihan yang lebih baik daripada bibit Setan?❞ tanyanya, sambil menyeringai nakal.

❝Keduanya, tapi terutama kau ingin menjadi pendonor sperma untukku.❞

❝Yeah, aku serius.❞

❝Apakah kau tahu syarat apa untuk menjadi pendonor sperma?❞ Tanya dia.

Dia menyeringai ke arahnya. ❝Aku punya ide yang cukup bagus.❞

Jaemin menggelengkan kepalanya. ❝Bagaimana bisa kau bertindak begitu sembrono tentang ini? Ini adalah komitmen yang sangat besar.❞

❝Tenanglah. Kita bicara tentang masturbasi ke dalam cangkir plastik, bukan menyumbangkan sebuah organ tubuh.❞

❝Sebenarnya ini sedikit lebih dari itu.❞

❝Aku punya beberapa teman yang pernah melakukan hal seperti itu di perguruan tinggi. Tidak terlalu berat.❞

Jeno sambil mengangkat bahu. ❝Selain itu, hal ini tidak seperti aku menyetujui untuk menikahimu dan membesarkan anak itu. Ini hanya seperti membagi sedikit DNA antar kenalan. Aku yakin Haechan akan menandatangani sesuatu yang mengatakan dia tidak ikut membesarkan anak itu kan?❞

❝Ya, kami telah membahas kontrak itu ketika Mark tetap tidak menginginkan Haechan terlibat.❞

❝Aku yakin aku bahkan kandidat yang lebih baik daripada Haechan.❞

❝Dan bagaimana kau bisa yakin seperti itu?❞

❝Semua orang menginginkan seorang anak yang sehat, cerdas, dan menarik, kan? Well, aku baru saja mendapat surat keterangan sehat dari hasil tes kesehatan tahunan perusahaan. Keluargaku tidak memiliki riwayat penyakit berat apapun atau sakit jiwa. Aku lulusan tertinggi dari Universitas Georgia, dan aku memiliki gelar MBA.❞ Dia mengedipkan matanya ke arah Jaemin. ❝Dan kupikir sangat tepat untuk mengatakan aku membawa beberapa gen tampan dan perkasa ke dalam gambaran itu.❞

Jaemin menatapnya dengan curiga, ❝tapi apa imbalannya? Jangan tersinggung, tapi selain kita bekerja di perusahaan yang sama, aku baru saja mengenalmu. Dan apa yang aku ketahui selama ini tentangmu tidak terlalu menyanjung. Terlepas dari seberapa mudahnya kau menyetujuinya, menawarkan bagian dari esensimu adalah pengorbanan yang sangat besar bagi seseorang. Aku hanya tidak bisa membayangkan kau melakukan sesuatu yang tidak begitu egois.❞

Jeno memegang tangannya di atas dadanya. ❝Sialan, Jaem, kata-katamu benar-benar melukai hatiku. Maksudku, aku baru saja mempertaruhkan hidupku belum sejam yang lalu ketika kau dan Haechan bertengkar, namun aku masih seorang yang benar-benar egois.❞

Dia memutar matanya, ❝jawab saja pertanyaannya.❞

Dia menyeringai. ❝Oke, oke, kau benar. Motifku memang bukan sepenuhnya tidak egois.❞

❝Aku tahu itu!❞ Katanya gusar.

❝Ini hanya proposisiku. Aku menawarkan untuk menjadi ayah dari anakmu, dan sebaliknya, kau harus berjanji untuk hamil denganku secara alami.❞

Ketakutan menyelimuti Jaemin, membuat dirinya sampai bergidik. ❝Alami? Seperti kau dan aku melakukan hubungan seks?❞

❝Kebanyakan orang akan menemukan itu sedikit lebih menarik daripada yang baru saja kau katakan,❞ gumam Jeno.

Jaemin menggeleng marah. ❝Aku tidak bisa berhubungan seks denganmu!❞

❝Kenapa?❞

❝Aku tidak bisa.❞

❝Kau harus memberiku sebuah alasan.❞

Jaemin memutar serbet kertas di tangannya seperti yang biasa dia lakukan ketika gugup. ❝Hanya saja aku mempercayai kalau seks itu sesuatu yang sakral dan bermakna istimewa yang dilakukan antara dua orang yang benar-benar berkomitmen satu sama lain dan mereka saling jatuh cinta.❞

Alis Jeno berkerut. ❝Dan berapa kali kau benar-benar berkomitmen dengan seseorang?❞

❝Menurutmu? Jelas pria yang bersamaku itu terlibat komitmen denganku, begitu juga diriku.❞

Jaemin menyipitkan matanya melihat ekspresi ketidakpercayaannya Jeno. ❝Ketika empat tahun terakhir kehidupanmu telah menjadi neraka, seks benar-benar bukan menjadi peringkat tertinggi pada daftar prioritas hidupmu.❞

Jeno mengerutkan alisnya. ❝Apa maksudmu?❞

Jaemin menunduk menatap serbet kertas, yang kini sudah robek di atas pangkuannya, dan mencoba untuk mengendalikan emosinya. Hal terakhir yang dia ingin lakukan adalah menjadi histeris di depan Jeno untuk kedua kalinya di malam ini. ❝Setelah Daniel, tunanganku, tewas, aku menutup diri selama satu tahun. Kurasa kau bisa mengatakan aku seperti mayat hidup. Bangun tidur, aku berangkat kerja, dan pulang ke rumah. Kemudian saat aku mulai melihat sinar matahari lagi, ibuku didiagnosa menderita kanker. Dia benar-benar seperti duniaku, dan selama delapan belas bulan, seluruh hidupku kugunakan untuk merawatnya.❞

Air mata mengaburkan matanya. ❝Kemudian dia meninggal.❞

Saat melihat ekspresi ketakutan Jeno, Jaemin tertawa dengan gugup. ❝Aku bisa membayangkan sekarang kau pasti berharap tidak pernah mengajakku keluar untuk minum, apalagi menawarkan proposisimu untukku.❞

❝Sama sekali bukan itu yang kupikirkan.❞

❝Oh benarkah?❞

❝Jika kau mau tahu, aku berpikir lebih tentang bagaimana aku belum pernah bertemu dengan seseorang seperti kau sebelumnya.❞

❝Apakah itu bisa dianggap sebagai pujian?❞ Jaemin tidak bisa menahan mulutnya yang terbuka. ❝Aku tidak percaya kau baru saja mengatakan sesuatu yang sangat serius dan sensitif.❞

❝Aku sedang memiliki momen baikku,❞ jawabnya, sambil menyeringai.

❝Yang berarti, cobalah memiliki momen itu lebih banyak lagi.❞

Ekspresi riang Jeno berubah serius. ❝Aku benar-benar menyesal tentang semua yang telah kau lalui beberapa tahun terakhir. Tak seorangpun seharusnya menanggung itu begitu banyak dan melakukannya sendiri.❞

❝Terimakasih,❞ gumamnya, saat dia mencoba untuk tidak menatap Jeno yang seakan tiba-tiba tumbuh tanduknya. Apakah mungkin benar di balik kepribadiannya yang egois sebenarnya ada kebaikan di hatinya? Salah satunya dia sangat peduli pada semua yang telah Jaemin lalui?

❝Dan aku juga minta maaf telah mengkritikmu mengenai seks. Cukup menyegarkan bertemu seseorang yang memiliki idealis kuno.❞

❝Kau serius?❞

Jeno tersenyum malu padanya. ❝Ya. Bagus juga mengetahui kalau penolakanmu di pesta Natal itu bukan hanya karena reputasiku, tapi lebih banyak tentang prinsip hidupmu.❞

𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang