"SAYA ingin mengucapkan terima kasih pada semuanya untuk bersedia pulang terlambat. Saya senang bagaimana segala sesuatunya menjadi lebih baik, dan saya berharap untuk keberhasilan kerja sama ini."
Segera setelah CEO keluar dari ruang rapat, Jeno mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Melirik pada jamnya, dia menyeringai. Tidak ada cara untuknya agar bisa melintasi jalanan untuk memenuhi janji pada Jaemin. Rasa malu menggema melalui dirinya ketika dia merasa lega atas hilangnya momen menemani Jaemin USG. Mengkonfirmasi jenis kelamin bayi yang akan lahir nanti membuat semuanya lebih nyata. Melonggarkan dasinya, dia melawan perasaan seperti mencekiknya yang terus menghantui dirinya. Tangannya merinding lagi, dan ingatannya kembali lagi ketika dia merasakan bayinya bergerak di perut Jaemin.
Dia menggosok jari-jarinya di bawah kerah bajunya ketika seseorang berdeham. Dia mendongak dan menemukan ruang rapat kosong kecuali si rambut cokelat berpayudara besar karyawan baru di departemennya.
"Saya pikir kita belum berkenalan sebelumnya," kata si perempuan itu dengan sebuah senyum mengundang. "Saya Kim Aeri."
Dia mengulurkan tangannya. "Lee Jeno."
"Oh, saya tahu siapa Anda." jawab Aeri, membiarkan dirinya berlama-lama berjabatan tangan dengan Jeno sedikit lebih lama daripada yang seharusnya. "Anda memiliki cukup reputasi di sini."
Jeno melengkungkan alisnya. "Benarkah?"
Dia mengangguk. "Baik dari dalam maupun di luar ruang rapat."
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Jeno benar-benar tidak kompeten bagaimana menangani rayuan seorang wanita. Biasanya, dialah yang akan mengambil inisiatif pada saat ada wanita yang tetap tinggal sendirian dengan dia. Tapi sekarang dia sepenuhnya kehilangan kata-kata.
Aeri memiringkan kepalanya ke kanan dan tersenyum malu-malu. "Anda tahu saya baru datang di Korea ini, jadi saya belum mengenal banyak orang. Apakah Anda mau minum dengan saya?"
Detak jantung Jeno melaju kencang saat beban pertanyaan Aeri seakan jatuh menimpa dirinya. Hati dan pikirannya berjuang melawan satu sama lain. Hal ini seperti mengirim darahnya untuk dipompa lebih keras dan lebih keras lagi mengalir di pembuluh darahnya sampai bunyinya berdebar seakan telinganya mendengar kelompok musisi yang memainkan alat musik. Jeno sudah pernah mengalami berkali-kali kejadian seperti ini sebelumnya. Dia tahu persis apa maksud dari sindiran Aeri, dan itu bukan hanya sekedar pergi minum setelah lelah bekerja yang tidak berbahaya.
Jeno hampir bisa merasakan nafsu yang terpancar dari tubuh Aeri. Jika dia memulainya, Aeri mungkin tidak akan keberatan kalau dia menyetubuhinya tepat di atas meja rapat. Gagasan untuk mendorong roknya ke atas, merobek celana dalamnya dan melahapnya seperti mengirimkan putaran di bawah pinggangnya.
Kemudian gambaran Jaemin sedang duduk bersama kakek-neneknya, tangannya dengan lembut membelai perut yang berisi anaknya, terlintas di depan matanya. Jaemin mencintainya dan jauh di lubuk hati, dia mencintai Jaemin. Dia seharusnya tidak mengambil tawaran Aeri. Tidak, dia tidak boleh mengambil tawaran Aeri.
Tapi kemudian pengaruh dari hubungan itu seakan mencekiknya dan menjadi seorang ayah sekali lagi telah menekan dirinya. Dia tidak pernah meminta untuk hal itu. Yang dia inginkan adalah pada akhirnya dia bisa mengajak Jaemin ke tempat tidur kemudian melanjutkan hidup seperti yang selalu dia lakukan. Dia mengertakkan giginya. Damn, Jaemin, karena membuat Jeno menginginkan lebih dengan dia... karena membuatnya jatuh cinta pada Jaemin.
Tidak, dia tidak akan menenggelamkan dirinya sendiri dalam perasaannya untuk Jaemin. Dia akan keluar sekarang selagi masih bisa.
"Ada bar di seberang jalan." katanya parau.
"Kedengarannya bagus." jawab Aeri, suaranya serak.
Ketika dia mulai berjalan memutari sisi meja, Jeno menemukan dirinya berdiri tidak bisa bergerak di atas lantai. Otaknya berteriak pada telapak dan tungkai kakinya untuk bergerak melangkah, tapi mereka menolak. Seolah-olah mereka berhutang kesetiaan yang aneh untuk hatinya dan Jaemin. Melihat ekspresi kebingungan Aeri, dia memaksa wajahnya tersenyum. "Maaf, duduk sehabis meeting selalu membuatku sedikit kaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...