Jeno memandang gugup ke arah orangtuanya. Dia menelan ludah dengan susah payah saat Taeyong menatap tubuh Jaemin dari belakang. Suara pintu kamar mandi terbanting. Jaehyun menaikkan alis karena curiga.
Pikirannya berputar-putar tentang bagaimana dia akan menjelaskan perilaku Jaemin dan menjaga rahasia mereka. Akhirnya dia tersenyum meminta maaf. "Aku seharusnya memberitahu kalau dia seorang vegetarian dan bau daging membuatnya sakit."
"Jangan membodohi aku." jawab Taeyong.
"Maaf?" Pinta Aidan, sambil mencondongkan tubuh ke depan kursinya. Tentu saja itu bukan respons yang dia harapkan. Kebohongannya tampak cukup masuk akal baginya. Well, kecuali untuk sedikit fakta bahwa Jaemin dengan senang hati menerima undangan makan siang pie daging sepuluh menit yang lalu.
Jaehyun menggeleng. "Dia hamil, kan?"
Perut Jeno bergejolak dan dia menahan diri karena ingin lari dari meja seperti Jaemin. "Apa yang menyebabkan daddy berpikir demikian?" katanya dengan suara parau. Dia yakin sekali Jaemin tidak menyebutkan sesuatu kepada Taeyong saat mereka melihat mawar. Jika ada orang yang mau menjatuhkan bom tentang sesuatu mengenai dirinya akan menjadi seorang ayah, itu pasti dia.
"Pengalaman dari ibumu, tentu saja. Dia tidak bisa berdiri di ruangan sama yang ada bau daging saat dia hamil dirimu. Bahkan bau daging samar-samar saja telah mengirimnya ke kamar mandi. Yang terburuk, saat kami berada di kota besar dan melewati stand hotdog." Jaehyun tersenyum sambil melirik ke arah Taeyong. "Aku belum pernah melihat seseorang yang memiliki semacam reaksi seperti itu selain dirinya, bahkan saudaramu tidak seperti itu."
Jeno mengalihkan pandangannya menyusuri lorong. "Kehamilan Jaemin baru enam minggu. Morning sicknessnya atau kurasa aku harus mengatakan itu mual-mual, benar-benar membuatnya begitu menderita."
"Aku berasumsi itu anakmu?"
"Tentu saja, Mom." jawab Jeno tidak terima.
"Kau pasti bisa melihat mengapa aku mempertanyakanmu. Setelah semuanya, kau mengenalkan sebagai seorang teman di tempat kerjamu dan sekarang kau bilang dia hamil anakmu."
"Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan itu pada kalian."
"Apakah kau berencana untuk menikahinya?" tanya Taeyong dengan geram.
"Tidak sesederhana itu."
Alis Taeyong melengkung karena kaget. "Tidak? Aku kira ketika kau bersama seseorang dan dia hamil anakmu, kau akan melakukan hal yang terhormat dan menawarkan untuk menikahinya. Lalu mengapa kau tidur dengannya jika kau tidak mencintainya dan melihat masa depan bersamanya? Atau kau masih sialan cenderung menjadi laki-laki brengsek yang suka memperalat orang untuk kepentingan pribadimu sendiri?"
Jeno menyipitkan mata dan mencengkram pinggiran taplak meja berenda. "Ya Tuhan, Nak, jangan menyembunyikan sesuatu lagi. Katakan saja bagaimana perasaanmu yang sebenarnya!"
"Maafkan aku, tapi umurmu sudah tiga puluh dua tahun sekarang. Kau belum memiliki hubungan jangka panjang sejak kau putus dengan Acel." Jaehyun menggeleng sedih. "Jika aku mau jujur, aku bisa mengatakan bahwa Acel dan Jaemin mengingatkan aku akan banyaknya kesamaan satu sama lain. Tentu saja aku tidak ingin melihat Jaemin terluka seperti Acel, terlebih jika dia sedang mengandung cucuku."
"Dengar, berhentilah menganggapku seperti seorang bajingan. Jaemin menginginkan bayi, jadi aku setuju untuk membantunya."
Taeyong membuka dan menutup mulutnya seperti ikan keluar dari air untuk mengambil udara. Begitu dia punya waktu untuk menyesuaikan diri dengan berita ini, senyum geli melengkung di bibirnya. "Ah, kau seperti seekor kuda pejantan atau sesuatu yang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...