Suara bel berbunyi memotong perkataan Jeno dan menyentakkan Jaemin keluar dari mantra Jeno. ❝Ya Tuhan,❞ geram Jaemin.
Tangan Jaemin turun dari leher Jeno untuk mendorong dada Jeno, ❝biarkan aku pergi.❞
Ketika Jeno masih memeluk eratnya, Jaemin memberikan tatapan panik pada tatapan sedih Jeno. ❝Kumohon, Jeno.❞
Tangan Jeno turun dengan lemas dari Jaemin saat bahunya turun dalam kekalahan. ❝Baik. Pergilah padanya. Aku harap dia bisa memberimu apa yang jelas-jelas tidak kau inginkan dariku. Tapi jangan berpikir satu menit pun kau tidak melakukan seperti yang aku lakukan. Kau lari dari kebahagiaan dan mencoba menenangkan ketakutanmu dengan pria lain.❞
Jeno berbalik dan meninggalkan Jaemin sendirian di dalam kamar mandi. Merasa pusing, Jaemin mencengkeram ujung meja. Air mata menggenang di mata Jaemin, tapi dia berjuang untuk tetap tenang.
Jaemin mendengar Jeno membukakan pintu depan dan menyuruh Johnny masuk. Jaemin melihat dirinya di cermin dan menyeringai. Ciumannya dengan Jeno membuat lipstik di bibirnya belepotan. ❝Tunggu sebentar!❞ Teriak Jaemin.
❝Pergunakan waktu semaumu,❞ jawab Johnny dengan sopan tanpa dibuat-buat. Jaemin yakin Johnny hanya bersikap sopan mengingat Jeno ada di sana.
Setelah Jaemin selesai bersiap, dia meraih tasnya dan bergegas menyusuri lorong. Johnny berdiri di teras dengan membelakangi Jaemin. Tangan Johnny ada di dalam saku, gugup bermain-main dengan kunci di dalamnya sementara Jeno tak terlihat di mana pun. Jaemin berdehem. ❝Maafkan aku terlambat.❞
Johnny berbalik dan menikmati penampilan Jaemin. Senyum ceria melengkung di wajah Johnny. ❝Kau terlihat sangat cantik, hanya pria bodoh yang tidak langsung memaafkanmu.❞
❝Terima kasih,❞ jawab Jaemin, ia kagum betapa tampannya Johnny dalam mantelnya yang menyembunyikan jas dan dasi yang dia kenakan di bawahnya. Sebuah syal berwarna krim melingkari lehernya. ❝Kau juga terlihat tampan.❞
❝Terima kasih, aku menghargai itu.❞ Dia melihat di sekeliling foyer. ❝Di mana mantelmu?❞
❝Oh, tunggu sebentar.❞ Saat Jaemin akan menuju ke kloset di samping dapur, tiba-tiba Jeno muncul, membawakan Jaemin mantel di tangannya. ❝Kau tidak mau melupakan ini. Malam ini pasti di bawah 40 derajat, aku tidak ingin kau dan Jisung merasa kedinginan.❞
Jaemin mencoba mengambil mantelnya, tetapi Jeno berniat memakaikan mantel itu padanya. Jaemin berbalik membelakangi Jeno dan menghadap ke Johnny. Rahang Johnny menegang saat melihat Jeno menarik mantelnya menaiki lengannya dan mengarah ke bahunya. ❝Terima kasih.❞
❝Sama-sama.❞ Jari-jari Jeno masih ada di bahu Jaemin sampai akhirnya Jaemin melangkah menjauh dari Jeno.
❝Aku kira kita lebih baik cepat pergi. Kita tidak ingin melewati makan malam pesanan kita,❞ kata Jaemin pada Johnny.
❝Senang melihatmu lagi, Jeno. Katakan pada sepupumu aku berharap dia bisa menjaga dirinya sendiri, jangan bekerja terlalu berat.❞
❝Yeah, sama untukmu juga. Aku akan mengatakan pada Kun kau titip salam untuknya.❞
Jaemin tidak bisa percaya bahwa Jeno bisa bersikap ramah. Tapi saat Jaemin dan Johnny sampai di pintu depan, Jeno berkata, ❝Jagalah priaku.❞
Tangan Johnny membeku di gagang pintu. ❝Um, aku akan melakukannya,❞ gumam Johnny sebelum dia membukakan pintu untuk Jaemin. Saat pintu tertutup di belakang Johnny, dia menghela napasnya dengan gusar.
❝Maafkan aku karena hal itu.❞ Jaemin memulai ketika mereka mulai menuruni tangga.
❝Tidak apa-apa. Mungkin aku juga akan bereaksi dengan cara yang sama.❞
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...