Bab 18

724 86 2
                                    

"Terima kasih." Terdorong oleh pujian Jeno, Jaemin mencondongkan tubuhnya lalu membawa bibirnya ke bibir Jeno. Kali ini Jaemin menyelipkan lidahnya masuk ke dalam mulut Jeno, dengan penuh semangat mencari kehangatannya. Tangan Jaemin meluncur turun dari pinggang Jaemin dan menangkup pantatnya. Jeno mengaitkan salah satu kaki Jaemin ke atas pinggulnya, menggesekkan ereksinya ke tubuh Jaemin. Jaemin mengerang saat merasakan kebutuhan Jeno yang terasa dari balik celana dalamnya yang tipis. Ketika Jeno bergerak di tubuhnya, Jaemin ingin merasakan lebih pada Jeno—kulit telanjang Jeno menempel pada tubuhnya.

Jaemin melepas sejenak bibirnya dari Jeno. "Apakah kau tidak melepaskan pakaianmu?"

"Aku menginginkanmu untuk menelanjangiku."

"Oh," gumam Jaemin. Untungnya, Jeno sudah melepaskan dasinya, jadi Jaemin tidak perlu khawatir dengan yang satu itu. Jari-jarinya gemetaran meraih kancing kemeja Jeno. Dia meraba-raba saat melepaskan kancing pertamanya sebelum melepas sisanya. Jaemin membuka kemeja Jeno dan matanya melebar saat melihat pahatan dada Jeno. Tanpa berpikir, Jaemin menjalankan tangannya turun ke tengah dada Jeno, di atas absnya yang bagaikan papan cucian, dan turun lagi menuju gesper ikat pinggangnya, menyebabkan Jeno mengambil napasnya dalam-dalam dan otot-otot perutnya menegang.

Menikmati efek yang ditimbulkannya bahkan hanya berupa sentuhan kecil padanya, Jaemin mendongak dan tersenyum. "Dada yang bagus. Aku berani bertaruh kau menghabiskan waktu berjam-jam di gym." Sebelum Jeno bisa menjawab, Jaemin menggelengkan kepalanya. "Apakah aku terdengar sangat klise?"

Jeno terkekeh. "Tidak, lebih mengarah ke kolam renang. Aku dulu juara renang di seluruh negara bagian."

Hmm, aku berani bertaruh kau terlihat cukup lezat untuk dilihat dengan celana pendekmu itu, pikir Jaemin.Menikmati efek yang ditimbulkannya bahkan hanya berupa sentuhan kecil padanya, Jaemin mendongak dan tersenyum. "Dada yang bagus. Aku berani bertaruh kau menghabiskan waktu berjam-jam di gym." Sebelum Jeno bisa menjawab, Jaemin menggelengkan kepalanya. "Apakah aku terdengar sangat klise?"

Jeno terkekeh. "Tidak, lebih mengarah ke kolam renang. Aku dulu juara renang di seluruh negara bagian."

Hmm, aku berani bertaruh kau terlihat cukup lezat untuk dilihat dengan celana pendekmu itu, pikir Jaemin.

Dada Jeno bergetar karena tertawa dan Jaemin menyadari dengan rasa ngeri karena dia melakukan kesalahan dan mengucapkan apa yang dia pikirkan dengan suara keras. "Mainkan kartumu dengan benar, kau bisa mendapatkan apapun yang kau inginkan dan mungkin aku akan mengenakan satu untukmu."

Karena ingin melihat lebih banyak lagi bagian tubuh Jeno, dengan tergesa-gesa Jaemin melepaskan gesper dan menyentak ikat pinggang Jeno lepas dari celananya. Setelah melemparkannya ke lantai, Jaemin memandang ke arahnya. Tatapan Jeno panas terbakar menusuk ke dalam dirinya, dan Jaemin merasakan kehangatan mengalir di pipinya dan turun ke lehernya. Jaemin mengangkat tangannya untuk melepaskan kemeja Jeno melalui lengannya. Kemejanya jatuh ke lantai.

Sekarang yang tertinggal hanya celana Jeno, dan bagi Jaemin hal itu cukup mempengaruhinya—atau setidaknya apa yang ada di dalamnya. Begitu Jaemin membuka kancing celana Jeno, jemari Jaemin meraba-raba resletingnya. Ketika dia mendorong ke bawah, jemari Jaemin menyentuh ereksi Jeno. Kejantanannya terasa mengeras di balik celana dalamnya, menunggu dibebaskan oleh sentuhannya. Jaemin mencondongkan tubuhnya pada Jeno, menekankan tubuhnya yang bergairah ke arah Jeno sambil meraih bagian belakang pinggangnya untuk mendorong celananya turun melewati pantatnya. Tangannya berhenti sebentar untuk menangkup kedua belahan pantat Jeno sebelum meraih celananya. Jaemin meluncur turun ke bawah bersamaan dengan gerakan celananya.

"Tak ada pujian untuk pantatku?" tanya Jeno, suaranya bercampur dengan geli.

Ketika Jaemin sudah di bawah, dia menengadah memandang Jeno. "Sangat indah?"

Jaemin tertawa."Terima kasih."

Memegang bagian belakang kaki Jeno, Jaemin perlahan berdiri. Kuku-kukunya mencengkeram betis dan paha Jeno, pria itu tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Jaemin. Sekali lagi, Jaemin menangkup pantat Jeno saat jemarinya bergerak menuju ban pinggang celana dalamnya. Tepat saat Jaemin mulai membebaskan ereksinya, Jeno menggelengkan kepalanya. "Untuk yang pertama, ini akan menjadi segalanya tentang dirimu." Kemudian Jeno membawa bibirnya ke bibir Jaemin, memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jaemin. Jaemin memeluk leher Jeno saat lidah Jeno menekan lidahnya.

Jeno terus menciuminya hingga meninggalkan jejak hangat dari mulut Jaemin menuju ke telinganya saat tangannya menangkup pinggulnya. "Kau memiliki pinggul yang paling mengagumkan."

Sebuah tawa gugup lolos dari bibir Jaemin.

"Apa?" tanya Jeno.

"Kau terdengar seperti seseorang yang mesum."

Jeno tersenyum. "Benarkah?"

Jemari Jeno menyusup ke dalam bajunya, ibu jari Aidan menjentik bolak-balik melintasi putingnya. Jeno tersenyum melihat responnya.

Jaemin mengerang saat Jeno menyentuhkan tangannya yang lain pada dadanya yang masih terabaikan. Sebuah pernyataan yang mengejutkan diri Jaemin sendiri, saat dia bertanya, "Apa yang menghentikanmu?"

"Hmmm. Kain ini. Apa kau tidak keberatan jika kita menyingkirkannya?"

Jaemin menggelengkan kepalanya.

Jeno menyusupkan jemarinya ke kancing satin di belahan dadanya. Perlahan-lahan, tanpa melepaskan tatapannya pada Jaemin, dengan sedikit menyentaknya membuka semua kancingnya.

Pandangannya jatuh ke bagian dada Jaemin dan Jeno menjilat bibirnya sendiri. Jaemin merasakan panas yang meningkat di antara pahanya, dan dia bergerak-gerak di atas kakinya. Menekankan kedua pahanya bersama-sama untuk meredakannya.

Kepalanya terkulai ke belakang ketika mulut Jeno menjilati putingnya. Dia menghisap secara mendalam sebelum menjentikkan dan memutar-mutarkan lidahnya di atas putingnya. Tangan Jeno tetap membelai puting lainnya saat lidahnya bekerja pada lainnya di dalam mulutnya, menyebabkan putingnya mengeras seperti kerikil. Jaemin tak dapat menahan teriakan kenikmatan yang keluar dari bibirnya.

Secara otomatis jemarinya membelit rambut Jeno, menarik dan mencengkram tiap helai rambutnya saat kenikmatan menghantamnya.

Jeno berpindah sambil menjilati meninggalkan jejak basah menuju puting yang satunya. Rasa sakit di antara pahanya meningkat dan Jaemin tahu jika Jeno menyentuhnya di sana, dia akan menemukan Jaemin basah karena membutuhkan dirinya.

Seakan dapat membaca pikiran Jaemin, satu tangan Jeno mulai menjelajah turun menuju ke perutnya. Jemarinya dengan ringan membelai menggoda melintasi pusarnya, menyebabkan pinggulnya mengejang. Jeno sesaat ragu sebelum akhirnya ia membuka kancing celana Jaemin dan melepaskannya lalu setelah itu ia membenamkan jemarinya di antara paha Jaemin. Jaemin terengah-engah di antara bibir Jeno saat jemari Jeno menyentuh kepala kemaluannya yang sensitif. Tanpa sadar pinggulnya melengkung ke arah tanganJeno, menggosok dirinya sendiri di ujung jari Jeno di balik celana dalamnya yang tipis.

"Kurasa kita harus menyingkirkan yang ini juga?"

"Uh-huh," bisik Jaemin hampir tidak jelas.

Jeno tergelak saat jemarinya menarik karet celana dalam Jaemin, lalu menurunkannya melewati pantatnya. Seperti yang Jaemin lakukan padanya, tubuhnya mengikuti celana dalamnya yang meluncur ke lantai, kecuali Jeno sambil menciumi dan menggigit saat dia menyusuri paha dan kakinya. Jaemin merasakan setiap menitnya lututnya akan melemah dan roboh. Untungnya, Jeno memegang bagian belakang pahanya untuk menjaganya tetap seimbang saat dia melangkah keluar dari celana dalamnya.

Berlutut di hadapan Jaemin, jemari Jeno menjelajah di antara kaki Jaemin, memainkan kepala kemaluannya yang sudah membengkak. Saat dia membelainya, Jaemin berteriak dan mencengkeram erat bahu Jeno. Ibu jarinya terus menggosok sambil jemarinya menyusup di antara lipatan basahnya. Satu tangannya yang lain sedang berputar-putar di permukaan analnya yang ketat, membawanya memasuki kegilaan oleh kebutuhan. Jaemin menggigit bibir bawahnya untuk meredam teriakan kenikmatan yang lolos dari tenggorokannya. Tetapi hal yang dilakukan itu sia-sia saat Jeno melanjutkan penyiksaannya pada intinya dan membawanya semakin dekat menuju orgasme. Saat gelombang orgasme yang pertama menghantamnya, Jaemin membenamkan kukunya pada punggung Jeno dan mendorong keras pinggulnya ke arah tangan Jeno.

Jeno bangkit dari lantai. Dia terus memegang erat pinggang Jaemin untuk menenangkannya saat Jaemin berusaha mendapatkan kembali kesadarannya. "Kau begitu seksi saat kau sampai," bisiknya ke telinga Jaemin.

𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang