"JAEM!" Teriak Seungmin, bergegas ke samping tempat tidur. dia memeluk Jaemin dan meremasnya dengan erat. "Bagaimana hasilnya?"
"Untuk saat ini, aku baik-baik saja, dan Jisung juga baik-baik saja. Beberapa gejala persalinan prematur, tapi mereka bisa menghentikannya."
Seungmin dan Bangchan menghembuskan napasnya dengan lega.
"Syukurlah," kata Bangchan.
Seorang perawat datang menyela untuk menyuntikkan Turbutaline. Dia menatap semua orang sebelum menggeleng tidak setuju. "Anda benar-benar tidak membutuhkan ruangan yang penuh sesak. Anda membutuhkan istirahat dan santai."
"Kumohon jangan membuat mereka pergi. Mereka membuatku santai," protes Jaemin.
Dia berkata sebelum menyuntikkan jarum ke selang infus Jaemin. "Dr. Yuri tidak akan senang dengan banyak orang di dalam sini, mengganggumu, dan dia akan datang kembali untuk melakukan USG pada Anda."
"Kami akan keluar sebentar," kata Seungmin dengan diplomatis.
"Yeah, kami tidak ingin membuatmu dalam kesulitan," Bangchan menyetujuinya.
Ketika Jeno tidak bergerak, Seungmin menatapnya dengan tajam. "Aku tetap di sini bersama Jaemin dan anakku," jawab Jeno dengan ringkas.
"Terserah," katanya sebelum menuju ke pintu. Dia dan Bangchan pergi keluar ketika Dr. Yuri masuk. Mereka menempelkan dirinya menjauh sampai ke tembok. Tanpa menyapa ataupun peringatan pada ruangan yang terlalu padat, dia mulai melakukan USG. Jaemin merasa sedikit tenang melihat penampakan Jisung di layar. Detak jantung Jisung mulai tenang. "Tampaknya Jisung berencana untuk tetap tinggal di dalam sana sementara waktu," kata Dr. Yuri sebelum mematikan mesinnya. Dia berdiri. "Sementara semuanya tampak semakin lebih baik, aku akan bersikeras menyuruh bedrest dengan ketat paling tidak selama seminggu atau dua minggu ke depan. Anda diperbolehkan berbaring atau duduk, tetapi kaki Anda hanya akan menyentuh lantai untuk ke toilet. Saya juga menyarankan Anda untuk menggunakan kursi di dalam kamar mandi. Apa sudah jelas?"
Jaemin terkesiap. "Tapi pekerjaanku—"
Dr. Yuri mengangkat satu jarinya untuk membungkam Jaemin. "Tuan Na, saya tahu itu tampak baik-baik saja sejak kita bisa mengendalikan situasinya, tapi stabilitas kehamilan Anda di masa depan terletak pada perawatan Anda pada diri Anda sendiri di sepuluh hari ke depan."
"Saya mengerti," gumam Jaemin, mencoba menenangkan peningkatan rasa panik yang menusuk sekujur tubuhnya seperti jarum.
"Sedangkan untuk pekerjaan Anda, saya akan mengisi dokumen yang Anda butuhkan untuk mengambil cuti. Yang paling penting sekarang untuk Anda adalah istirahat dan membatasi tingkat stres Anda. Kita tidak ingin ada persalinan prematur lagi."
"Berapa lama saya harus tinggal di rumah sakit?" tanya Jaemin, dengan suaranya yang bergetar.
"Saya ingin memantau Anda sepanjang malam, dan kemudian Anda bisa pulang ke rumah. Saya akan memeriksa tentang pemindahan Anda ke kamar di lantai atas."
Setelah Dr. Yuri keluar dari kamar, emosi Jaemin meluncur keluar di luar kendali. Dia mencoba melawan dengan semua yang dimilikinya agar tidak benar-benar kehilangan kendali pada kemungkinan hidup Jisung masih dalam bahaya. Isakan tangis lolos dari bibir Jaemin, membuat Seungmin dan Jeno balapan menuju ke arahnya untuk menenangkannya. Entah bagaimana Seungmin menyikut Jeno keluar dari jalannya, menghalangi Jeno untuk mendekati Jaemin.
Sebuah dengusan frustrasi keluar dari bibir Jeno. Seungmin menghiraukannya dan meraih tangan Jaemin. dia meremasnya dengan erat dan memberikannya sebuah senyuman meyakinkan. "Jangan menangis, Jaem. Semuanya akan baik-baik saja. Banyak wanita atau pria seperti kita yang harus menjalani bedrest sementara, dan kemudian seluruh proses kehamilannya benar-benar normal."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...