Pada saat mendengar bel pintu, Jaemin melemparkan jubahnya begitu saja dan bergegas menyusuri lorong menuju pintu untuk membiarkan Seungmin masuk. Hampir saja pintunya terbuka saat Seungmin menanyakan, "Bagaimana keadaanmu?"
Jaemin mengerang. "Seharusnya aku bertemu dengan Jeno satu jam lagi, dan aku merasa akan muntah setiap saat. Aku mungkin memerlukan pil penenang untuk membantuku melewati malam ini!"
"Aku bisa membayangkannya," jawab Seungmin saat dia melangkah masuk ke ruang depan. "Tidak perlu takut. Aku sekarang di sini untuk berbicara denganmu agar kau tidak bunuh diri melompat dari tebing dan meyakinkanmu bahwa kau tampak begitu luar biasa."
Jaemin langsung memeluk Seungmin. "Kau tidak tahu betapa berartinya itu untuk diriku."
"Terimakasih, aku senang melakukan ini." Dia menepuk punggung Jaemin. "Lagipula, kau selama ini juga telah membantuku melewati berbagai hubunganku yang kacau selama bertahun-tahun. Aku merasa berhutang padamu."
Mereka berjalan menyusuri lorong dan memasuki kamar tidur Jaemin.
"Jadi, apa yang akan kau kenakan?" tanya Seungmin.
Jaemin menunjuk ke arah baju dan celana panjang berwarna hitam yang kurang menarik tergantung di pintu lemari pakaian. Seungmin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak, tidak! Yang itu terlalu biasa untuk dikenakan malam ini!"
"Jujur saja, Min, dia tahu kalau aku orang yang pasti mau berhubungan seks dengannya. Jadi apa masalahnya kalau aku mengenakan pakaian ini? Lagipula aku tidak akan mengenakan pakaian itu dalam waktu yang lama."
Seungmin memutar bola matanya. "Jangan bodoh, Jaem. Para pria itu senang melihat sesuatu yang menarik. Kau harus bisa membuat dia benar-benar ingin merobek pakaianmu dan ingin menidurimu pada saat pertama kali dia melihatmu."
"Tapi kami akan makan malam terlebih dulu," protes Jaemin saat Seungmin bergerak menuju ke arah lemari pakaian dan menyalakan lampunya.
"Bagus, biarkan dia menderita sepanjang makan malam berlangsung dan menginginkanmu sebagai makanan penutupnya!"
"Aku sama sekali tidak percaya kau bisa berpikir seperti itu, apalagi mengatakannya."
Seungmin mendengus dengan bangga. "Well, salah satu dari kita harus memikirkan hal seperti ini."
Jaemin mengabaikan kata-katanya dan melangkah masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Seungmin akhirnya menerobos masuk melewati pintu. "Ooh, yang ini!" Dia mengulurkan sebuah kemeja berbahan sifon berwarna broken white.
Dinding kamar mandi yang berwarna biru muda tiba-tiba seakan mulai menekan Jaemin. Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat ke arah Seungmin. "Tidak, aku tidak bisa mengenakan itu."
"Kenapa tidak? Ini terlihat seksi kalau kau pakai!"
Perlahan-lahan, emosinya terbakar memancar melewati dadanya, dan untuk beberapa saat, dadanya terasa begitu sesak hingga dia tidak dapat berbicara. Ketika akhirnya dia bisa melakukannya, suaranya terbata-bata karena dipenuhi oleh emosinya. "Itu adalah kemeja yang aku kenakan pada saat pesta pertunanganku dengan Daniel."
Ekspresi senyuman Seungmin seketika berhenti, tapi kemudian dia cepat berubah menjadi tersenyum kembali. "Sebaiknya kau harus mengenakannya lagi. Saat itu adalah malam berbahagia, dan malam ini juga satu-satunya malam yang membahagiakan karena akan memulai lembaran baru dari kehidupanmu, dimana kau akan menjadi seorang ibu."
Jaemin memandang baju itu untuk sesaat. Sebuah gambaran mengenai ibunya yang begitu jelas terlintas di dalam pikirannya, seakan meremas hatinya, dan dia tersenyum lebar. Suara ibunya terngiang di benaknya sama persis kata-katanya ketika di toko pada hari itu. 'Oh Jaem, sayang, kemeja ini sangat luar biasa! Kau akan membuat napas Daniel melayang jauh.'
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...