Jeno memasukkan pakaian terakhirnya lalu menutup resleting kopernya. Dia mendengus dengan frustasi ketika ponselnya bergetar di sakunya karena dia sudah terlambat untuk menjemput Jaemin, dia tidak ingin ada gangguan lagi. Untungnya, dia tahu itu bukan dari Jaemin yang ingin tahu di mana dirinya berada sekarang, karena nada deringnya tidak familiar bukan dari telepon Jaemin. "Halo?"
Suaranya sangat keras dari seseorang yang agak mabuk terdengar di jalur telepon. "Jen, dimana sih kau, man? Seluruh geng kita sudah berada di NEO's Bar menunggu permintaan maaf sialanmu!"
Ternyata Lucas, teman baiknya. Jeno benar-benar lupa untuk memberitahu dia dan teman-teman kantornya yang lain bahwa dia tidak akan bisa berkumpul lagi seperti biasanya setiap hari Sabtu. "Maaf Dude, aku akan pergi ke luar kota dengan Jaemin."
"Kau bersama Jaemin lagi?" ejeknya, suaranya mengalahkan kegaduhan dari kerumunan orang banyak di latar belakangnya.
"Ya, kami akan mengunjungi keluarganya."
"Persetan, man. Kau menghabiskan seluruh waktumu dengan dia sekarang. Belum lagi kau akan memiliki seorang anak. Kau mungkin juga telah terjebak pada lubangnya."
"Yeah, menghabiskan banyak waktu bercinta dengan seseorang yang cantik benar-benar membuatku seperti seorang pecundang!" jawab Jeno sambil tertawa kecil.
Lucas mendengus. "Kau tak tahu bahwa kau telah menginjak pasir hisap sialan itu. Aku yakin, rasanya menyenangkan sekarang, tapi tunggu saja. Jaemin tidak bodoh. Dia sedang mengencangkan jeratannya, dan kau terlalu kacau untuk menyadarinya."
"Jangan mengatakan hal omong kosong seperti itu tentang Jaemin." geram Jeno.
"Aku bukan satu-satunya orang yang mengatakan hal seperti itu, Lee. Seluruh geng kita khawatir tentang dirimu. Dan jangan mengatakan kami tidak tahu apa yang sedang kita bicarakan. Tiga orang dari kita telah bercerai, ingat?"
Jeno memindahkan ponselnya ke telinga yang lainnya. Dia tidak menyukai perubahan dari pembicaraan ini. Dia juga tidak suka nada bicara Lucas atau kemungkinan ada kebenaran dalam kata-katanya. "Geng teman-teman terbaikku membicarakan diriku di belakang punggungku sendiri."
"Yeah, well, hanya saja ingat kata-kataku. Jika kau tidak segera cepat memutuskannya, kau pasti ingin mendengarkan kami suatu hari nanti."
"Hentikan omong kosongmu, Cas!" teriak Jeno sebelum menutup telepon. Dia memasukkan ponselnya kembali ke sakunya. Dia pikir siapa sih Lucas? Jaemin tidak memaksanya untuk melakukan apapun. Tidak ada seseorang yang pernah ataupun akan bisa memaksanya. Jeno bersama Jaemin karena dia menikmati apa yang sedang mereka jalani. Tidak ada yang salah dengan itu. Jeno memberikan sama seperti yang dia inginkan, dan Jaemin tidak memaksakan kemauan apapun pada Jeno.
Memikirkan teman-temannya yang sedang minum dan berbicara yang tidak-tidak tentang Jaemin, dia tidak tahan untuk bergumam, "Idiot brengsek." Dia meraih kopernya dan bersiul pada Choco. "Ayo, boy. Mari kita pergi dari sini."
Dengan senang hati Choco mematuhi, dan masuk ke dalam mobil, ketika di dalam, Jeno melihat Choco menggeliat. Mengetahui dia terlambat, Jeno melaju di sepanjang jalanan antarkota lalu melesat ke jalanan yang sudah terasa akrab menuju rumah Jaemin. Dia sampai di depan rumahnya jam tiga lewat sedikit. Dia mengabaikan nada dering SMS di sakunya karena dia yakin itu dari Jaemin. Sebaliknya, dia melompat keluar. Choco mulai mendorong ke depan, tapi Jeno menggeleng. "Tetap tinggal di situ, boy."
Setelah berlari sampai di depan pintu, dia menekan bel. "Pintunya tidak dikunci!" seru Jaemin.
Saat dia mendorong pintu, dia melihat koper dan tas Jaemin sudah berada di lantai ruang depan. Dia mendengar suara gemerisik dari arah dapur. "Maaf, aku sedikit terlambat. Choco butuh waktu lama untuk buang air kecil," katanya dengan bohong. Jeno merasa tidak perlu untuk menceritakan salah satu temannya yang brengsek telah membuatnya terlambat dibanding membuang isi kandung kemihnya Choco.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...