"Aku hanya... aku terlalu gugup. Itu saja."
"Mengenai kita yang akan tidur bersama?"
Jaemin menganggukkan kepalanya.
Alis mata Jeno terangkat lagi. "Apa kau khawatir aku akan menyakitimu atau akan memintamu melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan?"
"Tidak, bukan sesuatu yang seperti itu."
"Lalu apa itu?" tuntutnya.
"Aku kuatir kalau aku akan mengecewakanmu."
Mulut Jeno menganga karena begitu terkejut. "Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?"
Jaemin mengangkat bahunya. "Karena kau sudah sering melakukannya bersama banyak orang, sedangkan aku tidak memiliki pengalaman. Aku hanya melakukan itu dengan satu orang pria saja, dan selain bersama dia, aku tidak tahu apa yang diinginkan oleh seorang pria."
"Pertama, terlepas dari rumor yang beredar, apa yang dikatakan orang lain sebenarnya jumlah pasangan semalamku itu tidaklah terlalu banyak. Jaem, aku tidak meniduri setengah dari orang di kota ini dan yang kedua, seks pada dasarnya merupakan alasan yang sama sekali tidak peduli dengan siapapun kau melakukannya. Lain halnya dengan perbedaan antara apa yang disukai orang-orang dan keinginan mereka di atas meja makan."
Jaemin bermain-main dengan sedotan di dalam gelasnya. "Aku merasa takut setelah kau bersamaku nanti, kau tidak ingin meneruskan perjanjian kita."
"Maksudnya gairahku akan mati setelah tidur denganmu yang tidak berpengalaman itu sampai aku tidak menginginkanmu lagi?"
"Ya," bisiknya. Saat Jeno menjauhkan dirinya dan tertawa terbahak-bahak, bibir Jaemin bergetar. "Itu tidak lucu."
Kegembiraannya memudar dengan cepat. "Oh, Jaem, maafkan aku karena telah melukai perasaanmu. Hanya saja aku tidak bisa membayangkan bahwa kau sangat mempercayai hal-hal semacam itu."
"Well, aku memang mempercayainya." Dia mendesah. "Aku mempercayainya."
Jeno mengangkat jari telunjuknya. "Biarkan aku membuat masalah ini menjadi sangat jelas. Tidak mungkin kau mengecewakan aku sampai aku tidak menginginkanmu lagi." Kemudian dia mendekatkan dirinya pada Jaemin—napasnya membara, menghanguskan kulit sensitif di telinga Jaemin. "Aku terangsang hanya dengan melihatmu saja."
Pipi Jaemin memerah saat mendengarkan kalimatnya itu. "Aku tidak percaya kau baru saja mengatakan hal itu!"
Jeno tersenyum. "Itulah faktanya. Begitu aku melihatmu tadi, aku langsung ingin menyeretmu ke lantai atas." Jeno meraih tangan Jaemin, menariknya di bawah taplak meja dan meletakkannya di atas pangkuannya. "Lihat apa yang telah kau lakukan pada diriku?"
Mulut Jaemin terasa kering saat mendengar kata-katanya, dan fakta bahwa Jeno sudah hampir mengeras seperti yang diharapkan oleh Seungmin. Jaemin menyapukan lidahnya di atas bibirnya. Cara Jeno memandangnya membuat tubuh Jaemin bergetar dari ujung kepala hingga ujung kakinya, terutama di antara kedua kakinya. Ya Tuhan, Jeno begitu seksi—sedikit terlalu seksi, melebihi apa yang dia inginkan. Jika Jeno menganggap Jaemin seksi dan merasa terganggu karena hanya duduk saja di meja makan ini, Jaemin tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi saat di tempat tidur dengannya. Pada saat itu juga, antisipasi Jaemin memenangkan atas ketakutannya sendiri. "Aku pikir aku sudah siap untuk naik ke atas jika kau menginginkannya."
Alis mata Jeno terangkat karena terkejut. "Bahkan tanpa melewati makan malam?"
Jaemin menganggukkan kepalanya.
"Biar kutebak. Kau takut akan kehilangan keberanianmu?" tanya Jeno.
Dengan jumlah alkohol yang tidak masuk akal telah memompa ke seluruh tubuhnya, Jaemin memberinya senyum sensual. "Tidak, aku memang sudah siap untuk tidur denganmu." Saat kata-kata itu lolos dari bibirnya, Jaemin tersentak dan menundukkan kepalanya. "Ya Tuhan, benarkah aku baru saja mengatakan hal itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...