Bab 22

659 74 0
                                    

Jaemin hampir saja masuk ke dalam kantornya sebelum Seungmin menghambur ke dalam dan membanting pintu. "Aku tidak percaya kau tidak meneleponku!"

Sambil mengangkat tangannya, Jaemin mengingatkan, "Aku bahkan belum minum kopi. Aku sudah menunda peluncuran inkuisisi setidaknya tiga puluh menit."

"Hmm, aku orang yang tidak sabaran. Apa kau kurang tidur semalam?" Seungmin bertanya sambil menaikkan alisnya.

"Tidak. Hmm maksudku ya aku kurang tidur."

Seungmin menjerit dan menjatuhkan dirinya ke kursi. "Detil, Jaem! Aku sangat ingin tahu secara detilnya!"

"Kalau begitu jadilah sahabat yang baik dan buatkan aku kopi." Jaemin mengerang.

Sambil mendongkol, Seungmin bangkit dari kursinya. "Baiklah. Tapi kau harus menjelaskan semuanya padaku setiap rincinya, setiap detail erotis ketika aku kembali!"

Ketika Seungmin keluar ruangan, Jaemin duduk di kursinya dan menyalakan komputernya. Saat sedang membaca janji pertemuannya untuk hari ini, ponselnya berbunyi dari dalam tasnya. Jaemin mengambilnya dan mengecek pesan singkat di ponselnya. Jaemin melihat satu pesan dari Jeno yang menyebabkan jantungnya seakan melompat ke tenggorokannya.


JENO

Maaf, aku tidak mengucapkan selamat tinggal tadi. Kau terlihat sangat nyenyak untuk dibangunkan. Sampai ketemu hari Rabu. -JN.


Jaemin tidak bisa menahan keinginannya untuk tersenyum konyol yang menghiasi wajahnya. Bagaimanapun juga, dia tidak seperti seorang yang benar-benar bajingan. Jeno sebenarnya cukup peduli dengan mengirimi Jaemin sebuah pesan untuk mengecek keadaannya.

Dengan cepat, jari-jari Jaemin melayang di atas keyboard ponselnya.


Me

Terima kasih, aku tidur nyenyak semalam. Well, setelah semuanya itu. Sampai ketemu hari Rabu, juga.


Seungmin muncul dengan membawa segelas kopi yang masih mengepul dan memberikannya pada Jaemin.

Saat Jaemin meniup kopinya ada sedikit gelombang di atas cairan gelap itu, bibir Seungmin cemberut. "Jaem, aku benar-benar sakit hati kau tidak menghubungiku pagi ini. Maksudku, aku sudah hampir mati karena penasaran sepanjang malam dan pagi ini menunggu kabar darimu! Aku membuat Bangchan hampir gila semalam karena terus bertanya-tanya apa yang kau lakukan."

Jaemin melompat dari kursinya hingga menumpahkan kopinya ke lantai. "Kau serius mengatakan kepada Bangchan mengenai aku tidur dengan Jeno?"

Seungmin memutar matanya, "Tentu saja ya. Apa kau tidak berpikir Bangchan akan bertanya-tanya karena kau tiba-tiba hamil?"

"Aku rasa kau benar juga."

"Aku pikir sampai malam berakhir, dia seperti gelisah menunggu kabar darimu juga. Menurutku, perhatiannya lebih dari sekedar ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja dan Jeno tidak mengikatmu menjadi subyek seks kinky sialan atau sesuatu yang lainnya."

Sambil mengelap tangannya ke sapu tangannya, Jaemin menatap jengkel ke arah Seungmin. "Dan apa yang kau harapkan? Aku mengirim chat kepadamu mengenai setiap detail apa yang terjadi?"

"Itu pasti sangat menarik. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana erangan dan desahan dikirimkan ke voice note."

"Tidak mungkin aku melakukan itu." Jaemin menggerutu kemudian meneguk kopinya. Cairan hangat kafein mengalir menyambut ke tenggorokan hingga ke perutnya.

"Jadi, bagaimana ceritanya?"

Kilas balik peristiwa semalam menyala di dalam benak Jaemin seperti sebuah film X-rated dan ia tidak bisa menahan pipinya merona. "Menakjubkan."

"Jadi, itu semua yang kau pikirkan saat bersamanya?"

Jaemin mengangguk. "Dan kami melakukan lagi."

Seungmin begitu menikmati setiap detilnya, mencondongkan tubuhnya ke depan sejauh mungkin dari kursinya sehingga wajahnya hampir menyentuh lantai. "Jadi, berapa kali kau klimaks?"

"Seungmin!" teriak Jaemin.

"Oh ayolah, Jaem! Aku sudah mengalaminya sendiri, mempraktekkannya sampai gila-gilaan dengan Bangchan." desak Seungmin.

Kehangatan membanjiri pipi Jaemin. "Oke, kalau begitu. Empat... Tidak, tunggu, lima kali. Salah satunya saat di kamar mandi, juga."

Mata gelap Seungmin melebar dan bertepuk tangan dengan gembira. "Jaem, itu sangat fantastis!!"

"Hanya kau satu-satunya orang yang bertepuk tangan untuk hal semacam orgasme!"

"Aku hanya tidak bisa menahannya. Aku sangat berbahagia untukmu."

Tanpa sadar sebuah desahan lolos dari bibir Jaemin lalu dia menceritakan pada Seungmin beberapa detail yang tidak terlalu memalukan. Ketika Jaemin sampai pada bagian di mana Jeno ikut bermalam, alis Seungmin berkerut. "Apa salahnya? Apa kau tidak berpikir bahwa itu perlakuan yang sangat manis?" tanya Jaemin.

"Yeah, tapi itu..."

Jaemin memutar tangannya dengan kalut. "Teruskan, katakan saja?"

"Aku hanya ingin kau berhati-hati, Jaem. Kau baru sekali tidur dengannya, dan kau sudah terlalu banyak melibatkan perasaanmu."

"Tidak!" Protes Jaemin.

"Ya! Kau melakukannya. Kau panik ketika dia meninggalkanmu semalam dan kau sudah limbung hanya karena dia mengirimi kamu pesan pagi ini. Aku hanya tidak ingin melihatmu terluka, oke?"

Jaemin membiarkan kepalanya jatuh ke belakang ke sandaran kursi dan mendesah. "Kau benar. Aku membuat perasaanku terlalu mendalam." Jaemin meniup helaian rambut yang jatuh di wajahnya dan menatap ke arah Seungmin. "Mengapa semuanya harus menjadi begitu rumit untukku? Orang lain bisa melepaskan celana dalam mereka dan melakukan seks tanpa membawa perasaaan tapi tidak denganku. Aku melibatkan perasaanku kepada seorang playboy, satu-satunya orang yang bersedia menghamiliku untuk kepuasannya sendiri!"

Seungmin tertawa. "Jangan menyalahkan pada dirimu sendiri. Walaupun aku harus mengakui bahwa ia playboy seperti yang kau sebut tadi, memang benar-benar memiliki permainan yang menggairahkan. Sial, aku bahkan mungkin pernah tergoda untuk merasakan sedikit lebih dari kenyataan bahwa dia akan mengajakku makan malam, memberiku lingerie, dan menghabiskan malam bersamaku."

"Aku perlu strategi baru. Aku harus menahan diri dan benar-benar hanya melakukannya secara fisik semata mulai sekarang. Aku akan masuk ke kamar, melakukan seks, dan segera keluar dari sana tanpa banyak berpikir."

"That's ma boy!"

𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang