Chapter 14

736 91 0
                                    

Keesokan harinya pada saat jam makan siang, Seungmin berjalan melintasi pintu ruang kerja Jaemin dan melemparkan dompetnya di atas meja kerja Jaemin. ❝Apapun kondisinya, jangan biarkan aku mendekati mesin otomatis membeli makanan. Seminggu lagi aku punya janji untuk pengepasan tuksedoku, dan selama itu aku hanya boleh makan salad.❞

Jaemin tertawa tidak begitu antusias. Di benaknya dia masih belum pulih dari kejadian tadi malam, dia terlalu sibuk mengurusi Seungmin untuk diet agar terlihat ramping saat menggunakan tuksedo pengantinnya. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur mencoba untuk membuang dan berpaling saat pikirannya terus berkutat dengan tawaran yang diajukan Jeno. Namun sebagian besar dia terjaga karena bibirnya masih terasa terbakar akibat ciuman Jeno yang begitu panas, tubuhnya terasa sakit menahan kerinduan sepanjang malam, sampai pada akhirnya Jaemin menyerah dan mengambil vibrator miliknya dari laci nakas.

Setelah menjatuhkan tubuhnya di kursi, Seungmin memiringkan kepalanya ke arah Jaemin. ❝Ada apa denganmu?❞

❝Tidak ada apa-apa.❞ Jaemin berbohong.

Seungmin menatapnya sambil membuka wadah Tupperwarenya. ❝Omong kosong, kau terlihat sangat kacau.❞

❝Terimakasih, aku menganggap kau berbicara seperti itu karena stres menjalani diet rendah karbohidrat, dan kau tidak dengan sengaja bersikap menyebalkan?❞

❝Haha. Hari ini kau terlihat seperti sangat emosional ingin membuat acara baby showermu sendiri,❞ jawab Seungmin sambil makan sesuap selada.

❝Bukan, bukan seperti itu.❞ Tanpa sadar Jaemin mencorat-coret kalender mejanya. Meski belum yakin dia siap mengatakan apapun kepada Seungmin tentang semalam saat bersama Jeno, dia seperti akan meledak jika dia tidak memberitahu seseorang. Pada saat yang sama, dia tahu dia membutuhkan saran sahabatnya jika dia benar-benar akan menerima tawaran serius dari Jeno. ❝Min?❞

❝Hmm?❞ Seungmin tidak mengangkat wajahnya, dia malah memandangi saladnya dengan ekspresi jijik. ❝Kau tahu, saat ini aku ingin membunuh seseorang yang membuat saos untuk salad ini.❞

❝Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.❞

Dengan cepat Seungmin mengalihkan perhatiannya dari kotak Tupperwarenya ke Jaemin. ❝Oh sial, aku tidak suka nada suaramu. Ada apa? Apa kau dipecat? Tidak, tunggu, apa aku yang dipecat?❞

Jaemin melambaikan tangannya tanda tidak peduli, ❝bukan, bukan, bukan seperti itu. Ini tentang...❞ Jaemin menarik napas panjang. ❝Setelah acara baby shower, aku pergi minum dengan Lee Jeno.❞

❝Oh Tuhan, kau tidak boleh melakukan itu! Jaem, aku sudah memperingatkanmu tentang dia!❞ Seungmin memejamkan matanya dengan erat. ❝Tolong katakan padaku, dia tidak memanfaatkan kondisi emosionalmu yang sedang rapuh setelah acara baby shower.❞

❝Aku tidak sebodoh itu.❞ Jaemin menghela napas.

Seungmin membuka mata gelapnya, ❝lalu apa yang terjadi?❞

Jaemin lalu meneruskan untuk menceritakan semuanya pada Seungmin, dimulai dari kemunculan Haechan dan penentangan Jaemin tentang penawaran DNA dari Jeno. Ketika Jaemin sampai di bagian penawaran Jeno yang menginginkan Jaemin bisa hamil secara normal, Seungmin langsung bangkit dari tempat duduknya dan melemparkan salad ke depannya. ❝Gila, Jaem!❞

❝Aku belum menyetujuinya.❞

Mata Seungmin membelalak, ❝dan kenapa tidak?❞

❝Kenapa tidak? Dua detik yang lalu kau begitu ketakutan saat kau berpikir aku sudah tidur dengan Jeno!❞

❝Jelas tidak sama. Aku tahu kau menginginkan sebuah hubungan—seorang suami, dan Lee Jeno bukan sosok seorang suami. Tapi aku yakin dia memiliki sperma yang luar biasa sempurna.❞ Saat Jaemin tidak menjawabnya, Seungmin membungkuk di atas meja Jaemin. ❝Kenapa kau menolak tawarannya?❞

𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang