"N, tiga belas." Suara penyiar Bingo terdengar.
"Apa yang dia bilang, sayang?" Nyonya Kim bertanya pada Jaemin sambil melirik kartunya.
Mengetahui Nyonya Kim sedikit mengalami masalah pada pendengaran walaupun ia sudah menggunakan alat bantu dengarnya. Jaemin mengambil napas panjang dan sedikit berteriak, "N, TIGA BELAS!"
Nyonya Kim tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Ketika Taeyong tertawa kecil di sebelahnya, Jaemin menoleh padanya. "Kenapa, Bu?"
"Tidak apa-apa, tetapi aku sedikit terkejut saja. Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini di VFW denganku dan sekelompok orangtua lainnya?"
Jaemin terkikik.
"Apa kau bercanda? Bagaimana bisa aku melewatkan Bingo hari Sabtu? Bagaimana dengan hadiah luar biasa yang dapat aku menangkan? Kotak besar Depend (merek popok dewasa) itu memanggil namaku."
Mata Taeyong melebar. "Kau benar-benar menyebalkan, ya? Mulut luar biasa yang kau punya untuk seseorang yang seharusnya anak manis."
Jantung Jaemin terhenti saat dia mendengar suara dalam Jeno menggema di telinganya, "Mulutmu itu adalah masalah." Rasa sakit yang membara membakar dadanya, dan dia berjuang untuk tetap bernapas. Mencoba untuk mendorong jauh kenangan menyakitkan itu, dia menggelengkan kepalanya.
"Well, kau tahu alasan yang sebenarnya aku di sini adalah karena kau baru saja mengalami sakit kepala dan tidak seharusnya menyetir."
Taeyong merengut. "Renjun mengambil dua set kunci mobilku sebelum dia dan Doyoung keluar kota!"
"Sekarang liburan musim gugur untuk anak-anak mereka, dan mereka hanya akan pergi ke Disney World selama 4 hari. Itu bukan salah mereka jika mereka cukup mengkhawatirkanmu. Itu salahmu sendiri tidak pergi ke dokter."
"Aku sudah buat janji minggu depan." Ketika Jaemin menaikkan alisnya tidak percaya, Taeyong mengusapkan jarinya di atas jantungnya dan bersumpah, "Aku berjanji."
"Jika kau bilang begitu. Aku tetap akan mengantarkanmu sendiri, walaupun Daddy juga pasti ada, hanya untuk memastikan kau sampai di sana."
Taeyong menggelengkan kepalanya dan berkata, "Menyenangkan juga ternyata bertambah satu lagi anakku yang selalu memperhatikanku setiap saat."
Hati Jaemin menghangat pada gagasan dianggap sebagai anak Taeyong. Terlepas dari apa yang dia rasakan tentang Jeno, dia tak akan pernah bisa menjauhkan diri dari Taeyong, Jaehyun ataupun keluarga lainnya.
Setelah wanita dengan hiasan rambut berwarna biru bertepuk tangan dengan hebohnya dan berteriak, "Bingo!" Taeyong mencondongkan tubuh ke depan di kursinya, sebuah ekspresi serius tergambar di wajahnya.
"Jadi kita tidak akan membicarakan tentang hal itu?"
Jaemin melempar pandangan padanya dan menyeringai. "Maksudmu kenyataan bahwa satu di antara hadiah itu adalah sebuah tas enema?"
Menyilangkan kedua lengan di depan dadanya, Taeyong mendengus, "Bukan itu yang aku bicarakan, dan kau tahu itu."
Jaemin menundukkan kepalanya, menatap kartu Bingo-nya seakan itu adalah hal yang paling menarik yang pernah dia lihat. "Aku sebaiknya tidak membicarakannya," dia berbisik.
"Jaem, aku yakin kau telah mengalami rasa cinta yang mendalam yang orangtua miliki untuk anak mereka. Jeno adalah putraku, dan aku mencintainya dengan seluruh hatiku."
Ketika Jaemin tidak menggubrisnya, Taeyong mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
"Tapi itu tak berarti aku memaafkan apa yang dia telah lakukan padamu. Percayalah padaku, aku ingin melakukan sesuatu yang bisa melukai tubuhnya." Sebuah kilatan geli bersinar di matanya yang gelap. "Well, anggap saja Ayahnya sudah melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 𝐉𝐉 [𝟏] 𝐖𝐎𝐔𝐋𝐃 𝐔 𝐁𝐄 𝐌𝐈𝐍𝐄
Fanfictionㅤㅤㅤㅤ♡· ᗯOᑌᒪᗪ YOᑌ ᗷE ᗰIᑎE ·♡ㅤㅤㅤ Setelah putus dengan FWB terakhirnya, hal yang Lee Jeno tidak inginkan adalah pertanyaan menjengkelkan dari keluarga besarnya tentang status bujangannya itu. C'mon, jangankan menikah, mempunyai kekasih saja ia tidak in...