22| TEMBOK PEMISAH

7.5K 1.8K 2.2K
                                    

Sunbies semakin barbar yah ternyata

Puma mau barbar juga

1000 vote+1,5k komen. Sanggup?

Ketawa jahat dulu. Pasti susah xixixi

Happy Reading!

22| TEMBOK PEMISAH

Seminggu berlalu namun tembok pemisah tak kasat mata antara Arona dan Galateo rupanya belum juga runtuh. Keduanya masih saling menghindar. Ah ralat, lebih tepatnya, Arona yang terua menghindar dari Galateo ketika cowok itu berusaha untuk mendekatinya.

Seperti sekarang, kelas baru saja selesai dan Arona sudah buru-buru melangkah menuju pintu keluar kelas. Sayangnya, aksi kabur Arona kali ini tidak berhasil, dia kalah cepat dengan Galateo yang sudah menghadang jalannya bahkan sebelum Arona sampai ke depan pintu kelas.

Gadis itu refleks mundur. Matanya menatap ke arah lain— tidak ingin menatap Galateo.

"Aku mau ngomong bentar boleh?" Galateo bertanya dengan harapan yang besar bahwa Arona akan mengiyakan permintaannya kali ini.

"Soal apa?" tanya Arona. Dia masih dengan posisi yang sama— tidak menatap Galateo.

"Soal kita yang lagi gak baik-baik aja," ujar cowok itu.

Arona tahu, Galateo pasti akan membicarakan tentang hubungan persahabatan mereka yang renggang. Arona sendiri tidak ingin seperti ini. Namun dia benar-benar membutuhkan waktu untuk menata perasaannya. Dia ingin hubungan mereka kembali membaik secara perlahan. Tidak terkesan buru-buru dan dipaksa.

"Gue butuh waktu Gala." Arona kali ini memberanikan diri menatap Galateo.

Cowok itu diam. Dia tidak punya tujuan yang lebih. Galateo hanya ingin Arona kembali menjadi sahabatnya. Dia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang seperti ini.

Galateo hanya tidak ingin tembok pemisah diantara mereka semakin tinggi dan tebal. Tapi dia juga harus mengerti, Arona butuh waktu, seperti yang dikatakan oleh gadis itu. Kini Galateo hanya bisa menaruh harapan agar hubungan keduanya lekas membaik.

"Oke. Take your time," ujar cowok itu mengerti.

Arona menarik senyum tipis. "Makasih udah ngerti," ujar gadis itu.

Galateo mengangguk. Ikut menarik senyum kecil. "Sama-sama," balasnya.

"Gue duluan. Ada latihan hari ini," ujar Arona.

"Semangat,"

"Thanks." Setelahhya, Arona melangkah pergi. Dia menuju ruang latihan yang terletak tidak terlalu jauh dari sekretariat HIMME.

Dari jauh Arona melihat sosok Atlas yang tengah berbicara dengan seseorang. Gadis itu tetap melanjutkan langkahnya.

Mengingat kejadian di pinggir danau waktu itu, Arona tidak bisa mengeluarkan Atlas dari kepalanya. Sesekali irama detak jantung Atlas malam itu terus terngiang pada telinga Arona.

Atlas menggeser pandangannya ketika menyadari seseorang yang melangkah mendekat. Cowok itu refleks menarik senyum begitu matanya menangkap sosok Arona. Gadis itu juga menarik senyum kecil hingga langkahnya berhenti didekat Atlas yang ternyata berdiri bersama Alora.

"Hai Kak," sapa Arona.

"Halo Arona," balas Alora dengan senyum kecil.

"Mau latihan?" kali ini Atlas yang bertanya. Arona menoleh pada cowok itu lalu mengangguk.

ATARONA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang