Halo-halo! Sudah kangen ATARONA?
Spam KANGEN
1100 vote+2500 komen buat next chapter dong
Happy reading!
43| TEMPAT BERBAGI CERITA
Mobil milik Arsena baru saja memasuki halaman rumah ketika mata Arona menangkap keberadaan mobil lain yang sudah dipastikan bukan milik keluarganya. Namun, mobil itu sangat tidak asing bagi Arona. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengetahui siapa pemilik mobil hitam yang kini terparkir rapi dihalaman rumahnya.
Ketika Arsena sudah memakirkan mobilnya dengan baik, Arona bergerak keluar dari mobil dengan wajah malas. Dia berdiri menunggu Arsena ikut keluar.
"Pawang lo dateng nih," ujar Arsena pada Arona yang hanya melirik sebelum akhirnya bergerak masuk kedalam rumah.
Entah mengapa, setiap Atlas kesini pasti kedua orang tua Arona sedang tidak ada dirumah.
Dengan langkah malas-malasan, Arona bergerak memasuki rumahnya diikuti oleh Arsena yang berada dibelakangnya.
Pemandangan yang menyambut Arona adalah kehadiran sosok Atlas diruang tamu. Penampilannya rapi, tuxedo hitam tampak membalut tubuh cowok itu. Mengerti dengan situasi, Arsena memilih untuk menuju kamarnya.
"Kalau ada apa-apa sleding aja kepalanya." namun bukan Arsena namanya jika langsung pergi begitu saja. Cowok jangkung itu menitipkan pesan pada adiknya dengan gerakan seolah tengah berbisik namun suaranya sama sekali tidak bisa dikatakan sebagai bisikan.
"Gue denger," ujar Atlas.
Arsena melengos. "Emang itu tujuannya," ujar cowok itu lalu benar-benar pergi ke kamarnya.
Arona sendiri hanya menatap Atlas yang kini juga tengah menatapnya. Gadis itu hanya berdiri tanpa berniat menghampiri Atlas.
"Gak mau deket-deket?" tanya Atlas dengan tatapan teduhnya. Arona mendengus sambil membuang mukanya. Pura-pura ngambek, padahal sebenarnya tengah salah tingkah karena ditatap seteduh itu oleh Atlas.
"Bubu," panggil Atlas dengan suara super duper lembut. Arona menggeram kesal dalam hatinya.
Sialan. Gue lemah banget kalau soal Baba.
Arona tidak bisa memungkiri kalau dia sangat gampang mleyot akibat perlakuan Atlas padanya.
Dia bahkan hampir lupa kalau tengah berada dalam mode ngambek.
Masih dalam mode ngambek, Arona bergerak mendudukan dirinya pada sofa yang berada sedikit jauh dari Atlas. Sengaja supaya tidak dekat-dekat.
"Kok duduknya jauhan?"
"Diem deh!" marah Arona. Tatapan matanya dia buat segalak mungkin. Sayang, bukannya terlihat menyeramkan, Arona malah terlihat sangat menggemaskan dimata Atlas dengan pipinya yang mengembung dan mata bulatnya yang terlihat lucu.
"Aku minta maaf ya Bu," ujar Atlas langsung. Tanpa basa-basi, cowok itu langsung meminta maaf.
Hal yang menurut Arona langkah dari spesies bernama laki-laki. Banyak orang bilang kalau laki-laki paling susah mengucapkan kata maaf walaupun jelas-jelas bersalah.
Mereka akan membela diri mereka mati-matian sampai pihak perempuan yang akhirnya merasa bersalah, merasa terlalu berlebihan dan berakhir meminta maaf padahal tidak bersalah.
"Gak usah minta maaf kalau gak ada salah," pancing Arona. Dia ingin tahu, apakah Atlas meminta maaf karena menyadari kesalahannya, atau hanya sekedar meminta maaf tapi tidak tau letak kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATARONA [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Atlas Harvino Kusuma, cowok ganteng dengan kisah cinta bertepuk sebelah tangan saat SMA membuatnya tidak pernah lagi berniat menyukai cewek manapun hingga dia harus berurusan dengan seseorang. Arona Khansa Dirgantara, c...