40| MOOD BOOSTER

5.6K 1.3K 546
                                    

Long time no see!

Udah seberapa kangen kalian sama cerita ini kalau di rate 1-10?

Udah siap buat baca part ini?

Absen pakai nama kalian.

Kalau boleh tau, love languange kalian apa?

Happy reading!

40| MOOD BOOSTER

Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Atlas setelah dia mendengar ucapan papanya. Rasa terkejutnya membuat cowok itu hanya bisa diam dengan mata mengerjap sesekali. Dia terlalu bingung harus memberikan reaksi seperti apa. Namun satu hal yang dia tahu, hatinya menolak.

Seperti tidak terima dengan berita yang baru saja dia dengar. Bukan apa-apa. Dia hanya berpikir, hubungannya bahkan tidak terlalu baik dengan papanya. Waktu pria itu yang seharusnya untuk Atlas malah selalu tersita oleh pekerjaan, dan sekarang? pria itu malah berkeinginan membentuk keluarga baru?

Setelah ini apa? waktu yang seharusnya menjadi milik Atlas akan direnggut lagi oleh keluarga baru papanya.

Apa dia harus berbagi lagi?

Atlas tidak mau. Mendapatkan sedikit waktu dari papanya saja sangat sulit sekarang, apalagi ketika pria itu memiliki keluarga baru?

"Ini papa ngasih tau atau minta persetujuan aku?" tanya Atlas setelah sekian lama dia hanya bungkam seribu bahasa.

"Papa ngasih tau sekaligus minta persetujuan..."

"Aku gak setuju," sanggah Atlas cepat bahkan sebelum Axel menyelesaikan ucapannya.

"Atlas..."

"Aku gak setuju pa." ujar cowok itu dengan penuh penekanan. Axel Kusuma tampak menarik nafas dalam. Putranya memang keras kepala. Tapi dia tidak tahu apa yang membuat Atlas tidak setuju. Axel hanya ingin memberikan sosok ibu bagi Atlas.

"Kenapa? papa cuma mau kamu punya sosok ibu," jelas Axel.

Atlas tersenyum miris. Dia tidak butuh. Untuk apa? toh selama ini Atlas baik-baik saja tanpa sosok seorang ibu. Bahkan Atlas bisa tumbuh tanpa adanya kasih sayang yang pasti dari papanya. Lalu untuk apa dia harus memiliki sosok ibu saat ini disaat yang dia butuhkan sekarang hanya waktu dan cinta dari papanya. Atlas tidak butuh orang lain lagi dalam keluarganya. Dia hanya mau papanya. Namun semua itu hanya suara hatinya. Atlas tidak memuntahkan semua itu melalui vokal. Dia terlalu malu mengakui bahwa dia hanya membutuhkan papanya.

"Gak. Aku gak butuh," ujar Atlas.

"Kamu gak mau punya keluarga baru?"

"Untuk apa?!" nada bicara Atlas mulai meninggi. Moodnya berubah tidak baik dan dia mulai terbawa emosi ketika memikirkan bahwa Axel akan sibuk dengan keluarga barunya dan tidak memperhatikan Atlas.

"Atlas..."

"Aku gak butuh keluarga baru! Gak guna juga buat aku," ujar cowok itu. Dadanya bergerak naik turun karena emosi.

"Atlas!" bentak Axel.

"Terserah apa mau papa, tapi yang jelas, aku gak setuju papa nikah lagi," ujar cowok itu lalu melangkah pergi, keluar dari ruangan kerja papanya dan membanting pintu dengan keras seakan meluapkan emosinya. Dia tidak menuju kamarnya.

Atlas malah melangkah keluar dari rumah.

🌏

ATARONA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang