30| SAHABAT SELAMANYA

7.6K 1.7K 2.5K
                                    

Halo halo kalian! Sorry baru update sekarang yah. Lagi hectic banget nih.

Semoga suka part kali ini yah.

Absen dulu, jam berapa kalian baca part ini?

Inisial nama kalian apa?

1010 vote+2500 komen buat next chapter

Happy reading!

30| SAHABAT SELAMANYA

Atlas membuka matanya perlahan, membawa pandangannya mengelilingi ruangan yang tampak asing, cowok itu menoleh ketika merasa tangan kanannya terisi oleh seseorang. Wajah damai Arona yang tengah tertidur adalah pemandangan pertama yang Atlas lihat.

Cowok itu menarik tersenyum, menyadari kalau dia ikut ketiduran. Cowok itu melirik jam di pergelangan ditangan kirinya. Waktu sudah menunjukan tengah malam, Atlas bergerak menarik tangannya pelan, menggantinya dengan bantal agar menyangga kepala Arona. Cowok itu melakukannya selembut mungkin agar Arona tidak terusik dalam tidurnya. Ketika sudah berhasil memindahkan kepala Arona, Atlas bergerak duduk, mengamati wajah damai kekasihnya yang tampak polos.

"Selamat tidur bubu," ujar Atlas pelan. Dia mengecup kening Arona lalu bergerak turun dari ranjang. Tak lupa mengambil buba lalu meletakannya didekat Arona. Cowok itu bergegas keluar dari kamar sang kekasih.

Dia menutup pintu dengan perlahan agar Arona tidak kaget.

"Anjing!" kaget Atlas ketika dia berbalik dan menemukan sosok Arsena yang tengah menatapnya dengan mata melotot. Dia menatap Atlas lalu beralih pada pintu dibelakang cowok itu.

"Ngapain lo dari dalam kamar adek gue bajingan?!" seru Arsena dengan wajah kaget. Kepalanya sudah berpikir macam-macam.

"Tidurin Arona." jawaban Atlas yang ambigu membuat Arsena siap melayangkan pukulan pada cowok itu namun Atlas dengan cepat menghindar.

"Sini lo bangsat!" Arsena menghampiri Atlas dengan tidak santai. Dia baru saja pulang dan menemukan mobil Atlas didepan rumah, ketika masuk, dia pikir Atlas dan Arona ada diruangan tengah namun nyatanya tidak ada.

Dia sudah berpikir yang aneh-aneh. Pikirannya seolah didukung dengan Atlas yang tiba-tiba keluar dari kamar Arona.

"Bukan gitu maksud gue," ujar Atlas panik. Dia masih setia menghindari amukan Arsena.

"Terus apa?!" desak Arsena.

"Sstttt lo jangan teriak-teriak bangsat! Cewek gue kebangun nanti," ujar Atlas.

Arsena berdecih. "Cewek lo itu adek gue," ujarnya.

"Cepet jelasin!" pinta Arsena.

Atlas menghembuskan nafasnya. "Tadi Arona ketiduran, jadi gue gendong ke kamarnya. Tapi dia minta ditemenin, jadi yaudah gue temenin aja sampai dia nyenyak. Tapi gue malah ikutan ketiduran," jelas Atlas jujur. Tidak menutupi apapun dari Arsena.

Mata Arsena memincing. Penjelasan Atlas cukup bisa dipercaya, mengingat cowok itu menjelaskannya tanpa rasa gugup. Tidak terlihat menutupi sesuatu.

"Pulang sono! Udah tengah malem," usir Arsena.

"Ya ini juga gue mau balik," ujar Atlas sambil memutar bolamatanya.

"Hati-hati," ujar Arsena ogah-ogahan.

"Hm," balas Atlas singkat lalu berlalu pergi.

Arsena memilih membuka pintu kamar Arona ketika punggung Atlas sudah tak terlihat. Dia mengintip Arona yang tengah tertidur pulas sambil memeluk boneka yang akhir-akhir ini selalu gadis itu bawa keliling rumah.

ATARONA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang