CHAPTER 53

498 11 5
                                    

Insting selalu bekerja lebih kuat dari perasaan, karena kadang perasaan dibuat tidak selalu benar.

Mimpi pagi tadi mengantarkanku pada sebuah kepanikan, ketakutan akan kepergian seseorang yang memang telah pergi.

Beberapa manusia berkumpul untuk melayangkan kepalan tangan kepada Benaya, dari arah kanan, kiri, depan belakang, ramai. Ku hitung mundur sebelum akhirnya ide yang tidak dapat aku pastikan berhasil, mampu aku lewati. Dia berani, dia berani menyentuh pinggang Kinara hingga kedua tubuh itu menyatu.

Sebelum terlambat, pukulan sakit mengenai tubuh manusia yang tak di cintainya namun masih ia sayangi, gagal. Kini ia terpaksa menggenggam peluknya, menyatukan tubuhnya di antara orang banyak. Memberi perlindungan agar lelaki yang telah lama tidak di lihatnya itu tetap baik-baik saja. Meski realita yang ada babak belur, hatinya di cabik oleh kenyataan bahwa seharusnya ending dengan dia berakhir menyedihkan.

Dan ya, apa yang terjadi? Semuanya pergi menyisakan pelukan yang tidak pernah habis sedari tadi, yang merambat sampai kecupan singkat di bibirnya yang bergetar, terkatup, menoleh, matanya terbelalak, hatinya lumer lagi bak Cake Tiramisu berbalut Galetto Chocolate Compound.

Masih, beberapa pasang mata tak kalah terkejutnya. Memilih mundur dan meninggalkan tempat kejadian karena hawa mendidih satu diantara lainnya juga mulai tidak bisa meredam pedih, pahit, campur aduk.

"Dia kembali,  " gumamnya terdengar oleh tuan, namun lagi-lagi pelukan itu kembali menghangatkan tubuhnya di suhu yang sedang tidak memerlukan itu. Nyaman.

Rasya sudah meledak di balik mobil tinggi yang terparkir tidak jauh dari sana, tangannya terkepal kuat, asap dikepalanya begitu tebal, Ingin menengahi namun ia bukan siapa-siapa.

Salahnya mencintai manusia yang hati bekunya tidak untuknya, tidak bisa ia lumerkan dengan pemantik yang selalu ia susun di kantung jeans bersama beberapa puntung rokok yang pasti tidak Kinara sukai.

Juga sosoknya yang hanya di butuhkan atau memang sebetulnya tidak membutuhkan itu, namun Rasya memaksa agar gadis kecil itu berada di peluknya. Memaksa agar wanita itu aman, aman jika bersama dengannya yang sakit sendiri jika di rasakan karena begitu banyak duri yang tertanam di dalam raganya.

Rasya tertusuk, sedikit pedih namun lama-lama sakit sekali. Tidak berani memejamkan mata karena yang ia lihat memang bukan berada pada dimensi mimpinya.

Ini memang bukan mimpi, nyata. Lelaki itu tiba-tiba hadir di tengah pengobatan yang penawarnya sedang ia usahakan agar menjadi dia, agar menjadi Rasya. Namun lagi-lagi, alasan sakit adalah sembuh yang sedang ia obati.

"Jadi, nama Lo Benaya? yang daritadi jadi buah pikir Kinara? Penyebab khawatirnya dia duduk sama gue di kota yang jaraknya jauh dari tempat tinggalnya? "

"Makasih udah bawa sayang gue kesini. Karena kalo enggak, atau kalo mata dia nggak jeli nemuin gue mungkin lo udah rebut hatinya dari gue, makasih sekali lagi. " balas Benaya lugas.

Diantara perdebatan kedua lelaki tampan yang Kinara pilih bukan keduanya, jelas ia tidak berani mengambil langkah, siapa yang akan menjadi pemeran kedua, Yang jadi pemenangnya, karena jika tiga ia tidak bisa membayangkan keduanya akan akur. Menikmati argumen-argumen yang peran utamanya adalah dia merupakan senang yang sedang di pupuk sendiri, tumbuhan di hatinya yang mati atau beberapa yang memilih tidak berkembang kini perlahan menampakkan tunasnya, di kebun yang kebanyakan penghuninya sudah berbunga dan semerbak.

"Bagus sekali, pergi nggak bilang-bilang. Gue bilangin Sheya!"

Kinara mendelik, " Jangan! "

"Suruh siapa perginya nggak sama gue! Kalo lo di tinggalin di kota ini sama dia, gue gaakan susah nyarinya. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang