CHAPTER 6

2K 158 67
                                    

Jika mencintaimu adalah suatu yang salah maka hatiku tidak mau hal yang benar.

🌻🌻🌻

Seorang gadis berambut cokelat menjinjing sepatu ketsnya, berlari menuju kamar sahabatnya, Kinara.

Wajahnya setengah berkeringat dan seharusnya dia sudah pulang kerumah karena misinya gagal untuk menginap.

"GAWAT!!!" teriak gadis itu, Radin.

Kinara merapikan posisi duduknya, ia tercengang melihat cowok jangkung berdiri tidak jauh di belakang Radin.

Bukan karena dia jangkung, tapi karena auranya yang menusuk. Kali ini Kinara yakin, pasti ia sedang dalam masalah. Kinara menghela nafas panjang, kemudian ia berdiri tegak.

"Lo mau nyulik dia? " tanya Benaya tajam. Kinara dan Radin saling berpandangan, kemudian menggeleng cepat.

Benaya berjalan keluar kamar, ia menjinjing backpack Pororo Radin dan menarik gadis itu seperti anak kecil yang kehilangan ibunya di pusat perbelanjaan.

"Pulang! Kakak lo nunggu di luar," tegas Benaya.

Kinara diam termangu, ia meraih ponselnya kemudian menerima panggilan masuk dari kakaknya, Sheya.

"RA, KITA BESOK NYUSUN RENCANA LAGI AJA, GIMANA? "teriak Radin, sebelum setengah badannya tertutupi tembok.

Kinara mengacungkan jempol nya, seketika gadis itu mendapat pelototan super tajam dari Benaya.

"Iya maaf, kak, " ucap Kinara di akhir kalimatnya. Ia memutuskan panggilan dengan sepihak, disambut dengan tekukan wajahnya yang tidak enak di pandang dari sudut manapun.

Beberapa saat setelah mengantar Radin ke depan, Benaya kembali ke kamar Kinara. Ia berdiri di depan pintu kamar Kinara yang masih terbuka.

Benaya memandang Kinara, gadis itu masih mengerucutkan bibirnya. Benaya berinisiatif mengulurkan tangannya. Sesaat, Kinara kira cowok itu akan menyentuh pipinya.

Kinara menjauh, memeluk guling kesayangannya. Benaya memandang Kinara dari atas hingga ke bawah, lalu tersenyum.

Piyama lengkap dengan sendal berbulu gambar kucing. Dengan gaya khas, rambut yang sudah tersusun rapi melengkung kedalam. Tanda bahwa Kinara yang akan naik ke atas ranjang untuk bersiap tidur dan bangun di kemudian hari.

Benaya mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu mencari-cari sebentar, dan menunjukkan layarnya di hadapan Kinara. Kinara menjulurkan leher untuk melihat apa yang diperlihatkan oleh Benaya.

Benaya memberi tahu percakapan nya dengan Sheya. Kinara melotot sempurna. Benaya melaporkan semuanya, seperti polisi yang menemukan barang bukti.

Padahal hanya masalah sepele, sebegitu seramkah rumah Kinara sampai Radin tidak di perbolehkan menginap? lagipula Radin tidak akan hilang dari muka bumi setelah menginap semalaman. Kinara juga tidak akan membiarkan Radin bersamanya selama 24 jam, Kinara tidak menyuruh orang untuk mengikat dan membekap mulut Radin.

Kinara mengitari pandangan, mencari ponselnya. Namun sesaat, ponsel itu sudah ada di genggaman tangan Benaya.

Kinara membanting gulingnya ke lantai, "Mau lo apa sih Bena? "

Benaya berjalan ke arah jendela, semilir angin menyapu bulu kuduknya. Kemudian ia menutup jendela dan menarik tirai jendela sampai semuanya tertutup.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang