CHAPTER 18

799 59 1
                                    

Senyuman lo ngalahin keindahan alam semesta. Tapi sayang, lo nggak mau ngasih keindahan itu buat gue.

🌻🌻🌻

Lelaki itu terlihat cuek dan dingin saat ia melewati keluarganya yang sedang berkumpul bersama di ruang tengah. Entah, karena sifat bawaan atau memang dia tidak suka dengan kehadiran orang-orang yang datang.

Bola mata Kinara mengekor mengikuti kemana lelaki itu berjalan, rupanya Benaya memasuki kamarnya dan kembali keluar membawa bola basket.

Kinara mengangkat kepalanya tinggi-tinggi saat lelaki itu mulai mendekat ke arahnya dan dengan sengaja melemparkan bola basket yang di pegangnya ke arah Kinara. Kinara refleks menangkap bola tersebut sebelum bola itu mengenai kepalanya.

"Latihan sana, sebentar lagi turnamen, " perintah Benaya.

Kinara meletakkan bola basket di sampingnya, ia berseru, "Udah sore Benaya, lagian hari ini gak ada jadwal untuk itu, besok aja ya sama anak-anak yang lain di sekolah, "

"Latihan sama gue sekarang, gue gak terima penolakan! "

Sejak Benaya datang, semua yang berkumpul di ruang tengah hening. Entah apa yang membuat semuanya berhenti menertawakan siaran televisi yang sedang menampilkan stand up comedy, padahal saat ini Kinara melihat kalau siaran itu masih berlangsung.

Zoya dan Ilham hanya memandangi anaknya, mereka sebagai orang tua tidak ingin mencampuri urusan Benaya. Seperti yang Ilham lihat, Benaya hanya ingin memastikan sudah sejauh mana kemampuan Kinara selama berlatih, namun Benaya tidak ingin berterus terang menanyakan itu kepada Kinara karena rasa gengsinya yang begitu tinggi.

Sampai saat ini Ilham tidak pernah melarang apa yang di lakukan Benaya, menurutnya apa yang Benaya pilih itu adalah yang terbaik untuk Benaya. Ilham yakin kalau putranya bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dapat memilah mana yang harus di tinggalkan dan yang bisa di kerjakan.

"Caca ikutan ya bang? " minta Bianca, gadis itu memanggil Benaya dengan sebutan abang.

"Boleh Ca, " jawab Kinara cepat. Kinara sudah menduga kalau Benaya akan mengacuhkan Bianca. Dan benar dugaan Kinara, Benaya hanya berlalu meninggalkan pertanyaan Bianca.

Dion dan Gino bangkit dari duduknya, mereka berdua merampas bola basket yang ada di genggaman Kinara, lalu mendribble-nya bergantian.

"Yang nggak bisa main basket gausah di ajakin Ra, " celetuk Dion. Bianca merasa terpanggil dan merebut paksa bola basket yang dibawa oleh Dion.

"Iya Ra, daripada ngeribetin doang, " balas Gino.

"Abang meragukan kemampuan Caca nih, Kara gimana caranya agar dua unyil itu bisa Caca kalahin? " tanya Bianca kepada Kinara.

Gino dan Dion hanya tertawa, mereka berdua menoyor kening adiknya bersamaan. Tak lama Gino membunyikan alarm mobil Ilham untuk pergi membeli makanan. Diikuti Zoya yang sudah siap meluncur bersama kedua ponakannya.

"Caranya ya belajar ca, " Kinara menggantungkan tangannya pada bahu Bianca lalu berjalan beriringan ke halaman belakang. Benaya sudah disana menunggu Kinara, ia mengenakan kaos mengkilap tanpa lengan.

"Abang ajarin Caca main basket ya? " minta Bianca kepada Benaya.

"Lo mau ikutan turnamen juga? " tanya Benaya dengan ekspresi tidak mengenakkan.

"Enggak, Caca cuma pengen belajar aja biar abang-abang Caca nggak ngeledekin Caca terus, "

"Yaudah, minta sama abang-abang lo, jangan sama gue, "

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang