Satu persatu teman-teman Kinara mulai meninggalkan rumah. Sampah-sampah bekas Chiki menyapu meja ruang tengah. Botol minuman bersoda yang sudah kosong tergeletak beberapa senti tidak jauh dari stick playstation biru milik Sheya. Kinara memegangi hidungnya, flunya kembali menyerang.
Hatchi!
"Kara, kalau mau bersin hidungnya di tutup, " ujar mami menasehati sembari memasang sarung tangan di tangannya. Radin yang merasa terkena bersin menyerang Kinara.
"Yah mami baru bilang sih, Kara udah keduluan bersin kan. Aaaduhhh sakittt Radin," ringis Kinara seraya memegangi kepangan rambut nya yang sudah terlepas satu. Kinara kembali mengusap hidungnya yang gatal, berpapasan dengan munculnya Benaya dari balik pintu untuk menyalami mami.
Hatchi!
Kinara menunduk dalam, ia bersin tepat pada wajah Benaya. Kinara meringis dan mengangkat jarinya membentuk peace lalu kembali berlari ke kamarnya untuk membuang ingus yang sudah mengalir.
"Kara memang kayak gitu Benaya, nyebelin aslinya, jorok pula, " jelas mami seraya mengelus bahu Benaya. Benaya berusaha mengangkat senyumnya agar terlihat baik-baik saja.
"Gapapa tante, udah biasa di bersin-in sama Kinara, " jawabnya mengundang gelak tawa mami.
Setelah Benaya pamit pulang ada yang tidak dapat dipisahkan dalam dimensi Kinara dengan Benaya. Yaitu ketika Kinara refleks menunggu agar Benaya benar-benar keluar dari pintu rumahnya dan memastikan bahwa lampu kamar Benaya menyala terang dan terlihat bayangan tubuh Benaya dari sebrang balkon kamar Kinara.
"MAMI, KARA KAYAKNYA PERLU KE DOKTER HIDUNG DEH, " teriak Kinara dengan menutup tirai jendela, suara menggelegar Kinara dapat di dengar oleh mami yang sedang membuat roti bakar madu di dapur.
Sheya mengangkat kepala untuk mengetahui jawaban dari mami, tidak lupa mengekor di belakang mami yang sedang berjalan untuk membuka kulkas. Setelah mami sadar kalau dirinya dibuntuti oleh Sheya, mami membalikkan tubuhnya dengan segera.
"Kamu ngapain sih kak, ngikutin mami terus. Mami risi tau nggak! " ucap mami begitu menohok hati.
Jangan kaget, mami memang seperti itu dengan Sheya. Sifat lembutnya hanya di berikan kepada Kinara, Sheya tahu bahwa maminya bukan tanpa alasan bersikap demikian.
Tidak masalah bagi Sheya, ketika mami memperlakukan dirinya berbeda dengan Kinara. Mungkin, karena Kinara seorang adik yang sudah sewajarnya jika mami memberi perhatian lebih.
Bisa jadi karena mami juga ingin mengajari arti dari rasa tanggung jawab dan melatih mental seorang kakak untuk dapat menjaga adiknya tanpa terdapat rasa takut dan luka.
"Mau ngambil kopi ma, " jawab Sheya. Ia membuat kopi instan dengan waktu yang lebih instan agar maminya tidak merasa terganggu dengan kehadiran Sheya di dapur.
Setelah Sheya selesai membuat kopi, ia bergegas menuju meja makan, "Kerjaannya bolos terus, " ucap mami dengan suara yang langsung bisa dapat didengar jelas oleh Sheya yang baru berjalan beberapa langkah.
"Mami saluran air di kamar Kara mampet, Kara kesusahan gosok giginya, masa harus gosok gigi di wastafel terus sih, " rengek Kinara.
Mami menghampiri Kinara yang sedang mengeringkan rambut menggunakan handuk. Mami membantu menyisir rambut panjang Kinara.
"Iya nanti mami bantu panggilin tukang pembersih pipa ya, " jawab mami begitu lembut.
Disudut lain Sheya terlihat tidak gembira ketika melihat Radin masih belum beranjak dari duduknya. Gadis itu sedang sibuk membuka kulit kuaci.
"Eh Din, lo nggak pulang? Kakak lo udah pulang bareng Kafka tadi, " ujar Sheya seraya menarik gelas di sebelah Radin dan mencomot biji kuaci yang sudah di kupas oleh Radin.
Radin mengangkat kepalanya, "Kak Sheya lagi ngusir apa gimana dah? Ini juga aku kan lagi ngumpulin, kenapa di makan duluan, pegel tahu jari baby," dengus Radin lalu memindahkan biji kuacinya agak jauh dari jangkauan Sheya.
Sheya menyeret bangku keluar, ia mendudukan pinggulnya di samping Radin sambil melihat pergerakan Radin yang seolah bahwa Sheya tahu dengan rencana gadis di sebelahnya yang hampir berhasil. Sheya duduk di samping Radin tanpa berkata-kata.
Sedangkan Radin sudah membaca doa segala macam, bahkan doa qunut dan surah Al-Baqarah sudah hampir setengah dibacanya dalam hati.
"Kak boleh ya? Ya ya ya? " mohon Radin dengan wajah yang dibuat semelas mungkin.
Sheya menautkan alisnya, ia kembali menyesap secangkir moccacino yang ada di genggaman, "Boleh apaan? "
Radin sedang berada dalam posisi jongkok menghadap Sheya. Ia mengangkat kedua tangannya untuk memohon agar rencananya yang sebentar lagi gagal dapat sukses.
Malam ini saja, Radin hanya ingin malam ini saja. Bukan berarti untuk yang terakhir kali, bisa jadi untuk yang pertama, kedua, ketiga bahkan sampai gadis itu terbiasa menginap di rumah orang lain.
"Kak, malam ini bulan bertemu Jupiter. Kak Sheya tahu kan apa yang bakal terjadi? " tanya Radin. Sheya hanya mengangkat alisnya tak mengerti.
"Jadi komet thatcher akan turun ke bumi kak, " antusias Radin. Sheya mengangguk, bisa dihitung dia mengangguk hanya satu kali.
Menurut buku kepribadian Sheya, saat wanita ke laki-lakian itu memberi anggukan satu kali ada tiga kemungkinan dalam hidupnya. Pertama gadis itu mengantuk, kedua dia sama sekali tidak tertarik dan yang paling sakral dia akan mengecap lawan bicaranya ada seorang yang halusinasi.
"Jangan mimpi, " jawab Sheya.
"Oke biar gue yang jelasin, jadi hujan meteor lyrid bakalan jatuh malam ini, gue tau lo nggak akan percaya sebelum lihat sendiri meteor-meteor itu berjatuhan nanti malem. Ajaibnya komet Thatcher ini jatuh setiap 415 tahun sekali dan kita merupakan salah satu dari sekian banyaknya orang yang beruntung bisa lihat meteor ini dengan mata telanjang," jelas Kinara yang tiba-tiba menyembul di balik meja makan.
Tanpa panjang lebar, Kinara segera menarik Radin untuk kekamarnya. Tidak lupa memindahkan dua slice roti bakar buatan maminya ke dalam piring.
"Kalo lo pengen buktiin, nanti malam ikut gue tidur di halaman, " jelas Kinara.
Bukannya mau, Sheya justru akan membuat Kinara dan Radin kesal setengah mati, "Mau kemana kalian? Radin, ikut kakak bawa tas kamu kedalam mobil, " perintah Sheya tak terbantahkan.
Bahu Radin seketika luruh, berbanding terbalik dengan Kinara yang berusaha menantang Sheya dengan melipat tangannya di dada, "Jangan dengerin apa kata Sheya, lo tetep ikut gue kekamar! "
"KINARA!"
"SHEYA!"
"Radin cuma mau menginap satu malam aja!" ucap Kinara, ia sungguh dibuat geram oleh Sheya.
Apa salahnya sih seorang Radin yang bukan pejabat besar, bukan artis papan atas, bukan selebgram bahkan bukan titisan dewa matahari, air dan bumi yang rencananya akan menginap di rumah Kinara selalu tidak di perbolehkan.
Sheya juga apa-apaan, Radin hanya ingin menginap sehari saja dilarang. Kinara rasanya pengin menenggelamkan Sheya di akuarium kecebongnya. Sambil sesekali Kinara aduk sampai seperti kacang hijau yang bertunas.
"Mau satu malam, setengah malam, sampe satu jam doang juga tetap nggak boleh, " ucap Sheya lagi.
"Malem ini lo gue temenin ngegame sampe puas, gimana? " Kinara memberikan penawaran menarik.
_________________________________________
Tertanda, Rizkapsptsr 💓
KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dia Benaya, dia keren, tampan, tinggi, pintar, jago menggambar, memanjat tebing dan photografi. Kurasa tidak ada yg bisa menandinginya. Tahu tidak? Dia sering menyiksaku, membentakku, memarahiku. Saat itu aku tidak tahu di...