Budayakan vote sebelum membaca, jangan jadi secret readers ya. Oke, happy reading:)
🌻🌻🌻
Di suatu pagi yang cerah, suara lonceng terdengar begitu nyaring. Sang empu enggan untuk menjauhkan jarinya dari tombol putih yang berada di dekat pintu.
"Mas Benaya sedang apa disitu? " tanya seorang ibu dengan ramah. Seorang ibu itu merogoh saku rok plisketnya, ia membawa beberapa kantong belanjaan, lalu mengambil sebuah kunci dan membuka pintu rumah dengan perlahan.
"Ayo masuk, pamali ganteng-ganteng berdiri di depan pintu,"
"Jemput Kinara bu. Iya, ganteng pasti masuk kok, " jawab Benaya dengan percaya diri. Ia menengok kedalam rumah minimalis milik Kinara, kemudian melepaskan helm nya.
Rumah unik yang sudah di rombak mengikuti gaya jaman sekarang, stiker dinding tatasurya, buah-buahan dan hewan yang dulunya suka menjadi tempat keduanya belajar, kini sudah di ganti dengan lukisan-lukisan abstrak dan beberapa dekorasi rumah.
"Mas Benaya sudah sarapan?" tanya Ibu Suga, beliau sedang menata beberapa piring dan sendok. Benaya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Sambil menyandarkan kepalanya di gagang sofa, Benaya melirik jam dinding yang ada di depannya. Jarum jam tidak bergerak normal, ia memutuskan mengambil ponsel yang ada di dalam saku jaket.
"Kinara lagi apa bu? " tanya Benaya akhirnya, ia tidak melihat batang hidung Kinara sejak tadi.
"Kakak tadi lagi gosok gigi di wastafel, gatau kalau sekarang,"
"Sudah mandi kan dia? " tanya Benaya sambil berpikir, apakah gadis itu setiap pergi sekolah hanya sikat gigi saja. Benaya tidak pernah mendapati laporan dari Bu Suga bahwa Kinara sedang mandi setiap paginya.
"Ga tau mas, coba ibu cek dulu ya, " balas Bu Suga, ia menaruh celemek yang ada di tangannya.
"Kakak nggak ada di kamarnya mas, tasnya juga sudah hilang, mungkin dia udah berangkat ke sekolah daritadi deh, soalnya susu di atas meja juga tinggal gelasnya aja, " jelas Ibu Suga setelah kembali.
Helaan nafas terdengar, Benaya beranjak dari duduknya, ia menggulung kembali stick PS yang ia berantakkan. Tak lupa menyalami ibu Suga dengan sopan.
"Bu mau apelnya satu," minta Benaya, ia mencomot buah apel yang berada di atas meja makan.
"Iya mas, ambil, ibu titip bekal untuk kakak ya? "
"Iya boleh, emang dia belum sarapan Bu? "
"Belum, kan ini ibu baru belanja buat keperluan masak, yang buat susu aja kak Sheya. Ibu mah mana sempet, pagi-pagi harus kepasar dulu, "
"Yaudah besok koling-koling aja Bu biar nanti di antar ke pasar, masih ingetkan nomor telepon saya? Apa mau saya yang nyimpan nomor ibu? Sini biar saya catat, "
"Ah yang bener, kamu mah sok suka kesiangan, Gaada bedanya sama si kakak, " Benaya tertawa, ia mengganti baterai jam dinding yang tadi mati dan mengatur ulang sesuai dengan jam yang tertera pada ponselnya.
"Bu sekarang jam tujuh, jangan di rusakin lagi ya, "
Ibu Suga menggeryit, "Ibu mah enggak ngerusakin jam nya, batrenya lobet itu! "
Benaya menyalami Bu Suga sekali lagi. Bu Suga memberikan tangannya dengan kaku. "Kan tadi sudah mas, "
"Gapapa, bonus bu. Oiya makasih ibu cantik apelnya manis, imut, lucu, gemesin, " puji Benaya, kemudian tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dia Benaya, dia keren, tampan, tinggi, pintar, jago menggambar, memanjat tebing dan photografi. Kurasa tidak ada yg bisa menandinginya. Tahu tidak? Dia sering menyiksaku, membentakku, memarahiku. Saat itu aku tidak tahu di...