CHAPTER 34

518 41 0
                                    

Rasanya perlu rehat sejenak, berhenti memikirkan beban hidup dan menggantinya dengan kebahagiaan. Nggak perlu lama, asal cukup.

"Jadi lo mau terima gue jadi pacar lo gak? Penonton udah nunggu jawaban dari lo, " bisik Benaya.

Kinara masih tercengang, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Benaya. Padahal Kinara sudah menyiapkan jawaban itu sejak lama dan berekspektasi Benaya akan memintanya menjadi kekasih bukan di tempat ramai seperti sekarang.

Ah, Kinara bingung melihat banyaknya orang yang masih penasaran menatap kearahnya, orang-orang itu sudah tidak sabar menunggu jawaban dari Kinara.

Seolah waktu sengaja mereka buang untuk melihat adegan tidak masuk akal di tengah-tengah keramaian. Kinara mengatupkan mulutnya ia tidak bisa mendiamkan kondisi ini berlangsung lama, kakinya juga sudah terasa linu karena gemetar.

Melihat bagaimana Benaya menembaknya dengan sangat romantis, membuat Kinara yakin untuk menjawab permintaan Benaya dengan segera. Terlebih, telur puyuh yang ada di genggaman Benaya seakan ingin segera Kinara raih. Kinara memiliki ikatan batin yang begitu kuat dengan telur itu.

Sudahlah, Kinara tidak bisa menahannya terlalu lama lagi. Toh, sejak awal jawabannya akan tetap iya meskipun Benaya tidak tahu bahwa Kinara sudah mulai menyukainya.

Sejak kapan ya? Mungkin kemarin saat berada di dalam mobil berdua sampai pagi. Atau, mungkin saat Benaya mencoba membantunya memakaikan jaket dan masker.

Kinara tersipu, ia menerima sate telur puyuh yang Benaya berikan. Keduanya terjeda dalam pelukan lama, membuat seluruh manusia yang sedang menonton berteriak histeris.

Kinara tertawa, Benaya menggenggem erat tangan dingin Kinara dan lekas membawa gadis itu pergi ke tempat yang lebih sepi.

"Kali ini gue akan turuti semua permintaan tuan putri, " jelas Benaya mendapat anggukan senang dari Kinara. Bagaimana tidak senang, Benaya itu tipe orang yang tidak suka memberikan sesuatu kepada orang lain.

Dan sekarang Kinara mulai mengetuk pelipisnya, seperti sedang berpikir. Benaya akan menuruti semua keinginannya? Mana mungkin laaah.

Kalau tiba-tiba Kinara ingin papi kembali sembuh, apakah Benaya bisa mengabulkannya? Bukankah itu sangat tidak masuk akal? Atau, kalau Kinara ingin Benaya tidak membenci para sepupunya dan mau memaafkan mereka apakah Benaya juga mau mengabulkannya? Pasti rasanya sangat sulit.

Atau begini saja deh, kalau Kinara hanya ingin Benaya menjadi anak yang berbakti kepada Zoya, apakah Benaya juga mau mengabulkanya? Mengingat Benaya akhir-akhir ini sering melukai hati ibunya. Membuat Kinara takut jika suatu saat Benaya juga akan menggoreskan luka dihatinya.

Apakah seorang Benaya mau mengabulkan semua keinginan seorang Kinara? Saat penawaran ini diberikan oleh Benaya khusus untuk kebahagiaan Kinara sendiri. Bagaimana bisa Kinara memikirkan orang lain sedangkan dirinya sendiri tidak mendapatkan apa-apa?

Terlintas di kepala Kinara untuk meminta Benaya menemaninya jalan-jalan kebun Strawberry. Tapi, jarak dari kota ke desa pasti lumayan jauh dan menguras banyak waktu.

Benaya langsung menyetujui permintaan Kinara yang ingin pergi ke kebun Strawberry. Padahal saat Kinara memintanya, ia hanya bermaksud bercanda.

Tanpa berpikir sejauh mana jarak yang akan mereka tempuh, sejauh mana mereka pergi. Kata Benaya, asal berdua dengan Kinara, Benaya mau menemaninya hingga ke ujung dunia.

Kinara melepaskan kacamata hitamnya, ia sekarang sedang di hadapkan dengan hamparan kebun Strawberry yang sangat luas nan indah. Perjalanan kali ini tidak memakan waktu lama seperti dugaan Kinara, untuk sampai ke tempat yang sangat indah ini Kinara hanya perlu memejamkan mata dan membuka mata.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang