"Wah baju tidur," pekik Kinara kegirangan.
Kinara berlari, ia keluar dari kamarnya menuju ruang tengah untuk mencari keberadaan mami, "Mam Kara dapat baju tidur, "
"Bilang makasih nak, "
"Iya mam sama-sama, " balas Kinara, lalu keluar dari kamar Ilona dan kembali menghampiri Benaya.
Kinara sudah melepaskan baju tidurnya, namun sayang setelah baju itu terlepas. Sambil terus memandangi baju tidur berwarna biru muda, lekukan sedih di wajah cantik Kinara langsung keluar tanpa izin. Kali ini terkesan tidak dibuat-buat karena Kinara sebenarnya tidak ingin menolak pemberian super bagus dari seorang Benaya.
Rasa sedihnya bertambah jelas ketika Kinara mulai menumpahkan ketidaksukaannya, "Nggak cocok, " Kinara menatap baju tidurnya lesu.
Benaya mengeryit, baru saja gadis itu kegirangan mendapat baju tidur namun tiba-tiba menunduk tidak suka.
"Nggak cocok gimana? " tanya Benaya datar.
Kinara mengangkat kepalanya, ia hanya memanyunkan bibirnya kedepan. Lalu kembali memandangi piyama biru muda pemberian lelaki yang bertanya di depannya.
"Bilang, " ucap Benaya sekali lagi dengan suara yang terdengar mengerikan di telinga Kinara. Kinara semakin menggeleng lalu kembali merapihkan buah tangan pemberian Benaya kedalam box. Tidak mau melihatnya terlalu lama, ia takut akan menyukainya.
"Kalo boleh di tukar sama warna lain Kara mau, mau banget malah, "
"Gak bisa, " jawab Benaya cepat.
"Kenapa nggak bisa? Ini harganya mahal banget, pasti masih bisa di tukar Ben, asal bukti pembayarannya masih di simpan. Kara pernah lihat piyama ini di etalase mall, dipajang dengan tulisan limited edition saat Kara mau ngerayain ulang tahun papi di restoran ayam satu bulan yang lalu. " ungkapnya.
"Gue beli di pasar Minggu, "
"Nggak mungkin, " balas Kinara tidak percaya.
"Yaudah, gue nggak maksa lo buat percaya, "
"Oke kalau gitu ini untuk Bianca aja, seriusan ini untuk Bianca aja. Kara beneran nggak suka warna biru, "
"Nggak, buat lo. Gue nggak ikhlas kalo ini buat dia," tolak Benaya cepat.
"Gue nggak suka biru muda Ben, please ini untuk Bianca aja, " bukan bermaksud apa-apa, Kinara rasa Benaya perlu belajar memahami zona nyaman orang lain dan lelaki itu seharusnya bisa memahami bahwa Kinara nyaman dengan piyama miliknya sendiri yang masih bisa dipakai.
"Itu lebih bagus, lo bisa nggak sih sehari aja gausah pake apapun yang bersangkutan sama warna pink? " tanya Benaya.
"Pink is a cute, pink theme for Kara's life, "
"Sok lucu lo, tinggal pake, kelar, tanpa bacot tanpa emosi juga guanya, " Benaya harus mengatur emosinya sekarang.
"Lo nggak berhak ngubah sesuatu yang tidak disukai oleh orang lain hanya karena lo ingin memberi itu, kalo gue ga suka dan ujung-ujungnya ga di pakai kan sayang Ben. Lebih baik lo kasih ke saudara lo sendiri, gue yakin dia ga bawa baju tidur untuk menginap beberapa hari di rumah lo. Satu lagi, gue ga nggak suka ya kalo lo maksa gue untuk suka biru, Gue gasuka lo, "
KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dia Benaya, dia keren, tampan, tinggi, pintar, jago menggambar, memanjat tebing dan photografi. Kurasa tidak ada yg bisa menandinginya. Tahu tidak? Dia sering menyiksaku, membentakku, memarahiku. Saat itu aku tidak tahu di...