Tidak semua yang pergi akan kembali
Tidak semua yang memulai akan mengakhiri
Tidak semua perasaan dapat kamu genggam
Tidak semua orang tahu, apa alasanku memilihmu.🌻🌻🌻
Wajah tidak suka Kinara kali ini nampak terlihat jelas, ia tidak bisa mengatur planning sesuai dengan keinginannya.Gadis itu meletakkan wajahnya di meja, tangannya terlipat di dada dan dia sempat beberapa kali mencakar-cakar meja saking kesalnya.
"Ngapain sih Benaya lo suruh kesini ?" tanya Kinara tidak suka melihat kakaknya mengundang Benaya kerumah, sedangkan teman Kinara malah di usir.
"Gue emang ada janji mabar bareng Benaya," jawab Sheya sambil sibuk memainkan gamenya.
"Gue juga ada janji nonton film bareng Radin, kalo Radin nggak boleh menginap Benaya juga nggak boleh lah, pulang aja sih sana! " ketus Kinara.
Benaya menatap Kinara sekilas, ia kembali bermain game dengan santai. Tidak ada tanda-tanda dari pergerakan Benaya untuk pulang. Padahal cowok itu sudah cukup mendapat sindiran keras dari seorang Kinara.
Benaya tampak lebih santai dari Kinara yang keadaannya saat ini berbanding terbalik, Kinara mencak-mencak seperti banteng lepas di samping Sheya. Sheya hanya menggeleng dan menjauhkan PlayStation nya dari pergerakan brutal Kinara.
"Lo ngapain sih, nggak bisa diam banget! " Sheya menjauhkan tubuhnya.
"Main gamenya udahan kek, mending nonton film atau main Uno aja gitu, " mohon Kinara, gadis itu sudah meraih remote untuk menghentikan permainan kakaknya.
"Nanti, tanggung nunggu Radin dateng, lo mending goreng kentang aja sana. Gue laper nih, "
"Gamau, minyaknya panas, " tolak Kinara.
"Pinter, kalo nggak mau panas bikin es aja," Sheya memberikan gelas kosongnya kepada Kinara.
"Es kopi ya cantik, bikinnya jangan sambil cemberut nanti kopinya pahit, " ucap Sheya saat Kinara mulai beranjak ke dapur.
"Niatnya sih emang gamau pake gula! " ketus Kinara dengan menghentakkan kakinya ke lantai.
Tak lama Kinara kembali dengan dua gelas minuman dan sekaleng wafer di tangganya, ia memberikan minumannya kepada Sheya.
Kinara menyenggol lengan Benaya, bermaksud agar Benaya mau menghentikan permainannya. Kalau bukan Benaya yang menyudahi, sampai pagi juga Sheya tetap ingin duduk bersila di sofa sampai pinggangnya kempes.
"Benaya, kayaknya udara disini kurang sehat deh, lo bantu gue masang infokus di halaman belakang ya? " tanya Kinara menarik perhatian Benaya dengan menutupi seluruh layar televisi agar cowok itu tidak fokus lagi pada gamenya. Sambil sesekali menyerahkan minuman yang sudah Kinara buatkan untuknya.
"Gue nggak minum kopi, " jawab Benaya tanpa memalingkan wajahnya dari stick PS yang dia genggam.
"Gue besok berangkat ke sekolah sendiri, lo nggak usah jemput gue, tapi..." ucap Kinara menggantung.
"Ayo, " Benaya berdiri dan menaruh stick PS-nya. Namun lagi-lagi Sheya menghadang langkah Benaya.
Jangan tanya dimana Radin sekarang, tadi anak bayi itu sudah berjanji akan kembali setelah mendapat persetujuan dari mamanya. Iya, Radin pulang ke rumahnya untuk mendapatkan surat izin dari sang mama.
"Kak Sheya ih, udah dulu dong! Biarin Benaya bantu gue masang proyektor sebentar, " Kinara menggenggam lengan Benaya. Gadis itu menarik Benaya ke halaman belakang. Benaya hanya menurut dan mengikuti kemana arah Kinara membawanya sambil melihat tangannya yang di rangkul begitu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dia Benaya, dia keren, tampan, tinggi, pintar, jago menggambar, memanjat tebing dan photografi. Kurasa tidak ada yg bisa menandinginya. Tahu tidak? Dia sering menyiksaku, membentakku, memarahiku. Saat itu aku tidak tahu di...