CHAPTER 10

1.5K 136 68
                                    

"Gimana? Apa kepala lo masih sakit? "tanya Kinara, ia kembali ke rumah sakit setelah mendapat kabar bahwa kakaknya telah sadar.

Sheya menghela nafas pelan, "gue gapapa,"

"Mami mana? " tanya Sheya kemudian.

Kinara menarik tempat tidur Sheya sampai ranjangnya tepat pada posisi duduk, ia meraih mangkuk berisi bubur yang berada di nakas.

"Mami ke luar negeri kak, " jawab Kinara.

"Ke luar negeri lagi? " tanya Sheya tidak percaya.

Semalam Kinara memutuskan pulang dan membiarkan pacar Sheya menggantikan nya.

Begitu Kinara sampai rumah ia langsung menghubungi mami, dengan sangat histeris kinara memberitahu keadaan Sheya kepada mami.

Namun, mami biasa saja seolah kejadian seperti ini sudah menjadi hal lumrah yang sering terjadi.

"Udahlah kak, mami kesana juga kan demi masa depan lo, masa depan gue, masa depan kita berdua. Sans aja, ada gue yang jaga lo, " jelas Kinara, ia sudah menduga bahwa kakaknya memiliki pemikiran negatif terhadap Mami.

"Mami begitu sayang kok sama lo, " sanggah Kinara. Sheya mengangguk menanggapi itu.

Kinara menyuapi kakaknya dengan telaten, tanpa harus di arahkan Sheya telah membuka mulutnya lebar-lebar.

"Kok lo doyan makan sih? " tanya Kinara heran. Dalam hati, Kinara turut senang melihat kakaknya lahap menyantap hidangan rumah sakit yang bisa di bilang rasanya hambar.

Sheya menggedikkan bahu, " Berapa jam gue pingsan? " tanya Sheya.

"Sekitar 22 jam, kenapa? Kepala lo sakit lagi? "Sheya bergumam, ia kembali melebarkan mulutnya.

Kinara menyodorkan sesendok bubur Tim ke dalam mulut Sheya, "Apa perlu gue panggil dokter? " sergah Kinara khawatir.

"Nggak usah, cuma pusing sedikit," Sheya menyudahi acara makannya, ia meraih beberapa butir obat dan minumannya.

"Aduhhhh, kenapa bisa kelupaan sih," ucap Kinara sambil berdiri, ia meraih tas nya.

"Mau kemana? "

"Gue belum ngumpulin tugas seni budaya, besok harus udah selesai! "

"Gue nugas dulu dirumah Ririn ya, lo harus tunggu gue, Oke? "

Sheya mengangguk lalu tersenyum kilas. "Hati-hati, "

🌻🌻🌻

Benaya mengelus dada, ia tidak bisa terima jika koleksi miniatur kapal nya di hempasan ke lantai begitu saja.

Dean merusak barang-barang yang ada dikamar sahabat nya sehingga mengakibatkan terjadinya perang dunia ketiga dan perubahan mood yang begitu memprihatinkan.

Tentu, seorang Benaya yang sangat tidak simpatik terhadap Dean yang tiba-tiba muncul dari balik pintu merubah mimik wajahnya dengan cepat. Menyamai wajah homo erectus yang telah punah karena kemalasannya.

Benaya tidak punya hati nurani, dia tidak memandang seberapa jauh jarak yang di tempuh Dean untuk dapat sampai ke rumahnya.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang