Nada dering telepon One Call Away mengejutkan Kinara yang sedang fokus pada ilusinya, Ia merasakan jantungnya ingin melompat ke dalam mangkuk bakso yang masih panas di hadapannya sambil mendengus sebal.
"Huft, untung suara lo bagus Char, kalo enggak udah gue robek lak-lakan lo. Eh, Mana tega gue ngelakuin itu ke calon suami sendiri, " decak Kinara sebelum ia memandangi sang penelepon dari ponselnya. Dan meralat perkataan yang ingin merobek panggal tenggorokan Charlie Puth.
Kinara memilih menggeser decline pada kontak yang menelepon-nya. Ia kembali mengetikkan kalimat tergantung yang sempat terhenti karena gangguan dari ponselnya.
Untuk membuat bahagia diri sendiri perlu untuk membuat setidaknya satu orang lain bahagia.
Kutipan karya Theodor Reik menyapu pikiran Kinara, ia menuangkannya pada karyanya. Bisa jadi Kinara akan membuat setidaknya satu orang lain bahagia agar dirinya juga ikut bahagia. Ide yang bagus, Kinara akan melakukannya nanti dirumah.
Kelemahan Kinara hanya berada pada satu titik yaitu kutipan yang akan ia buat dalam novelnya, Kinara merasa gagal menjadi seorang penulis yang percaya diri. Ia selalu menyalin kutipan keren karya penulis-penulis hebat dan membubuhkan nama penulisnya di akhir.
Dengan begitu Kinara tidak perlu berpikir lagi untuk membuat quotes-nya sendiri, karena ia memang tidak bisa melakukannya. Memang aneh.
Pelipis Kinara basah, ia mencari tissue yang menyelip di dalam tasnya. Pohon yang berdiri di atasnya tidak cukup melindunginya dari sinar matahari.
Ponsel gadis itu berdering lagi, mengikuti kemana otaknya mengarahkannya Kinara memutuskan mengangkat panggilan dari Radin.
"Iya, sebentar lagi gue pulang, " ucap Kinara dibalik telepon.
Kinara menutup buku diary nya, Kinara tidak konsentrasi lagi, ia berdiri untuk memasukkan MacBook-nya dan mengaitkan totebag ke pundak.
Sebelum pergi, Kinara mengecek ponselnya terlebih dahulu apakah pesan yang sudah dibaca oleh Alfaro di balas atau Alfaro sengaja membuatnya kesal. Kinara tidak mendapat tanda-tanda akan ada balasan dari Alfaro.
Ia memilih memasukkan ponselnya kedalam tas dan pulang untuk menemui baby-nya yang sudah menunggu.
Pagar rumah Kinara terbuka sempurna, ia melihat ada beberapa sendal jepit di depan teras rumah. Kinara melihat sekeliling dan menemukan Radin sedang duduk di atas pohon.
"Lo ngapain disitu? " tanya Kinara.
"Tolong ambilkan galah Ra, " minta Radin dengan memegang kuat batang pohon yang ada di samping kanan kirinya.
"Gue nggak punya galah, lo ngapain sih manjat-manjat? "
"Kalo gitu ambil sapu. Cepat Ra, banyak semut nih di atas,"
Bukannya mengambil sapu Kinara justru berlari mencari tangga yang ada di samping rumahnya, "Turun Din, "
"Yaampun, gue minta sapu Ra bukannya tangga, " omel Radin.
Kinara memberikan sapu kepada Radin, sebenarnya Kinara ingin sekali menaruh kasur atau benda apapun yang empuk untuk di taruh di bawah pohon yang Radin naiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENAYA
Novela Juvenil[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Dia Benaya, dia keren, tampan, tinggi, pintar, jago menggambar, memanjat tebing dan photografi. Kurasa tidak ada yg bisa menandinginya. Tahu tidak? Dia sering menyiksaku, membentakku, memarahiku. Saat itu aku tidak tahu di...