24 | Manja

122 7 0
                                    

Kamar lagi lagi harus kembali menjadi tempat curahan perasaan Anela yang sebenarnya. Rasa sepi dan kenyamanan ruangan ini memberikkan Anela kepercayaan itu bisa melampiaskan segalanya.

Yang diucapkan Syifa dan Daren tadi selalu terbayang di pikirannya. Apa Anela memang harus segera melupakkan Fabian sepenuhnya? Ingin nya sih seperti itu, tapi Anela juga akan rindu mengenai perasaannya ini.

Ia sadar, Fabian telah memiliki orang yang lelaki itu sayang. Tapi mengapa rasanya bagaikan Anela berharap jika itu hanyalah awalan saja? Ya, lagi lagi Syifa benar jika ia memiliki pemikiran peluang mendapatkan Fabian. Anela salah.

Anela tak ingin berpisah dari Fabian, ia takut. Jika Anela masih mempertahankan perasaannya ini, mungkin saja semua rasa nya bisa menjadi senjata yang membuat ketakutan Anela harus terjadi.

Ingatan yang selalu Anela simpan sebagai kenangannya harus mulai perlahan gadis itu lupakkan. Tahapan melupakkan seseorang yang pertama yaitu mencoba melupakkan kenangan indah bersama orang itu. Helaan nafas kasar keluar dari mulut Anela, ya, gadis itu mudah menyerah dalam hal ini.

Saat gadis itu menidurkan tubuhnya di kasur empuknya, tiba tiba saja suara ketukkan pintu kamar terdengar di telinganya. "Anela?" panggil seseorang yang Anela tebak jika orang itu adalah Bunda Fabian.

"Buka aja Bunda!" teriak Anela. Benar saja, dibalik pintu itu menampilka wajah cantik mirip Fabian dengan pakaian rapih yang digunakkan oleh wanita itu.

Bunda Fabian berjalan ke arah Anela lalu mengelus kepala gadis itu perlahan. "Kenapa jarang kerumah?" tanya nya tiba tiba. "Waktu itu Anela main kok sama Fabian dirumah." jawab Anela berusaha santai dengan keadaan.

"Sekarang ke rumah lagi ya? Temenin Fabian. Masa dari tadi dia tanyain kamu kemana, Fabian lagi sakit, mau makan pas ada Anela katanya." adu Bunda Fabian yang direspon langsung dengan senyuman tipis gadis itu.

Baiklah Anela, ini saat nya gadis itu memulai untuk mencoba memandang Fabian sebagai sahabat nya lagi, bukan sebagai seorang lelaki yang akan Anela cintai.

"Bunda pergi dulu ya, dirumah cuman ada Fabian aja. Cepetan ya La, anak Bunda takut pingsan," Anela tertawa saat mendengar kalimat itu.

Bunda Fabian pun kembali mengelus kepala gadis itu lalu berjalan pergi keluar kamar Anela. Dengan cepat, Anela juga mengganti pakaian nya menjadi pakaian tidur dan langsung berjalan ke rumah Fabian sembari membawa laptop, charger ponsel nya, dan beberapa cemilan di kamarnya.

Setelah membuka pintu rumah, Anela langsung disambut dengan suasana yang sangat sepi. "Bi?! Fabian?!" teriak Anela.

"Di kamar!" balas Fabian sembari berteriak. Anela langsung saja berjalan ke kamar Fabian sembari membuka pintu itu menggunakkan kakinya.

Anela kembali berjalan ke arah meja belajar Fabian lalu menaruh laptop dan barang yang lainnya disana. Ia kemudian menyalakkan laptop itu dan menganggap Fabian seolah tidak ada disana.

"La?"

"Hm," jawab Anela cuek sembari masih mencari sesuatu di laptop nya.

"Lo kesini cuman buat main itu doang?" tanya Fabian dengan wajah kesal dan tak percaya nya. Anela menatap ke arah Fabian dengan wajah datarnya lalu menganggukkan kepalanya singkat.

Gadis itu kembali memfokuskan dirinya ke layar laptop dan berusaha senyaman mungkin di kursi permainan milik Fabian. "Bunda tadi ke rumah, katanya Fabian gak mau makan kalau gak ada Anela. Yaudah gue kesini," ucapnya.

"Udah makan?" tanya Anela lagi yang dijawab oleh gelengan cuek dari Fabian. Ya, Fabian marah sekarang. Anela berjalan ke arah dapur rumah Fabian lalu membuatkan bubuk sereal untuk Fabian makan.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang