Sudah dua hari lamanya Anela semakin dekat dengan Daren, walau Anela menolak namun Daren berhasil membuat ketertarikkan Anela hadir.
Kini Daren dikejutkan dengan kehadiran Melisa, si 'Ratu' angkatan di sekolahnya. Daren menatap ke arah Melisa dengan tatapan sinis nya namun jiwa bebas dalam diri lelaki itu masih terlihat juga.
"Hai, kenalin, nama gue Melisa." ucap Melisa sembari menyodorkan tangannya ke arah Daren sebagai isyarat mengajak untuk bersalaman. Daren pun tanpa basa basi langsung membalas salamannya dan mulai tersenyum kecil.
"Oh. Lo pasti tau nama gue," balas Daren dengan wajah sombong nya. Melisa menganggukkan kepalanya merasa tertarik dengan lelaki di depannya ini.
Melisa menghela nafasnya pelan, "Daren kan? Teman baru nya Anela?" ucapnya sembari terkekeh sinis seperti menertawakkan Daren karena berteman dengan seseorang yang sedang dekat dengannya akhir akhir ini.
"Oh, lo Melisa yang katanya 'Ratu' itu ya?" balas Daren sembari menekankan kata 'Ratu' pada pertanyaannya. Melisa menganggukkan kepalanya lagi, "Lo gak ngerasa risih? Di jauhin sama temen temen lo gara gara berteman sama cewe kaya dia?" tanya Melisa.
Daren tertawa sinis, "Maksud lo Anela? Siapa juga yang jauhin gue? Gak ada tuh."
"Gak mungkin orang jauhin gue Mel, apasih yang kurang dari gue? Terkenal? Udah jelas, Ganteng? Pasti lo tertarik sama gue sekarang, Kaya? Kayanya gue juga lebih kaya dari lo. Walaupun dikit sih," kata Daren sembari memberikkan gerakkan di kata 'dikit' nya itu.
Melisa semakin tertarik oleh lelaki di hadapannya ini. "Kenapa lo mau temenan sama Anela? Pasti lo punya maksud lain kan? Spill dong," ucapnya dengan nada yang selalu Daren dengar dari tokoh jahat di film kesukaannya. "Biasanya orang yang temenan sama Anela juga suka ikut sial, kasih tau aja sih."
"Bukannya lebih sial kalau gue temenan nya sama lo ya?" jawab Daren sinis.
"Kalau lo mau bikin gue jauh dari Anela, sorry lewat dulu aja. Dadah Ratu gak bermutu," Daren melangkahkan kakinya menjauh dari Melisa sembari melambaikan tangannya dengan wajah kesal dan enggan untuk bertemu Melisa lagi.
Rencana Melisa untuk menjauhkan orang besar dari kehidupan Anela harus kembali gagal. Setelah Vania, Raphael, bahkan The Petrichor, kini malah Daren si lelaki kaya dan tampan baru di Galaxy. Hal ini jelas saja membuat Melisa semakin membenci Anela yang selalu berhasil mendapatkan apa yang ingin Melisa juga dapatkan.
Daren berlari ke arah ruangan jurnal karena di tempat itulah Anela selalu ada. Jika ditanya apakah Vania dan Raphael mengetahui kedekatan Anela dan Daren? Jawabannya tidak. Mereka hanya tahu jika keduanya memiliki sesuatu yang memang harus dibicarakkan sebagai orang dalam ekskul masing masing, bukan sebagai seorang teman.
"Anela nya ada?" tanya Daren saat melihat ketua jurnal sedang berjalan menuju pintu masuk ruangan. "Bentar ya Ren, Mau rapat dulu. Bentar doang kok." jawab si ketua ekskul itu yang untungnya adalah lelaki yang pertama kali Daren kenal saat masuk ke sekolah.
Daren menganggukkan kepalanya lalu duduk di depan ruangan ekskul jurnal. Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, akhirnya Anela keluar dengan wajah lelah nya yang membuat Daren sedikit merasa tak enak.
"Hai La!" sapa nya. Anehnya, Anela malah tersenyum kecil saat melihat kehadiran Daren di depannya ini. "Kenapa?" tanya Anela.
"Gak apa apa, gue cuman mau kasih tau sesuatu. Kepo gak?!" seru nya.
Anela menganggukkan kepalanya perlahan karena ia memang tidak se-tertarik itu untuk mengetahui nya. "Gue jadi ketua ekskul Futsal sekarang!"
Gadis itu langsung tersenyum lebar diikuti oleh Daren setelahnya. "Baru aja 1 bulan kurang gue sekolah disini, udah jadi ketua futsal aja. Bangga," ucap Daren kepada dirinya sendiri.
"Sama," ucap Anela yang jelas saja membuat Daren terkejut. Ini adalah pujian pertama secara tidak langsung dari Anela untuk Daren. "Apa La? Ngomong sekali lagi coba?"
"Enggak!" balas Anela sembari pergi meninggalkan Daren disana. Keduanya tersenyum dalam diam lalu berjalan bersebelahan dengan suasana yang diam.
Anela dibuat gugup saat dihadapkan dengan sebuah pasangan yang sangat dekat dengan Anela. Siapa lagi jika bukan Vania dan Raphael disana.
"Anela! Sini!" panggil Vania yang membuat Anela seketika terkejut namun setelahnya gadis itu menganggukkan kepalanya pelan.
Sebelum Anela melangkah ke meja mereka, gadis itu lebih dulu melihat Daren yang masih ingin mengikuti kemana arah pergi nya Anela. "Jangan ikut!" perintah Anela sembari memberikkan tatapan tajam nya ke arah Daren.
Gadis itupun akhirnya duduk di hadapan Vania dan Raphael dengan sambutan ceria dari masing masingnya. Daren adalah Daren si lelaki yang tak peduli apapun kecuali kebahagiaannya dan hal yang lelaki itu benci kehadirannya.
Daren duduk di sebelah Anela dan tersenyum dengan polos nya ke arah Vania dan Raphael. Suasana mendadak canggung, mereka bingung harus memulai obrolan ini darimana.
"Halo?" Daren memulai pembicaraan dengan wajah yang juga sama gugupnya dengan mereka. Bisa dibilang, Daren juga sedikit takut jika dihadapkan dengan Vania.
Gadis itu sudah kaya, penilaian terhadap orang pun sangat rinci, dan yang terakhir adalah tidak menyukai orang baru seperti apa yang kini Daren lakukkan.
Vania menatap kearah Daren dengan tatapan yang mulai sinis dan tak suka nya, gadis itu kemudian menyilangkan kakinya dan menatap ke arah Daren dengan tatapan tajam yang selalu gadis itu berikkan kepada orang yang membuatnya risih ataupun marah.
"Ngapain lo?" tanya Vania galak. Vania memanglah terpesona akan ketampanan Daren, namun ia masih tetap tidak menyukai orang tidak sopan seperti ini.
"Kenalin, nama gue Daren. Murid baru di sekolah ini. Salam kenal," ucap Daren dengan senyuman nya sembari menyodorkan lengannya mengajak Vania bersalaman.
Namun hal yang membuat Daren tambah gugup adalah karena Raphael yang mendorong lengan lelaki itu hingga menabrak meja di bawah. "Gak usah pegang pacar gue, mau modus lo?" Ya, Raphael cemburu.
"Tenang aja, gue cuman mau kenalan doang." Daren berusaha santai dan mengeluarkan senyuman lebarnya. "Gue temen Anela, mungkin kita juga bisa temenan gitu?"
Raphael menatap tak suka ke arah Daren. "Kalau temennya Anela berarti harus temenan sama kita juga gitu? Sorry gak dulu," ucap Raphael.
"Sebenernya gue juga gak mau sih, maunya deket sama Anela terus, eh Anela deket sama kalian, jadi sekalian aja gitu." Daren sudah mulai santai dengan keadaan saat mengetahui jika mereka tidak membahas jabatan seperti yang ada di pikirannya.
Kedua orang tua Daren bekerja sama dengan perusahaan yang dipegang oleh keluarga Vania ataupun Raphael. Itulah yang membuat Daren menjadi gugup dan kesulitan mengeluarkan jiwa bebasnya.
Setelah mendengar jawaban Daren tadi, Vania sedikit tertarik karena baru ada orang berani yang mengatakkan hal seperti itu kepadanya. "Suka sama Anela?" tanya Vania dengan wajah datar dan sinis nya.
"Gak juga, pengen temenan aja." jawab Daren santai sembari melipat tangannya di atas meja yang terlihat jika lelaki itu tertarik akan pertanyaan dari Vania.
"Tenang aja, gue gak se-egois itu sampai harus aduin Papah dan ancurin kerja sama antar perusahaan hanya karena gue gak suka sama sesuatu. Lo anak dari keluarga Parkarsa kan?" tanya Vania yang lagi lagi membuat Daren menjadi tertarik akibat ke-peka-an gadis itu yang tidak pernah ia perkirakan sebelumnya.
Daren menganggukkan kepala nya sembari tersenyum miring. "Anak yang tertarik sama psikologi juga? Papah gue bilang kalau anak temennya yang namanya Daren Prakarsa jadi murid baru disini. Dan murid baru disini cuman lo, jadi itu pasti lo dong,"
"Iya, salam kenal." ucap Daren yang kini dibalas salaman lagi oleh Vania. Raphael langsung melepaskan salaman itu dan menunjukkan wajah murungnya akibat kecemburuan yang terus hadir karena Vania pernah mengatakkan jika Daren sangatlah tampan.
Anela yang melihat sikap Daren pun kembali terpesona. Lelaki berjiwa bebas yang berhasil dengan mudahnya mencairkan suasana dari para orang orang dingin yang tak menerima sebuah kehangatan dari orang baru. Daren berhasil membuat Anela sedikit melupakkan kehadiran Fabian dari ingatan dan perasaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan cerita tentang percintaan mulus yang berawal dari persahabatan, tetapi jalan hidup Anela yang menjadi rumit karena ulah sahabatnya. Termasuk kedalam salah satu anggota band terkenal, membuat Fabian mengubah kepribadia...