38 | Gratisan?

99 4 0
                                        

Tidak, Anela tidak menangis kali ini. Ia malah diselimuti rasa kesal dan malas disaat Fabian menyuruh gadis itu untuk menjauh dari Daren.

Sebenarnya, Anela masih sangat ingin jika harus mengikuti apa yang diinginkan oleh lelaki itu, bahkan ia masih menyimpan segala rahasia tentangnya dan Fabian sampai saat ini. Namun jika itu membahas tentang Daren, si orang yang berhasil membuat Anela bisa tersadar, Anela menolaknya. Ia tak ingin kekurangan orang terdekatnya lalu kembali tersakiti dan mengobati nya sendirian lagi.

Malam tiba, dan Anela masih setia dengan rasa kesal nya. "Anela!" panggil Bunda nya yang membuat Anela harus terpaksa turun kebawah menghampiri orang tua nya itu.

Ayah Anela tidak pulang hari ini, karena pekerajaan nya yang belum juga selesai. Saat Anela turun kebawah, ia melihat Bunda nya membawa satu kotak besar berisi banyaknya makanan untuk memasak sup disana.

"Ayo ke rumah Fabian," ajaknya.

"Ngapain?" tanya Anela dengan nada yang mulai tak suka karena gadis itu masih tak ingin bertemu dengan Fabian.

"Bunda Fabian tadi ngajak Bunda kesana, katanya mau makan bareng. Kamu kan suka makan suki kaya gitu, ayo!"

Anela menghela nafasnya panjang, ia kemudian mengambil ponsel miliknya lalu berjalan mengikuti Bunda nya dari arah belakang.

Saat masuk kedalam, ternyata hanya ada Fabian dan Bunda nya saja. Bahkan kedua pemimpin dalam keluarga mereka bisa memiliki keadaan yang sama, sibuk dengan pekerjaan.

"Halo anak Bunda!" sapa Bunda Fabian dengan senyuman lebarnya. Fabian enggan menatap Anela dan lebih memilih memainkan alat permainan yang ada dihadapannya.

Anela tersenyum lebar membalas sapaan Bunda Fabian. Anela duduk di depan Fabian dan Bunda nya berjalan ke arah dapur untuk mempersiapkan peralatan makannya.

"Yaampun! Bunda lupa!" keluh Bunda Fabian yang membuat ketiga orang disana menatapnya penuh tanya. "Belum beli daging, kan kurang enak kalau gak ada daging."

"Fabian tolongin Bunda beli dong, sama Anela ditemenin."

Fabian memberikkan tatapan kesal nya, "Fabian sendiri aja Bun, gak usah sama Anela." ucapnya dengan wajah datar dan berjalan ke kemarnya pergi meninggalkan mereka.

"Kalian berantem?" bisik Bunda Anela yang langsung dijawab oleh mengangkat kedua bahu gadis itu dan berusaha tak peduli dengan keadaan.

Saat Fabian akan pergi, Bunda Fabian dan Bunda Anela langsung saja menghentikkan lelaki itu dan memaksa nya untuk pergi bersama Anela saja.

Akhirnya, mau tak mau mereka kini harus pergi bersama ke tempat pembelanjaan terdekat dengan keadaan sepi dan canggung yang terus menyelimuti mereka.

Saat melewati banyak nya cemilan, Fabian tiba tiba saja terdiam yang membuat Anela juga ikut terdiam dan menatapnya kebingungan. "Ngapain?" tanya nya dengan nada sinis dan tatapan tajam yang selalu gadis itu keluarkan di hari ini.

"Duluan aja, gue mau disini dulu." jawab Fabian tak kalah sinis. Anela menghela nafasnya, ia kemudian menarik jaket lelaki itu sehingga Fabian memajukkan langkahnya sedikit.

"Bunda bilang gak boleh! Nurut kenapa sih?! Ngeselin deh!" kesal Anela yang masih terus berusaha menarik lelaki itu pergi namun tenaga Fabian terlalu kuat untuk membuat lelaki itu bergerak hanya dengan menariknya saja.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang