40 | Terimakasih?

88 6 0
                                        

Vote dan komen juseyooo~~

"Anela,"

"Gue butuh lo...."

Fabian. Lelaki yang kini sangat Anela khawatirkan sudah tepat berada di hadapannya dengan baju seragam yang berantakkan dan wajah yang tidak akan bisa untuk disebut bahagia.

Anela melangkahkan kakinya cepat menuju Fabian dan memeluk lelaki itu segera.

Semakin erat Anela memeluk Fabian, semakin Fabian mengeluarkan kesedihannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semakin erat Anela memeluk Fabian, semakin Fabian mengeluarkan kesedihannya. Tangisan yang selalu keluar ketika Fabian merasa sangat lelah dengan kehidupannya kini kembali lelaki itu keluarkan.

Gadis itu mengusap pelan punggung Fabian untuk membuatnya tenang. "Capek," bisik Fabian yang membuat Anela ingin menangis namun gadis itu menahan nya dengan sangat baik.

Segala kenangan tentang nya yang selalu merahasiakan segala perasaan untuk Fabian, perjuangannya berusaha melupakkan itu semua, segala tangisannya yang keluar hanya karena merasa tersakiti sendirian. Rasa itu sama seperti apa yang kini Anela rasakkan.

Rasa menyakitkan yang sangat Anela benci kehadirannya.

"Fabian, udah dong." ucap Anela dengan nada yang gadis itu buat ceria agar Fabian bisa kembali kedalam sifat nya yang bahagia.

Fabian semakin mengeratkan pelukannya dengan Anela, lelaki itu enggan melepaskan pelukkan mereka. "Gue sayang sama Melisa La."

Deg

Selalu ada hal yang membuat Anela semakin tersakiti di akhir jika bersama Fabian. "Bi, perempuan masih banyak loh."

Fabian menganggukkan kepalanya, lelaki itu menunjukkan wajah yang sudah dipenuhi oleh air mata. "Tapi rasa nya pasti beda La,"

"Udah gue bilang, kalau orang tau kita sahabatan semua bakal hancur La."

Entahlah, sudah seberapa banyak lelaki itu menyakiti hatinya. Anela lelah, bahkan lebih dari Fabian saat ini. Kapan lelaki itu akan sadar dengan segalanya? Sadar dengan semua hal yang telah Anela lakukkan untuknya.

"Gue minta maaf." ucap Anela sembari menundukkan kepalanya, menyembunyikkan air mata yang sudah tidak bisa gadis itu tahan lagi.

"Gue juga." balas Fabian sembari menggenggam kedua lengan gadis itu. "Tapi gue nyesel La, gue gak mau orang tau kita sahabatan, gue pengen kaya semula. Gue capek La."

"Sama Bi! Gue juga capek!" bentak Anela yang membuat Fabian sedikit memundurkan badannya terkejut.

Ia melihat Anela yang mengeluarkan air matanya. Rasanya bertambah sakit, melihat sahabat kecil yang selalu ingin Fabian jaga malah mengeluarkan tangisan di depan matanya.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang