14 | Ketahuan

174 10 0
                                        

"Bunda Anela, Anela nya ada gak?" tanya Fabian dengan seragam yang sudah digunakkan oleh lelaki itu.

Bunda Anela yang baru saja keluar dari rumah agak sedikit terkejut saat mendapatkan pertanyaan itu. Anela berkata jika Fabian selalu bangun siang sehingga Anela harus pergi duluan, maka dari itu Bunda Anela sedikit terkejut melihat Fabian yang sudah siap di waktu yang sangat pagi ini.

"Ada tuh, lagi sarapan deh kayanya," Bunda Anela menunjuk ke arah rumahnya yang langsung dijawab oleh gerakkan tangan membentuk 'oke' di emotikon ponsel.

Fabian langsung berjalan masuk ke rumah Anela dan melihat gadis itu yang sudah memakai sepatu nya. "Biasanya pergi pagi banget, sekarang masih di sepatu, nonton drama ya?" tanya Fabian dengan wajah jahil nya.

Lelaki itu merasa jika Anela sedang marah kepadanya karena tidak ditemani saat sendirian waktu itu. Karena Fabian merasa tidak nyaman dengan keadaan mereka yang sekarang, maka dari itu Fabian memutuskan untuk mengakhiri nya segera.

Anela benar benar terkejut saat melihat kedatangan Fabian, ini menjadi semakin sulit untuknya kembali mulai melupakkan Fabian.

"Yuk, udah beres kan? Bareng," ucap Fabian dengan santai nya yang membuat Anela semakin gugup dibuatnya. "Gak usah, gue sama Ayah aja," ucap Anela dengan nada cuek nya.

"La, maaf kali."

Pikiran Anela mendadak berputar, mengapa Fabian meminta maaf kepadanya? Tidak mungkin bukan jika Fabian mengetahui apa masalah Anela sekarang. "Gue gak temenin lo waktu itu, karena Melisa marah, dia kangen sama gue,"

"Ngertiin gue sekali boleh gak?" tanya Fabian dengan nada perlahan dan tatapan tulusnya. Ini adalah hal yang paling Anela benci, hati nya luluh melihat sifat Fabian yang seperti ini.

Gadis itu berusaha mendiami Fabian, namun Fabian menahannya. "La! Udah dong! Gue gak mau jauh dari lo terus, maaf ya?"

Ya, semua pastinya akan berakhir dengan perdamaian. Anela menganggukkan kepalanya singkat yang membuat Fabian langsung memeluk gadis itu mendadak.

Degupan jantung Anela semakin cepat, tubuhnya mendadak membeku. "Terimakasih sahabat ku!" teriak Fabian.

"Ayok!" ajak Fabian sembari menarik tangan Anela dengan wajah gembira nya. "Bunda! Fabian udah berdamai! Keren kan!" sombong Fabian ke arah Bunda Anela yang membuat tawaan dari Bunda Anela keluar.

Anela juga ikut tertawa melihat tingkah Fabian, Anela langsung saja masuk kedalam mobil Fabian lalu mendengarkan lagu yang membuat mereka bahagia bersama dari awal mula perjalanan menuju ke sekolah dimulai.

"Bi, lo tau game ini gak? Kemarin gue sama Raphael main ini, seru banget deh!" ucap Anela dengan wajah gembiranya. Fabian yang mendengar hal itu langsung saja tertawa kecil melihat tingkah laku sahabatnya yang menggemaskan.

"Tau dong, main sama gue ya La, nanti." balas Fabian yang langsung dijawab oleh anggukkan cepat dari Anela.

"Gue seneng deh bisa bareng sama lo terus kaya gini, jangan marahan lagi ya?" ucap Fabian lagi, Anela hanya bisa tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya secara perlahan.

"Tumben lo marah? Biasanya minta sogokkan pasta aja," tanya Fabian.

"Gue sadar, kalau harga gue lebih mahal dari pasta." ucap Anela yang langsung direspon dengan wajah bangga Fabian.

Baru kali ini Fabian mendengar Anela yang berani berkata hal hal seperti ini di hadapannya. Mereka kemudian saling berpandangan dan tertawa kencang lagi.

Kebahagiaan yang selalu Anela rasakkan sebelum mereka berhasil masuk ke SMA yang sekarang. Anela ingin bisa terus seperti ini lagi.

Namun, semua nya akan mulai kembali berubah disini. Disaat dimana Anela akan keluar dari mobil Fabian secara sukarela. "Maaf ya La, gue harus turunin lo lagi," ucap Fabian sembari mengusap halus tangan Anela.

Anela menganggukkan kepalanya dan segera keluar dari mobil Fabian agar lelaki itu tak melihat wajah kecewa Anela. Mobil Fabian akhirnya pergi meninggalkan Anela sendirian disana.

Tetapi lagi lagi, orang yang paling Anela tidak suka kehadirannya malah melihat semua kejadian itu. Kejadian dimana Anela turun dari mobil Fabian di pertengahan jalan sepi menuju sekolah.

Daren menatap ke arah Anela penuh penasaran, lelaki itu memelankan laju motornya saat melihat Anela yang keluar dari mobil seseorang. Untung saja mata nya masih bekerja dengan baik sehingga lelaki itu bisa dengan mudahnya melihat orang yang ada di bagian setir.

Orang itu mirip seperti orang yang Anela tatap dengan tatapan cemburu nya. Ya, ingatannya juga kuat yang membuat Daren semakin yakin dan tambah penasaran dengan kehidupan Anela.

Perempuan yang selalu menatap lelaki dengan tatapan dingin namun ramah ketika ditanya orang lain, perempuan yang menatap ke arah satu pasangan terkenal di sekolah dengan tatapan yang sulit diartikan, dan perempuan yang selalu tenang dalam menyelesaikan permasalahannya.

Daren jadi teringat akan seseorang yang sangat lelaki itu kenal, itulah mengapa, Daren menjadi sangat penasaran dengan kehidupan Anela. Namun lelaki itu masih penasaran, apa Anela benar benar sama dengan orang yang ia kenal? Atau gadis itu hanya menggunakkan topeng untuk mendapatkan perhatian?

Tanpa sadar, Daren menjalankan motornya menuju Anela dengan laju yang perlahan. "Hai," sapa Daren sembair menaikkan helm full face nya menjadi diatas kepala lelaki itu.

Anela tentu saja terkejut dengan kehadiran Daren namun ia dengan cepat menyembunyikkan segalanya. "Mau bolos gak?" tanya Daren secara tiba tiba yang membuat Anela semakin tak suka akan kehadiran Daren di hadapannya.

"Apasih? Lo gak jelas deh," kesal Anela.

"Gue ngajak lo bolos, ngobrol gitu? Mau gak?" tanya Daren lagi dengan nada badboy yang selalu Anela dengar di film yang selalu ia lihat. "Ngobrol apa? Gak ada yang harus kita obrolin," balas Anela dengan nada malas nya.

"Yang tadi gue liat mungkin?"

Apakah hari ini adalah hari untuk Anela selalu terkejut di setiap saatnya? Anela langsung menghela nafasnya panjang dan menatap ke arah Daren tajam. "Gak usah kepo sama jalan hidup gue, pergi, gue gak suka sama lo,"

Daren tertawa sinis, "Udahlah, gue tau lo juga males ke sekolah. Keliatan dari muka lo."

Anela menghela nafas nya kasar, ia kemudian berjalan menjauh dari Daren tanpa ingin menganggap lelaki itu ada di kehidupannya lagi. Namun, hal yang membuat Anela tiba tiba berhenti dan kembali menatap Daren adalah karena lelaki itu yang mengatakkan sesuatu yang Anela sangat benci ketika mendengarnya.

"Lo suka sama pacar orang?!"

Daren menggunakkan lagi helm miliknya lalu melajukan motor lelaki itu tepat kembali ke samping Anela. "Naik! Gue tau semuanya."

Mau tak mau, akhirnya Anela menaiki motor Daren dan berjalan entah kemana. Rasa takut nya masih tetap hadir dalam diri Anela, gadis itu masih tidak bisa membiarkan keinginan Fabian yang satu ini.

Yang gadis itu harapkan sekarang adalah Daren yang hanya mengetahui akan hal yang tadi lelaki itu lihat dan bicarakkan saja. Anela takut dan penasaran, maka dari itu, ia memutuskan ikut bersama Daren.

"Mau kapanpun gue berusaha lupain lo, hasilnya gagal terus. Benci deh,"
-Anela.

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang