Wajah menenangkan Fabian dapat membuat Anela terkagum melihatnya. Gadis itu tertidur di kasur milik lelaki itu, tetapi sang pemilik kasur malah terdiam di atas bulu karpet yang nyaman miliknya.
"Bi?" panggil Anela membangunkan lelaki itu untuk menyuruhnya tidur di kasur saja. Anela mengelus pipi dan kening Fabian perlahan lalu mata lelaki itu akhirnya perlahan terbuka.
Keringat sudah mulai keluar dari tubuh Fabian yang menandakkan jika lelaki itu sudah mulai sembuh dari demam nya. Anela mengecek lagi suhu Fabian dan mengusap nya lagi membuat lelaki itu kembali dalam keadaan nyaman dan amannya.
"Kemana La?" tanya nya tiba-tiba. Anela menggelengkan kepalanya, "Gak kemana mana, nanti badan lo sakit. Di kasur aja."
"Jam berapa sekarang?" tanya Fabian lagi sembari menghela nafasnya panjang lalu mulai mendudukkan dirinya di karpet lembut itu. "Masih jam 7 kok," jawab Anela.
Gadis itu kemudian berjalan ke arah laptop dan ponselnya lalu memainkan kedua benda itu dengan asik nya tanpa memperdulikkan Fabian lagi. Dengan tanpa diduga, Fabian berjalan ke arah Anela lalu menggengam lengan gadis itu dan mendorongnya masuk kedalam kamar mandi.
"Lo duluan," ucapnya yang membuat Anela mengerutkan keningnya kebingungan. "Sikat gigi, cuci muka, beli bubur." jawab Fabian santai dan lansung pergi lalu membaringkan dirinya lagi di kasur besar miliknya.
Anela tertawa kecil saat mendengarnya, ia kemudian mengikuti apa yang diinginkan oleh Fabian itu, setelah selesai akhirnya Fabian lah yang memulai kegiatan cuci muka dan menyikat giginya.
Setelah keduanya selesai, mereka masing-masing menggunakkan jaket nya lalu berjalan keluar beriringan, terlihat seperti pasangan baru yang tidak ingin ditinggalkan sedetik pun.
Singkatnya di perjalanan pulang, Fabian langsung merangkul Anela lalu tertawa kecil. "Bi? Lo kenapa deh? Takut jadinya," ucap Anela.
"Kaya suami istri ya La, lucu." jawabnya yang jelas saja berhasil membuat jantung Anela kembali berdegup kencang dan wajah yang mulai merah merona.
"Idih!" tolak Anela padahal di perutnya sudah berkeliaran banyaknya kupu kupu indah. Rasanya, Anela terus menerus ingin merasakkan hal seperti ini. Menyenangkan, indah, dan asik, namun gadis itu sadar jika mereka tidak seharusnya seperti ini.
Anela akhirnya menjauhkan badannya dari Fabian sehingga rangkulan lelaki itu mulai terlepas dari bahu nya. Fabian menatap bingung ke arah Anela namun Anela malah membalas nya dengan tatapan menantangnya.
"Gimana Bi? Badannya udah enakkan kan?" tanya Anela lagi yang langsung diangguki oleh Fabian. "Berarti gue boleh pulang dong." ucap Anela santai sembari berjalan lebih dulu dari Fabian.
Lelaki itu langsung saja menarik hoodie miliknya yang dipinjam Anela tadi sehingga Anela jadi berjalan mundur. "Apasih?!" kesalnya.
"Gue masih sakit, belum sembuh. Jangan pulang." setelah mengucapkan hal itu, Fabian langsung pergi darisana meninggalkan Anela yang dipenuhi oleh kebingungan dan keterkejutan.
Anela terkekeh kecil, ia kemudian menyusul Fabian dan saling bercanda selama perjalanan. Sesampainya dirumah, Anela dan Fabian langsung terdiam di ruang tengah sembari menonton sebuah kartun di pagi hari.
"Gak enak," ucap Fabian saat memakkan satu sendok bubur itu kedalam mulutnya. Anela yang mendengar ucapan itu langsung menatap marah ke arah Fabian dan memukul kening Fabian tak terlalu kencang.
"Gak boleh jelekin makanan di depan makanan nya langsung." tegur nya sembari memberikkan wajah marah ke arah Fabian.
Fabian tersenyum dengan polosnya, "Kan gue lagi sakit La, ngerti kali buburnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan cerita tentang percintaan mulus yang berawal dari persahabatan, tetapi jalan hidup Anela yang menjadi rumit karena ulah sahabatnya. Termasuk kedalam salah satu anggota band terkenal, membuat Fabian mengubah kepribadia...