Jam pulang sekolah biasanya menjadi waktu yang selalu Anela tunggu. Apalagi jika bukan karena gadis itu yang segera akan bertemu dengan Fabian ketika ia sampai di lingkungan rumahnya.
Namun kali ini semuanya berbeda. Anela tidak ingin pulang cepat, ia tak ingin memiliki waktu banyak dirumah, karena pasti Anela akan disuruh oleh kedua orang tua nya bermain bersama Fabian atau bahkan mengobrol dirumah lelaki itu. Gadis itu merasa sakit ketika diperlakukkan dingin seperti tadi, maka dari itu sekarang ia mulai ingin menghindari Fabian.
Anela akan memulai segalanya, memulai cara melupakan. Bukan hanya rasa namun juga semua. Perasaan suka nya dan segala kenangan indah tentang Anela dan Fabian. Pemikiran gadis itu sudah sangat jauh, ia sudah merasa jika ini tidak akan mungkin bisa kembali. Ini adalah akhir, itu yang selalu terputar di otaknya.
Tanpa sadar, Anela malah menundukkan kepalanya di taman sekolah yang selalu menjadi tempat yang tidak ia sukai. Gadis itu berpikir untuk menjadikkan tempat ini sebagai tempat untuk membuang segala keresahannya sehingga Anela tidak harus kembali mengingat ingatan buruk nya itu di tempat-tempat yang ia sukai.
Anela tidak suka taman sekolah, ia juga akan membenci kenangan pahit nya. Semua itu akan menjadi lebih mudah bukan? Anela hanya tidak harus kembali ke taman sekolah dan tak akan mengingat lagi segalanya.
Tiba tiba saja, usapan di kepala Anela seperti yang selalu Fabian berikkan kepadanya untuk salam perpisahan kembali terasa. Anela mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang itu. Tidak begitu terkejut dengan siapa pelakunya, Anela lalu menghela nafasnya panjang dan kembali menatap tanaman di hadapannya.
"Gue gak akan ganggu lo," ucap nya dengan wajah yang biasanya bisa membuat Anela kesal ataupun terhibur dalam waktu tertentu.
Reynald. Dialah pelakunya. Anela tersenyum tipis ke arah lelaki itu lalu memfokuskan dirinya kepada lelaki di sampingnya ini. "Terus mau ngapain?" tanya Anela dengan wajah yang sudah berubah menjadi wajah jahilnya.
Lelaki itu cukup terkagum saat melihat perubahan raut wajah Anela yang begitu cepat dalam suasana hati yang sedang tidak beraturan. "Ikut nongkrong aja," jawabnya yang langsung direspon oleh kekehan singkat oleh keduanya.
Untungnya, suasana sekolah sudah sangat sepi karena sebenarnya Anela telah berada di taman itu selama 3 jam dan tidak melakukkan apapun. Vania dan Raphael menemaninya satu jam, Daren menemaninya satu setengah jam, dan waktu yang lainnya hanya Anela habisnya dengan melamunkan segala hal tak penting untuk dipikirkan.
"Gue gak lagi nongkrong," ucap Anela dengan senyuman tipisnya, berusaha mencairkan suasana antara dirinya dan Reynald kali ini. "Terus?"
"Lagi ngelamun."
"Kalau gitu gue balik duluan ya La? Ngeri juga kalau kita malah kesurupan dua duanya." canda Reynald yang langsung dibalas dengan tatapan kaget Anela lalu setelahnya mereka tertawa bersama.
"Its okay La, gak harus sedih mikirin ini semua. Lagian lo gak salah. Masa ketahuan jadi sahabat kecil tambah dibenci orang. Iri kali." Reynald berusaha meyakinkan Anela untuk tidak bersedih lagi dan memikirkan segala masalah yang kini sudah tersebar itu.
Anela menghela nafasnya, ia kemudian tertawa kecil. "Lo lagi suka sama seseorang gak La?." tanya Reynald tiba tiba yang membuat Anela terkejut namun langsung mengeluarkan senyumannya.
"Mungkin?" jawab Anela dengan senyuman tipisnya. "Kasih tau dong,"
"Daren?" ucap Anela tiba tiba yang membuat Reynald terkejut dan tersakiti namun wajahnya masih menunjukkan wajah datar nan dingin yang selalu lelaki itu perlihatkan diluaran. Perkiraannya selama ini benar, tidak meleset sedikitpun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan cerita tentang percintaan mulus yang berawal dari persahabatan, tetapi jalan hidup Anela yang menjadi rumit karena ulah sahabatnya. Termasuk kedalam salah satu anggota band terkenal, membuat Fabian mengubah kepribadia...