Princess - Chapter 4.2

564 38 2
                                    

________________________________
____________________

C4.2 : Last first day

____________________
________________________________

Playlist : Loren Gray - Queen

________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Hari yang sangat cerah untuk bertemu kembali dengan sahabat-sahabatku.

Setelah melewati ritual pagi yang cukup singkat, aku tidak membuang-buang waktu untuk segera pergi ke Achroite. Di sinilah aku—menunggu di area duduk lobi dengan segelas matcha panas di genggamanku.

Sajak lima belas menit yang lalu, sudah banyak murid Spensers yang tiba—baru maupun lama. Tetapi di antara mereka semua, tidak ada satupun sahabatku yang muncul.

Aku mengnyesap matchaku perlahan sembari melihat jam besar di dinding. Kurasa wajar saja jika mereka belum tiba. Sekarang masih pukul 09.15 pagi. Dan selama aku mengenal mereka, setidaknya butuh waktu sekitar sepuluh menit lagi untuk mereka tiba. Tidak awal namun tidak terlalu akhir.

Seulas senyum miring tercetak di wajahku saat seorang gadis junior memasuki lobi. Dia melihatku sekilas sebelum kemudian menundukkan wajahnya. Bahkan dari jarak sejauh ini, aku dapat merasakan ketakutan yang memancar dari tubuhnya.

Secepat dia muncul, secepat itu juga dia menghilang dari jarak pandangku. Aku tahu apa yang dia pikirkan; penindasan. Mungkin aku akan melakukannya, mungkin juga tidak. Sejak dulu seharusnya dia sadar bahwa semua itu tidak tergantung padaku.

"Skyla!"

Seruan—ralat—teriakan yang sangat nyaring membuatku menoleh pada asal suara. Karlyn, yang saat ini telah menjadi pusat perhatian seluruh penjuru lobi, melambaikan tangannya dan berjalan cepat kearahku penuh semangat.

Aku meletakkan matchaku, lalu bangkit berdiri untuk memeluknya singkat. "Karena kau adalah orang pertama yang datang di antara yang lainnya, aku berhutang satu padamu."

"Suatu kehormatan, Yang Mulia. Akan kutagih nanti."

Tidak lama kemudian para sahabatku yang lain mulai berdatangan. Reyna, Malika, Franz, Jonathan, Rafael, Aleena, Nichole, Emily, dan Romeo.

Kebanyakan orang menganggap kami hanya berteman biasa atau bahkan hanya sebuah pertunjukan untuk memamerkan kekuatan. Tidak lebih. Karena mungkin sulit dipercaya untuk memiliki hubungan persahabatan yang sehat anatara laki-laki dan perempuan terlebih dengan anggota sebanyak ini.

Tetapi faktanya, setelah banyak masalah yang kami lalui, kami tetap berdiri tegap di puncak bersama-sama. Saling mendukung. Dan dunia luar tidak tahu bahwa kami tidak pernah peduli dengan latar belakang satu sama lain.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang