Princess - Chapter 3.1

886 54 0
                                    

________________________________
____________________

C3.1 : Summertime Summermind

____________________
________________________________

Playlist : Jonas Blue - Perfect Strangers ft. JP Cooper

________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Setelah kembali berdebat panjang dengan pikiranku sendiri semalaman, ditambah rasa kesepian yang membuatku tidak bisa fokus membaca buku apalagi tidur, dengan hanya bermodal nekat aku akhirnya bersiap-siap sebelum matahari terbit.

Jika kakekku, ayahku, ataupun Brian tahu apa yang akan kulakukan hari ini, mereka pasti akan membuat selusin pengawal bersenjata lengkap mengikutiku. Itu seknario terbaik. Yang terburuk adalah mereka akan langsung menyeretku pulang ke mansion orang tuaku di Atlanta dan berusaha membuatku menyesali keputusanku.

Aku benci saat mereka memperlakukanku seolah aku adalah salah satu putri kerajaan yang rapuh. Padahal aku sama sekali bukan keduanya. Aku bukan putri kerajaan dan aku tidak rapuh.

Namun jika dipikirkan lagi, alasan mereka melakukan hal-hal yang menurutku berlebihan itu masuk akal. Tapi aku bisa menjaga diriku sendiri kalau-kalau Cameron, yang statusnya adalah orang asing yang tidak kuketahui apa kemampuannya, mencoba melukaiku. Seharusnya mereka percaya bahwa pelatihan-pelatihan dasar yang diberikan kakekku pada cucu-cucunya sudah cukup untuk melumpuhkan seorang pria dewasa.

Lagipula aku yakin Cameron tidak akan menyakitiku. Dia jelas bukan seorang kriminal—kurasa. Laki-laki bermata biru itu juga pasti bukan orang yang kesusahan mengingat dia benar-benar tinggal di gedung penthouse ini. Entahlah. Aku sebenarnya tidak peduli latar belakangnya seperti apa. Yang aku pedulikan hanyalah dia akan menemaniku seharian ini.

"Kau harus ikut denganku."

Cameron bersandar di daun pintu, menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jelas sekali dia masih tertidur saat tadi aku memencet belnya berulang kali. "Dengan pakaian seperti itu, kau pikir kau mau kemana?"

Aku mengernyit protes mendengar pertanyaannya. Menurutku tidak ada yang salah dari pakaianku. Celana pendek dan tube top hitam serta sepatu boots-heels semata kaki tidak melanggar undang-undang berpakaian kalaupun ada. Apalagi saat ini masih musim panas.

"Baiklah. Baiklah." Cameron memijat pelipisnya pelan. "Tunggu di lobi. Kau dilarang memasuki penthouseku."

"Kenapa?"

Sedikit senyum nakal terbit di bibirnya. "Tidak ada manusia normal yang mempertanyakan kenapa dilarang memasuki kandang singa."

Aku tidak bergerak sedikitpun hingga pintu di hadapanku tertutup.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang