Princess - Chapter 7.1

395 23 0
                                    

________________________________
____________________

C7.1 : Questioning till Knowing

____________________
________________________________

Playlist : Demi Lovato - Sorry Not Sorry

Playlist : Demi Lovato - Sorry Not Sorry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________________

Semua orang yang berada di lapangan menatap ke layar. Ke tempat di mana foto yang menampilkan aku dan Dylan hanya berdua di sudut terbelakang perpustakaan, sibuk bermain permainan perang ibu jari. Memang terkesan seperti ada sesuatu di antara kami.

Aku mengepalkan tangan. Terlebih saat foto selanjutnya muncul. Di sana aku duduk di sofa tunggal dekat salah satu lemari buku sejarah, sementara Rhysand duduk di meja. Aku tersenyum geli menatap Rhysand yang dengan berani memainkan gitar karena penjaga ruang sejarah yang sangat galak sedang istirahat.

Bisik-bisik diantara kerumunan yang entah sejak kapan sudah berkumpul di sekitar kami semakin terdengar jelas di telingaku. Tidak sampai disitu saja, bahkan ada yang terang-terangan mengatakan pendapat beraninya begitu foto ketiga terlihat.

Jika dalam kondisi biasa, aku sudah pasti menghampiri siapapun yang berani berkata seperti itu. Namun sekarang, jangankan menoleh pada mereka, aku sendiri tidak tahu apakah aku telah melukai telapak tanganku dengan kuku karena terlalu keras mengepalkan tangan.

Foto itu diambil saat aku berada di Santa Monica. Lebih tepatnya saat aku tertawa setelah laki-laki pirang yang waktu itu mencoba mendekatiku terjerumus ke pantai. Hari pertama aku dan Navhaniel berjalan-jalan bersama.

Aku tidak tahu apakah pantas bersyukur dalam situasi seperti ini, tetapi foto itu diambil dari belakang Navhaniel sehingga hanya wajahku saja yang terlihat. Wajahku yang dihiasi tawa lepas untuk pertama kalinya setelah beberapa waktu.

"Matikan." Pada akhirnya aku berhasil bersuara. Kemarahan beku mengalir deras di setiap tetes darahku. "Kubilang matikan!"

Alih-alih menuruti kemauanku, Rickardo malah tersenyum merendahkan. Senyum yang mungkin selama ini dia tahan di hadapanku. "Kau malu karena telah terekspos?"

Aku mengerjap. Ingin rasanya aku tertawa setelah mendengar pertanyaan Rickardo. Tetapi kemarahanku semakin menjadi saat melihat Yugo tertawa penuh penghinaan. Tidak ada. Tidak ada yang boleh melakukan itu padaku. Satu orangpun.

"Hentikan drama murahanmu ini, sialan!" Aku membentak keras. "Kau kira aku tidak tahu siapa yang memposting kata-kata menjijikan di beranda SpensNews semalam?!"

Tentu saja aku tahu. Sangat mudah menebaknya. Rickardo memang tidak punya bakat dalam membuat akun paslu. Dia sangat tidak kreatif. MaddelineRio ; kota kelahirannya dan nama panggilan yang diberikan kakeknya saat dia masih kecil.

THIS FEELINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang